kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Kilatan petir merah menyala dari luka di dadanya, menjalar cepat ke seluruh tubuhnya. Otot-otot Zhao Feng menegang, urat-urat di tubuhnya terlihat jelas berdenyut, dan aura petir merah yang sangat kuat meledak keluar dari tubuhnya, mengguncang tanah di bawah kakinya hingga retak.
Udara di sekitar mereka bergetar hebat. Petir merah memanjat ke langit, menembus awan, dan membentuk pusaran energi yang berputar cepat di atas kepala Zhao Feng. Tubuhnya kini dipenuhi cahaya merah menyala, dan matanya berubah menjadi merah tua, penuh dengan energi destruktif.
Jian Yu menatapnya dengan kaget. “Zhao Feng… apa yang kau lakukan sebenarnya?”
Zhao Feng tersenyum samar, wajahnya dipenuhi aura listrik yang menyambar-nyambar. “Tenang saja. Ini hanyalah… cara agar kekuatan pedang ku ini tidak tertahan lagi.”
Suara ledakan petir merah terus bergemuruh di sekeliling Zhao Feng. Tubuhnya bergetar menahan derasnya energi petir yang mengamuk di dalam dirinya. “Pelepasan segel pedang... buka! Inilah saatnya untuk menghabisinya!” teriak Zhao Feng dengan suara berat yang bergema di antara kilatan petir.
Dengan kedua tangannya, ia menarik Pedang Guntur perlahan dari dadanya sendiri. Darah menetes dari luka itu, tapi segera menguap karena panas energi petir. Begitu pedang itu keluar sepenuhnya, cahaya merah di sekitar tubuhnya meledak lebih besar lagi.
Tubuh Zhao Feng mulai berubah. Rambutnya yang semula hanya berwarna merah di ujung kini berubah menjadi merah menyala sepenuhnya. Kulit tangannya menghitam, dan di atasnya muncul garis-garis merah menyala yang memancarkan percikan listrik. Bilah Pedang Guntur yang tadinya merah kini berubah menjadi putih bersih, berkilau seperti logam surgawi yang memantulkan cahaya petir di sekelilingnya.
Petir menyambar liar ke segala arah. Tanah terbelah, udara bergetar, dan langit di atas mereka diselimuti awan hitam pekat. Semua orang yang sedang bertarung melawan binatang iblis di area itu berhenti sejenak, menatap ke arah Zhao Feng dengan mata terbelalak.
“Sekarang, Jian Yu! Kita habisi serigala darah itu! Wujudku ini tidak akan bertahan lama!” ucap Zhao Feng sambil memutar kepalanya perlahan, matanya kini menyala merah terang.
Jian Yu yang melihatnya hanya tersenyum kecil. “Baiklah, kalau begitu... mungkin kali ini aku juga akan sedikit serius,” ucapnya dengan nada datar namun penuh tekanan.
Dalam sekejap, petir hitam di sekeliling Jian Yu yang tadinya hanya berdesis kecil kini meledak dahsyat. Langit mendadak berubah menjadi kelam, dan dari balik awan muncul percikan petir hitam yang menggelegar keras. Suara petir itu begitu besar hingga membuat tanah bergetar dan para kesatria naga yang bertarung di kejauhan menoleh dengan wajah terkejut.
Bahkan di wilayah Klan Naga, kilatan petir hitam itu tampak jelas di langit. Yanhu, si harimau bermata tiga, yang sedang bertarung di garis depan bersama para kesatria naga, menoleh sambil mendesis. Di belakangnya, Lin Lin bertepuk tangan kecil.
“Yey! Harimau kecil sangat hebat!” serunya polos.
Yanhu hampir tersungkur mendengar itu. “Harimau kecil apanya, nona kecil? Tubuhku saja sudah sangat besar!” protesnya sambil menepis seekor binatang iblis yang mencoba menyerangnya dari samping.
Dari kejauhan, seekor babi raksasa bertaring panjang mendekat dengan suara menggelegar. Yan Rong yang sedari tadi memantau pertempuran dari atas menara segera turun tangan. Ia mengangkat tangan kanannya, dan seketika, sebuah pedang besar yang menempel di dinding bergetar keras sebelum melayang menuju dirinya.
