NovelToon NovelToon
A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:667
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

Sejak bayi, Kim Areum menghilang tanpa jejak, meninggalkan tiga kakaknya—Kim Jihoon, Kim Yoonjae, dan Kim Minjoon—dengan rasa kehilangan yang tak pernah padam. Orang tua mereka pergi dengan satu wasiat:

"Temukan adik kalian. Keluarga kita belum lengkap tanpanya."

Bertahun-tahun pencarian membawa mereka pada sebuah kebetulan yang mengejutkan: seorang gadis dengan mata yang begitu familiar. Namun Areum bukan lagi anak kecil yang hilang—ia tumbuh dalam dunia berbeda, dengan ingatan kosong tentang masa lalunya dan luka yang sulit dimengerti.

Sekarang, tiga kakak itu harus membuktikan bahwa ikatan darah dan cinta keluarga lebih kuat daripada waktu dan jarak. Bisakah mereka menyatukan kembali benang-benang yang hampir putus, atau Areum telah menjadi bagian dari dunia lain yang tak lagi memiliki ruang untuk mereka?

"Seutas benang menghubungkan mereka—meregang, namun tidak pernah benar-benar putus."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32: Usaha Membujuk Areum

Pagi itu, di kediaman utama milik keluarga Kim, Minjoon bangun lebih pagi dari biasanya. Begitu pula dengan Yoonjae. Bukan tanpa alasan kedua anak itu begitu bersemangat; dari jadwal Minjoon, dia tahu jika Areum akan kembali ke Gagnam hari ini karena masa cutinya sudah habis. Namun Minjoon sendiri sama sekali belum tahu apakah Areum benar-benar akan kembali ke Gagnam atau tidak. Apalagi setelah mengetahui fakta bahwa mereka adalah keluarga, tidak ada salahnya untuk berpikir positif menurut Minjoon dan Yoonjae. Bahkan, saking bersemangatnya, Yoonjae rela tidak masuk rumah sakit hanya demi ikut Minjoon ke café.

Yoonjae memilih ikut dengan mobil Minjoon karena Minjoon sengaja pergi ke café bukan untuk benar-benar bekerja, tapi untuk membujuk adiknya itu—setidaknya dengan alasan pekerjaan.

"Kau yakin Ara akan masuk bekerja?" ujar Yoonjae sambil menatap adiknya yang tengah fokus menyetir.

"Molla… tapi setidaknya kita sudah mencobanya, bukan?" balas Minjoon, membuat Yoonjae mengangguk setuju. Perjalanan dari rumah ke café memang tidak membutuhkan banyak waktu, karena café tempat Areum bekerja memang dekat dengan kediaman utama keluarga Kim.

Keduanya turun dari mobil dan menatap bangunan café yang sudah cukup ramai dengan para pengunjung. Minjoon memarkir mobilnya terlebih dahulu, sedangkan Yoonjae memilih masuk lebih dahulu.

Begitu masuk, pandangannya langsung tertuju pada seorang wanita yang sedang tersenyum ramah melayani pelanggan: Areum.

"Baik… tunggu sebentar," ujar Areum sambil berbalik, dan sedikit terdiam melihat Yoonjae yang berdiri di ambang pintu café. Dia memilih pura-pura tidak melihat, lalu masuk ke dapur untuk membantu menyiapkan pesanan lain.

Minjoon yang baru selesai memarkir mobilnya menepuk bahu sang kakak, membuat Yoonjae kembali tersadar.

"Dia ada…" ujar Yoonjae, membuat Minjoon mengangguk pelan.

"Biarkan dia bekerja dulu, nanti saat jam istirahat baru kita ajak dia keluar," ujar Minjoon, membuat Yoonjae setuju. Keduanya memilih masuk ke ruangannya.

Minjoon menyesap kopinya pelan, pura-pura tenggelam dalam dokumen, tapi matanya sesekali mencuri pandang ke arah Areum yang sibuk membantu kasir yang terlihat sedikit kesulitan. Hatinya campur aduk; lega melihat Areum baik-baik saja, tapi sekaligus cemas, takut sikapnya terlalu mencolok dan membuat adiknya curiga.

Sementara itu, Yoonjae berdiri mondar-mandir, seolah tidak sabar menunggu saatnya tiba. Setiap senyuman kecil yang Areum berikan pada pelanggan membuat dadanya berdebar kencang. Aigoo… jinjja, pikirnya, menahan rasa gugup yang perlahan memuncak. Ia tahu ia harus bersabar—menunggu sampai jam istirahat baru bisa mengajaknya bicara, tanpa menimbulkan kecurigaan.

Areum, di sisi lain, tetap fokus pada pekerjaannya. Meski beberapa kali merasakan tatapan Yoonjae dan Minjoon dari luar pandangannya, ia mencoba mengabaikannya.

"Duduklah, Hyung. Jamnya masih lama," ujar Minjoon sedikit terkekeh, melihat kakaknya yang sudah tidak sabar.

"Kenapa jam terasa begitu lambat hari ini? Kau tidak pakai baterai yang cepat, ya?" ujar Yoonjae kesal, mengernyit sambil menatap jam di pergelangan tangannya.

"Ayolah… semakin kau tunggu, semakin lama. Sabar saja dulu," ujar Minjoon, membuat Yoonjae akhirnya mau duduk dengan tenang.

"Nah… minum ini," ujar Minjoon sambil menyodorkan segelas kopi pada kakaknya. Dengan cepat, Yoonjae meneguknya, menahan debar yang masih berlari-lari di dadanya.

"Kenapa dia menjadi kasir dan melayani pelanggan? Bukankah dia asisten manajer?" tanya Yoonjae, pandangannya tak lepas dari Areum.

