NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api di Lembah, Rahasia di Ujung Tertinggi

Langit di atas Gunung Api Lembah Api bagai terbakar oleh kemarahan bumi yang tertahan. Udara, tebal oleh uap belerang dan abu vulkanik halus, bergetar dengan panas yang tak alami. Di kaki gunung ini, di medan berbatu yang telah dikunyah dan dimuntahkan oleh kekuatan geologis purba, dua sosok kecil tampak seperti semut yang nekat mendaki punggung naga tidur.

Lanxi memimpin jalan. Langkahnya, biasanya anggun dan terukur, kini mengandung ketergesaan yang tak biasa. Kain gaun biru langitnya, yang terbuat dari bahan spiritual ringan, sedikit berubah warna di bagian tepi karena terpapar panas dan debu vulkanik. Rambut hitamnya yang bagai sutra, yang biasanya terurai bebas, kini dikepang rapat dan diselipkan ke belakang, praktis namun tetap memancarkan keanggunan alami. Wajahnya yang sempurna, dengan kulit seputih giok di pegunungan salju, kini dihiasi oleh kilatan keringat halus di pelipis dan sedikit coretan debu. Namun, mata indahnya, bagai dua permata biru yang disimpan di kedalaman gua es, tetap tajam dan penuh tujuan. Mereka memancarkan cahaya tekad yang tak tergoyahkan, bercampur dengan kegembiraan gugup yang dalam.

Shanmu mengikuti di belakangnya, dengan jarak tiga langkah yang konsisten. Tubuhnya yang perkasa, tampak tak terganggu oleh panas yang mulai menyengat atau medan yang semakin terjal. Napasnya teratur dan dalam, seperti aliran sungai bawah tanah yang tenang. Wajahnya yang polos, dengan garis-garis kekuatan muda yang mulai terbentuk di rahang dan dahi, menunjukkan ekspresi konsentrasi mendalam. Rasa penasarannya yang membara seperti bara api di dalam dadanya, tetapi ia telah belajar untuk mempercayai Lanxi sepenuhnya. Ia tidak lagi bertanya. Ia hanya mengamati, menyerap, dan siap.

Mereka telah meninggalkan gerbang Sekte Langit Biru jauh di belakang, bersama dengan segala hiruk-pikuk, politik, dan tatapan merendahkan. Jalan yang mereka tempuh bukanlah jalur perdagangan atau jalan setapak yang sering dilalui pemburu. Ini adalah jalan yang terlupakan, sebuah kenangan dari aliran lava kuno yang telah mendingin dan menjadi jalur batu hitam yang berliku-liku, dipenuhi oleh retakan menganga dan bongkahan batu tajam seperti gigi raksasa yang patah. Vegetasi di sekitar telah berubah drastis. Pepohonan hijau yang rimbun digantikan oleh semak-semak aneh berdaun merah kecokelatan, tebal, dan berkilauan seperti logam, beradaptasi untuk menyimpan air dan menahan panas. Bau tanah segar dan bunga telah hilang, digantikan oleh aroma belerang yang menusuk hidung, bau besi panas, dan sesuatu yang lebih dalam, sebuah aroma mineral purba yang terasa kuno dan berbahaya.

Setelah hampir satu jam mendaki dengan kecepatan yang akan membuat kuda poni terbaik sekalipun terengah-engah, Lanxi akhirnya melambat. Mereka telah mencapai sebuah dataran tinggi kecil, sebuah punggungan batu yang memisahkan dua lembah vulkanik. Di sini, panasnya semakin intens. Udara bergetar, membuat pemandangan di kejauhan tampak bergoyang seperti ilusi. Keringat akhirnya mulai membasahi baju Shanmu, bukan karena kelelahan, tetapi karena suhu lingkungan yang benar-benar ekstrem.

Lanxi berhenti, tubuhnya berbalik menghadap Shanmu. Di tengah panorama neraka miniatur ini, dengan latar belakang puncak gunung berapi yang menjulang tinggi dan menyemburkan asap putih kekuningan, senyum cerahnya bagai bunga teratai yang mekar di tengah lautan api. Itu adalah senyum penuh harapan, kelegaan, dan kegembiraan yang begitu tulus hingga membuat Shanmu merasa hangat hatinya.

"Kita sudah sampai, Shanmu," ucap Lanxi, suaranya, meski harus menembus dengungan panas dan desisan uap, terdengar jelas dan penuh keyakinan.

Shanmu memandang sekeliling, matanya yang tajam menyapu pemandangan yang asing dan mengancam. Puncak gunung itu besar, mengesankan, tetapi juga memancarkan aura bahaya yang nyata. "Gunung yang panas," gumamnya, logika praktisnya berbicara. "Tapi Lanxi, mengapa kita datang ke tempat seperti ini? Aku bisa merasakan, ini tempat yang berbahaya. Bahkan binatang pun tidak ada di sini."