“Sudah lama kita tidak bertarung bersama, sobat. Anggap saja ini pemanasan untukmu,” ucap Yan Rong sambil menatap pedang itu dengan senyum tenang. Ia melempar pedang tersebut tinggi ke udara, lalu menendang gagangnya dengan kekuatan luar biasa.
Pedang itu berkobar dengan api merah menyala di ujung bilahnya, melesat seperti meteor dan menghantam kepala babi raksasa itu. Ledakan besar terdengar, kepala babi itu hancur berkeping-keping dan tubuhnya ambruk ke tanah. Pedang itu berputar di udara dan kembali ke tangan Yan Rong, yang kini berdiri dengan tenang di atas menara.
Para kesatria naga yang melihat itu semakin bersemangat. Mereka menyerang balik para binatang iblis yang tersisa dengan penuh semangat. Yanhu mengaum keras, dan api dari tulang punggungnya berkobar makin besar. Dengan satu hentakan kaki, ia menembakkan bola-bola api raksasa yang menghantam pasukan iblis dan manusia setengah iblis, membuat tubuh mereka meledak menjadi abu.
Sementara itu, di sisi lain medan perang, Jian Yu mulai bergerak. Tubuhnya dikelilingi oleh pusaran petir hitam yang mendesis ganas. Tanah di bawah kakinya retak setiap kali ia melangkah.
Zhao Feng, yang sudah berubah sepenuhnya, mengangkat Pedang Guntur putihnya ke langit. Suara “KRAAAKKK!!!” menggema saat petir merah turun dari awan, menyatu dengan pedangnya. Energi qi-nya meluap begitu besar hingga udara di sekitarnya terasa seperti bergetar dan menekan dada siapa pun yang berdiri terlalu dekat.
Keduanya saling menatap sebentar, lalu mengangguk bersamaan. Dalam satu gerakan cepat, keduanya melesat ke arah serigala darah itu.
Jian Yu menyerang lebih dulu. Pedang Asura-nya menebas cepat dari berbagai arah, menciptakan kilatan petir hitam yang menembus udara dan menghantam tubuh serigala itu. Luka-luka besar langsung muncul di sekujur tubuhnya, darah hitam menyembur ke tanah.
Zhao Feng menyusul di belakangnya, mengayunkan Pedang Guntur. Dari petir merah di sekelilingnya, muncul ratusan tombak kecil yang terbuat dari energi murni. “Serangan Guntur Langit!” teriaknya, dan tombak-tombak itu melesat menghujani serigala darah dari segala arah.
“Sekarang, habisi dia, Jian Yu!” teriak Zhao Feng sambil mengalirkan seluruh energi qi-nya ke pedang.
Jian Yu menancapkan kakinya ke tanah, tubuhnya dikelilingi aura hitam pekat. Petir hitam mulai keluar dari dalam tubuhnya, merambat ke pedangnya, lalu meluas ke udara hingga membentuk pusaran besar di belakangnya.
“TEBASAN PETIR... PENGHANCUR!!!” teriak Jian Yu dengan suara menggelegar.
Dalam sekejap, tubuhnya melesat ke depan seperti kilat hitam, meninggalkan jejak api dan petir di udara. Di belakangnya, aura petir itu membentuk wujud seekor naga hitam raksasa yang mengaum keras, menyatu dengan tebasannya.
Serigala darah itu mencoba menghindar, namun sudah terlambat. Tebasan pedang Asura menghantamnya dengan kekuatan luar biasa suara ledakan keras.
Ketika cahaya hitam itu menghilang, serigala darah sudah terkapar di tanah dengan kepala terpisah dari tubuhnya. Tubuhnya meledak menjadi kabut darah, dan suara raungannya menghilang sepenuhnya dari medan perang.
Jian Yu berdiri tegak dengan napas berat, petir hitam di sekelilingnya perlahan mereda. Di sisi lain, Zhao Feng menundukkan kepala, tubuhnya perlahan kembali normal sementara Pedang Guntur di tangannya redup kembali ke warna merah aslinya.