NovelToon NovelToon
Two Years As Mrs. Jang

Two Years As Mrs. Jang

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:434
Nilai: 5
Nama Author: Oliviahae

Raju Kim Gadis Korea keturunan Indonesia yang merasa dirinya perlu mencari tahu, mengapa Ayahnya menjadi seorang yang hilang dari ingatannya selama 20 tahun. dan alasan mengapa Ibunya tidak membenci Pria itu.

Saat akhirnya bertemu, Ayahnya justru memintanya menikah dengan mafia Dunia Abu-abu bernama Jang Ki Young Selama Dua tahun.

Setelah itu, dia akan mengetahui semua, termasuk siapa Ayahnya sebenarnya.

Jang Ki Young yang juga hanya menerima pernikahan sebagai salah satu dari kebiasaannya dalam mengambil wanita dari pihak musuh sebagai aset. Namun Bagaimana dengan Raju Kim, wanita itu bukan hanya aset dari musuh, tapi benar-benar harus ia jaga karena siapa Gadis itu yang berkaitan dengan Janjinya dengan Ayahnya yang telah lama tiada.

Akankah Takdir sengaja menyatukan mereka untuk menghancurkan atau Sebaliknya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oliviahae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LELANG PARA BAYANGAN

Hari itu seharusnya menjadi hari kerja biasa bagi Raju Kim. Ia akan mengikuti Ki Young, duduk diam, mendengarkan sedikit, dan lebih banyak tidak paham apa pun. Namun baru setengah perjalanan, Sekretaris Lee menerima panggilan penting dan menoleh sambil berkata.

“Tuan, jadwal pelelangan malam ini tidak bisa dilewatkan. Ketua ingin Anda hadir. Tahun lalu Min Seo Rin membuat keributan kecil… jadi tahun ini hanya Nyonya Choi dan Nyonya Jang yang ikut.”

Raju Kim menoleh cepat. “Aku?” Pertanyaan itu meluncur spontan, seolah dia sedang ditarik ke dunia yang bahkan tidak pernah dia bayangkan.

Ki Young hanya memberi tatapan sekilas. “Kau ikut. Duduk manis saja, jangan berkeliling.”

Raju diam, sudah jelas ia tidak akan menang melawan keputusan pria itu. Bukan, bukan pria di hadapannya ini, tapi pria yang seolah sudah mengatur semua di kepala nya, Ketua Jang.

 

Gedung Lelang Para Bayangan

Pelelangan itu tidak seperti yang pernah Raju bayangkan. Bukan aula terang berkilau, bukan juga pameran glamor. Gedung ini tampak biasa dari luar, namun begitu masuk ke dalam, semuanya berubah seperti dunia tersembunyi.

Lampu remang, dinding gelap elegan, penjaga bersetelan formal dengan ekspresi datar. dan mesin sensor metal yang tidak bisa ditipu oleh benda apa pun. Tidak ada senjata yang boleh dibawa masuk. Bahkan jam tangan jenis tertentu pun harus dilepas.

Tempat ini adalah pusat pertemuan para penguasa bisnis abu-abu, bahkan hitam dan penguasa bawah tanah. Namun ironisnya, justru merupakan tempat paling aman di kota.

Raju menarik napas panjang. “Tempat apa ini…”

Im Seol La, pendampingnya yang baru, hanya tersenyum kecil. “Tempat di mana kita berpura-pura tidak tahu apa-apa, Nyonya.”

Raju menatapnya lebar. Bahkan pendampingnya pun terlatih untuk tidak terlalu banyak bicara. Hanya jawaban pendek, tapi jelas.

Ki Young berjalan di depan, diapit dua penjaga khusus dari pihak lelang. Ia tampak begitu biasa di tempat yang jelas-jelas dipenuhi orang-orang dengan pengaruh gelap. Bahkan para pemilik wajah kejam menundukkan kepala ketika ia lewat.

Woo Jin sudah menunggu di dalam bersama Choi Da Hee. Sesuai aturan pelelangan, setiap tamu harus duduk dalam formasi berpasangan. Karena itu, Woo Jin duduk di samping Da Hee sebagai pendamping keluarga.

Ketika melihat Raju masuk, Da Hee menyambutnya dengan anggukan kecil. Tidak ada iri, tidak ada gelisah. Da Hee hanya menyadari perannya di sini, bertanggung jawab dan patuh pada keputusan keluarga, seperti biasanya.

Raju duduk di samping Ki Young. Im Seol La berada sampingnya berpasangan dengan Sekretaris Lee, diam dan mengawasi.

 

Awal Pelelangan, Lampu panggung menyorot satu benda seni abstrak berwarna emas kusam.

“Lukisan pertama ‘Silent War’. Pembukaan di angka 500 juta.”

Raju hampir tersedak meskipun ia tidak minum.

“Jangan mengganggu!.” ujar Ki Young pelan.

Raju Kim mendekat, dia berbisik “Itu cuma… corak tidak jelas.”

Ki Young tidak menoleh, karena Raju Kim tetap menunggu responnya, maka ia hanya berkata pelan, “Di sini, harga bukan tentang apa itu, tapi siapa yang menjual dan siapa yang membeli.”

Tawaran naik, brutal, hingga menembus lima miliar. Pemenangnya bahkan tersenyum seolah baru membeli camilan.