Lanxi tertawa kecil, suara tawanya seperti gemerincing kristal yang jatuh ke atas lempengan besi panas, jernih namun mengandung nada tegang. "Berbahaya? Ya, Shanmu. Sangat berbahaya. Bahkan bagi seorang kultivator Pejuang Perak awal sepertiku, setiap langkah di sini membutuhkan kewaspadaan ekstra. Satu kesalahan, terperosok ke dalam retakan berisi gas panas atau lava yang tersembunyi di bawah kerak tipis, dan itu bisa menjadi akhir."

Ia berhenti sejenak, menatap mata Shanmu dengan intensitas yang membuat pemuda itu diam. "Tapi aku tidak membawamu ke sini untuk sekadar menguji nyalimu atau berlatih di lingkungan ekstrem. Aku membawamu ke sini, Shanmu, karena di tempat yang paling berbahaya inilah, seringkali tersembunyi harapan yang paling murni."

Lanxi menarik napas dalam-dalam, wajah cantiknya menjadi lebih serius, lebih khidmat. "Pagi tadi, sebelum kita bertemu, aku pergi menemui guruku. Aku memberinya laporan lengkap tentang dirimu. Tentu saja," lanjutnya dengan nada rendah, "aku sangat berhati-hati dengan kata-kataku. Aku tidak menyebutkan kekuatan fisikmu yang melampaui akal sehat, atau bagaimana kau bisa melemparkan batu sebesar rumah. Itu adalah rahasiamu, dan rahasia kita. Yang kukatakan padanya adalah bahwa kau memiliki bakat fisik yang langka, ketekunan yang tak tergoyahkan, dan yang paling penting, hatimu yang bersih dan baik meski dunia telah memperlakukanmu dengan kejam."

"Guruku," lanjut Lanxi, matanya berbinar dengan rasa hormat, "bukan sekadar guru di Sekte Langit Biru. Dia adalah seorang ahli Alkimia dan Formasi yang dihormati, seorang yang telah menjelajahi banyak reruntuhan kuno dan mempelajari legenda yang hampir terlupakan. Setelah mendengar ceritaku, dia terdiam lama. Lalu, dia bercerita tentang sesuatu yang dia dengar dari jaringan informannya, sesuatu yang belum dikonfirmasi tetapi memiliki dasar yang kuat."

Suara Lanxi menjadi berbisik, seolah-olah takut akan dibawa angin panas yang berhembus. "Di lembah tersembunyi Gunung Api Lembah Api ini, sangat dekat dengan jantung panasnya, di sebuah kolam lava yang telah mendingin dan mengkristal selama ribuan tahun, dikatakan tumbuh sebuah harta karun surgawi yang hanya muncul sekali dalam beberapa milenium. Namanya... Teratai Spiritual Api Seribu Tahun."

Shanmu mengernyitkan dahinya, otaknya yang polos berusaha mencerna. "Teratai? Tapi teratai tumbuh di air, di danau yang tenang. Bagaimana mungkin ada teratai di tengah api dan batu?"

"Keajaiban alam seringkali melampaui logika kita, Shanmu," jawab Lanxi, senyum sabar menghiasi bibirnya. "Teratai ini bukan tumbuhan biasa. Ia adalah manifestasi dari energi api murni yang telah dimurnikan dan dijinakkan oleh waktu. Ia tidak menyerap air, melainkan menyerap esensi panas bumi, menyaringnya melalui kelopaknya yang terbentuk dari kristal energi. Menurut catatan guruku, esensi Teratai Spiritual Api Seribu Tahun memiliki sifat yang sangat unik dan hampir mustahil. Ia mampu membersihkan sumbatan paling keras dalam meridian manusia, membakar kotoran spiritual, dan... yang paling penting... memiliki potensi untuk membangkitkan akar spiritual yang paling tertidur, bahkan yang dianggap telah mati sejak lahir."

Kata-kata itu menggantung di udara panas, bergetar dengan makna yang begitu besar. Lanxi menatap langsung ke mata Shanmu, memastikan pemuda itu memahami beratnya setiap suku kata.

"Intinya, Shanmu, jika seseorang yang tidak memiliki akar spiritual... seperti dirimu... dapat mengonsumsi dan menyerap esensi teratai itu dengan benar, maka ada sebuah peluang. Peluang yang sangat kecil, tipis bagai sehelai benang di angin badai, tetapi nyata. Peluang untuk membentuk sebuah fondasi akar spiritual dasar, untuk membuka jalur meridian pertamanya. Artinya..." Ia berhenti, memberikan waktu bagi Shanmu untuk menyusun kesimpulannya sendiri.

Shanmu berdiri membeku. Seluruh dunianya seolah berhenti berputar. Dengungan panas, bau belerang, kerasnya batu di bawah kakinya, semua itu menghilang. Yang tersisa hanyalah gema dari kata-kata Lanxi yang bergema di dalam kepalanya. Membentuk akar spiritual. Membuka jalur meridian. Dua kalimat itu adalah kunci menuju sebuah dunia yang selama ini hanya ia pandang dari balik pagar yang tak tertembus. Sebuah dunia yang ia kagumi, ia inginkan, tetapi ia yakini selamanya tertutup baginya.

Air matanya, yang selama ini ia kendalikan dengan ketat bahkan di saat-saat paling menyakitkan, tiba-tiba mendesak dengan kekuatan yang tak terbendung. Matanya berkaca-kaca, pandangannya menjadi buram. Sebuah getaran emosi yang begitu dalam, begitu primitif, mengguncang seluruh tubuhnya. Ia bukan menangis karena sedih, melainkan karena sebuah harapan yang terlalu besar, terlalu mustahil, tiba-tiba dihadirkan di depan hidupnya.

"Aku..." suaranya tersendat, parau dan hampir tak terdengar. "Aku... bisa... berkultivasi?"

"Ya, Shanmu," tegas Lanxi, suaranya lembut namun penuh keyakinan. "Ini adalah peluang sekali seumur hidup. Mungkin satu-satunya peluang dalam hidupmu. Guruku sangat yakin. Dengan fisikmu yang sudah begitu kuat, begitu tangguh, jika esensi teratai itu berhasil menyatu denganmu, fondasi yang kau bangun tidak akan seperti fondasi kultivator biasa. Itu akan menjadi fondasi granit, tak tergoyahkan oleh badai. Ini adalah jalan yang berbahaya, Shanmu. Jalan yang penuh dengan penderitaan dan ketidakpastian. Tetapi, ini adalah satu-satunya jalan bagimu untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan otot belaka, tetapi untuk benar-benar melindungi dirimu, dan orang-orang yang kau sayangi, di dunia yang kejam ini."

Lanxi melangkah mendekat, mengabaikan panas yang memancar dari tanah. Tangannya yang halus dan dingin, meski berkeringat, menyentuh bahu Shanmu yang tegang. Sentuhan itu bagai embun di padang gurun, menenangkan.

"Aku tidak bisa menjanjikanmu apa-apa, Shanmu. Peluang itu kecil. Prosesnya akan menyakitkan, mungkin sangat menyakitkan. Teratai itu sendiri dijaga oleh alam. Suhu yang mematikan, gas beracun, dan mungkin makhluk spiritual yang telah menjadikannya rumah. Tapi," lanjutnya, matanya memancarkan tekad baja, "aku akan bersamamu. Aku akan membantumu. Aku akan melindungimu sekuat tenagaku. Jika kau setuju, jika kau memiliki keberanian untuk mengambil risiko ini, maka kita akan mendaki ke puncak itu sekarang, sebelum matahari mencapai zenit dan panasnya menjadi tak tertahankan."

Shanmu memandang Lanxi. Di mata kultivator cantik itu, ia melihat ketulusan yang tak terbantahkan. Ia melihat pengorbanan yang telah dan akan dilakukan Lanxi untuknya. Ia melihat sebuah persahabatan yang lebih berharga daripada pil penyembuh mana pun. Rasa syukur yang begitu besar membanjiri hatinya, menenggelamkan keraguan dan ketakutan. Tekadnya, yang selalu menjadi inti dari dirinya, mengeras bagai inti gunung berapi itu sendiri.

Ia mengangguk, perlahan, lalu semakin mantap. Air matanya berhasil ia tahan, digantikan oleh cahaya baja yang berkilau di matanya yang biasanya polos.

"Aku setuju, Lanxi," ucapnya, suaranya kini kuat, jelas, dan penuh keyakinan. "Aku akan melakukan apa pun. Aku akan menghadapi rasa sakit apa pun. Mari kita naik. Aku siap."

Senyum lebar, penuh kelegaan dan kebanggaan, merekah di wajah Lanxi. "Bagus! Itulah Shanmu yang aku kenal! Sekarang, ikuti aku. Dan ingat pelajaranmu. Di medan ini, setiap langkah adalah pertaruhan."

1
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
HUOKIO
Pulang dulu antarkan anak ny. Malah gosip
HUOKIO
Lanjutkan thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!