Raju terpaku.“Ini gila,” gumamnya pelan pada Im Seol La.

Ki Young mengangkat alis sedikit, lucu dengan reaksi polos itu. “Kau baru melihat pembukaan. Nanti ada yang lebih tidak masuk akal.”

Item demi item ditampilkan, patung abstrak seperti bongkahan batu, vas keramik retak yang katanya ‘ditemukan dari reruntuhan’, bahkan pena tua yang katanya milik seorang politisi yang sudah mati.

Semua terjual dengan nilai yang membuat Raju kehilangan kata-kata.

Di sisi lain, Woo Jin tampak santai, hanya sedikit berbicara pada Choi Da Hee, biasanya menanyakan pendapatnya. Da Hee menjawab dengan sopan dan ringkas, tanpa ekspresi berlebihan seperti biasa.

 

Benda yang Memanggil

Kemudian, layar menampilkan sebuah kotak kayu hitam, diukir halus namun tidak mencolok. Saat dibuka, isinya hanya sebuah kalung sederhana, untaian batu kecil berwarna keperakan yang dipotong kasar, bukan berlian, bukan mutiara, bukan batu mulia. Namun bentuknya seperti potongan bulan yang belum selesai.

“Barang berikutnya,” kata juru lelang, “kalung batu ‘Fragment of Moon’… tidak ada catatan asal usul pasti. Namun dimiliki oleh seseorang yang konon… sangat sulit dilacak.”

Raju tiba-tiba berhenti menoleh, matanya terpaku. Entah kenapa, kalung itu seperti memanggilnya.

Raju menggenggam tangannya. Ada sesuatu yang menempel dalam hatinya, namun ia tidak tahu apa. Seperti serpihan memori yang belum pulih.

Ki Young meliriknya. “Kau menyukainya?”

Raju buru-buru menggeleng. “Tidak. Hanya sedikit unik.”

Tatapan Ki Young berubah. Ada sesuatu di mata pria itu, seolah instingnya berbicara.

“Lelang dimulai dari tiga ratus juta!”

Tawaran meningkat cepat. Empat ratus. Lima ratus. Tujuh ratus. Raju menelan ludah.

“Lima miliar,” kata Ki Young santai sambil mengangkat papan.

Semua kepala menoleh. Woo Jin memejamkan mata pasrah.

Juru lelang hampir tersenyum terlalu lebar. “Ditawar sepuluh kali lipat! Ada yang menawar lebih tinggi? … Tidak? Satu! Dua! Tiga! Terjual kepada Tuan Jang Ki Young.”

Raju menatapnya lebar-lebar. “Untuk apa membeli sesuatu yang bahkan tidak jelas nilainya?”

Ki Young bersandar sedikit. “Karena kau melihatnya dua detik lebih lama daripada benda lain.”

Raju membuka mulut. Menutupnya lagi. Tidak bisa membantah.

....

Di sela pelelangan, para peserta dipersilakan menikmati minuman. Namun Raju tetap duduk, sibuk menegangkan punggungnya sendiri.

Ki Young berdiri dan menatapnya. “Kau bisa ikut Da Hee dan Woo Jin kalau mau.”

“Aku di sini saja.” Jawabannya cepat, hampir defensif.

Ki Young mengangguk kecil. Ada sedikit… entah apa itu, tapi jelas rasa senang.

Woo Jin mendekat sebentar. “Dia tidak suka tempat ramai,” jelasnya pada Ki Young.

Raju langsung menatap Woo Jin dengan mata menyipit, bukan marah, tapi bingung kenapa lelaki itu seolah bersikap begitu tahu tentang dirinya.

Ki Young memberi tatapan peringatan halus. Woo Jin mengangkat tangan, “Baik, baik. Tidak ikut campur.”

Da Hee hanya tersenyum tipis. “Nyonya Jang kau sepertinya tidak nyaman, mari duduk saja.”

Raju mengangguk. “Terima kasih.”

Im Seol La tetap di belakang, tenang seperti bayangan.

...

Pelelangan berlangsung hingga hampir tengah malam. Daftar pemenang diumumkan, termasuk Ki Young dengan harga paling mencolok untuk kalung sederhana itu.

Saat para peserta bersiap keluar, beberapa dari mereka menatap Ki Young sambil berbicara berbisik.

“Dia pewaris Keluarga Jang yang baru?.”

“Pembelian itu… isyarat apa?”

“Tidak mungkin hanya karena kalung.”

“padahal dulu hanya mendampingi Ketua Jang, hati ini sudah mengambil alih?”

Saat keluar gedung, Ki Young menyerahkan kotak kalung itu pada Sekretaris Lee tanpa menatap.

“Pastikan disimpan dengan aman. Jangan jatuh ke tangan siapa pun.”

Sekretaris Lee mengangguk.

Raju menelan ludah. “Kenapa seperti sesuatu yang penting sekali?”

Ki Young tidak menjawab. Ia hanya menatap Raju lama, seolah mencoba membaca sesuatu dari wajahnya.

“Karena kau melihatnya,” ulangnya, kali ini dengan suara yang terlalu tenang, terlalu rumit untuk dimengerti.

Raju menunduk. Entah kenapa hatinya tidak tenang. dan rasa tidak tenang itu bisa jadi akan menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!