"Memang begitu sistem kerjanya, Hyung. Tidak peduli apapun posisinya, jika orang lain butuh bantuan, ya bantu saja," jawab Minjoon sambil mengotak-atik laptopnya. Meski diam, banyak pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan.

"Itu namanya menyiksa adik kita, kau tidak berprikemanusiaan sekali," ujar Yoonjae, membuat Minjoon menatapnya sekilas sambil tersenyum tipis.

"Aturan kerja di café memang seperti itu, Hyung. Kerja sama tim… lagipula mana aku tahu kalau Areum itu Ara," ujar Minjoon, membuat Yoonjae memukul lengan Minjoon dengan buku yang ada di meja.

"Ubah itu… aku tidak mau dia kelelahan!" seru Yoonjae, suara agak meninggi karena cemas. Minjoon memutar bola matanya sebal.

"Sudahlah… Hyung terlalu berlebihan. Lagipula, sedari awal aku sudah perhatikan jika dia baik-baik saja," ujarnya sambil bangkit dari sofa dan berjalan menuju meja kerjanya.

Yoonjae mendengus kesal, merasa diabaikan oleh adiknya itu, tapi dadanya tetap berdebar setiap kali mata mereka tak sengaja bertemu dengan Areum.

Tak terasa waktu berjalan cepat. Detik yang sedari tadi keduanya tunggu akhirnya tiba. Semua staf terlihat bergantian beristirahat karena pelanggan tidak henti-hentinya datang.

“Joon, panggillah,” ujar Yoonjae, membuat Minjoon yang masih fokus pada laptopnya menoleh sekilas.

“Panggil saja Hyung, dia juga akan datang meskipun Hyung yang memanggil,” ujar Minjoon santai, membuat Yoonjae menatapnya tajam.

“Bos dia itu kamu, Kim Minjoon!” geramnya, membuat Minjoon terkekeh geli.

“Sabar, Hyung. Aku hanya bercanda,” ujarnya ringan, tapi Yoonjae menatap kesal.

“Kau pikir itu lucu? Cepatlah!” ujarnya tegas, membuat Minjoon mengangguk, menutup laptopnya, lalu berjalan ke luar untuk mencari Areum.

Tak lama kemudian, ia kembali bersama Areum yang berjalan di belakangnya. Wajah gadis itu datar, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, meskipun ia tahu kedua pria itu adalah orang yang disebut-sebut sebagai saudaranya.

“Ada apa, Sajangnim?” ujar Areum tenang, membuat Minjoon berbalik menatapnya.

“Yoonjae Hyung ingin bicara. Dia menunggumu sedari tadi,” ujar Minjoon, membuat Areum menatap Yoonjae sekilas lalu mengangguk pelan.

“Butuh sesuatu?” tanya Areum datar pada Yoonjae.

“Ya… kami butuh kamu berhenti bekerja. Itu pasti melelahkan,” ujar Yoonjae sembari berjalan mendekati Areum. Langkahnya membuat Areum spontan mundur setengah langkah, menjaga jarak ketika Yoonjae terlalu dekat padanya.

“Ah, itu… saya juga memang ingin membahas hal itu, Sajangnim,” ujar Areum, mengalihkan pandangannya ke arah Minjoon.

“Tentang apa?” tanya Minjoon, mengulang ucapannya dengan dahi sedikit berkerut.

“Tentang pengunduran diri,” jawab Areum pelan namun tegas. “Saya dan keluarga saya akan pindah, jadi kami memilih berpindah tempat tinggal juga. Saya rasa tidak nyaman jika bekerja terlalu jauh. Oleh sebab itu, saya ingin mengundurkan diri dari sini. Karena kami tidak akan tinggal di Mapo-gu lagi, kalau saya terus bekerja di Gangnam, akan sulit untuk pulang ke tempat baru itu.” ujar Areum yang jelas berbohong, dia sengaja mengatakan itu karena tidak ingin terus di ganggu oleh mereka. Tapi ternyata ucapannya membuat Yoonjae dan Minjoon sama-sama terdiam. Tapi Yoonjae lebih cepat bereaksi.

“Kau mau meninggalkan kami lagi, Ara?” suaranya lirih namun penuh tekanan. Ia melangkah mendekat, tangannya terulur memegang bahu sang adik. Namun Areum segera menepis tangan itu, sedikit kasar.

“Maaf, Sajangnim. Nama saya Areum, bukan Ara, atau siapa pun itu. Jadi, tolong berhentilah,” ujarnya tegas. Nada suaranya dingin, tapi getar halus di ujung kalimatnya menunjukkan betapa berat hatinya.

Emosi Yoonjae pun tersulut. Aigoo… kenapa dia begitu keras kepala? Pikir nya. Sejak awal, dialah yang mati-matian mencari adiknya itu. Dan kini, saat akhirnya mereka bertemu, Areum justru ingin pergi lagi. Tidak. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

“Kau diam!” seru Yoonjae, nadanya meninggi. “Aku tahu kau kecewa dan tidak mau menerima fakta bahwa kami keluargamu, tapi mau seperti apa pun caramu menolak, kau tetap adik kami! Dan aku tidak akan biarkan kamu pergi ke mana pun lagi!” ujar nya.

Tanpa memberi kesempatan, Yoonjae menarik tangan Areum agak kasar, menyeretnya keluar dari ruangan itu. Beberapa pelanggan spontan menoleh, menatap dengan rasa ingin tahu saat Areum berusaha berontak. Namun Yoonjae tetap tenang, berkata dengan suara yang cukup keras agar semua mendengar,

“Kami saudara! Adik saya sedang marah!”

Tatapan curiga para pelanggan pun perlahan memudar, dan suasana café kembali tenang. Minjoon yang menyusul dari belakang hanya bisa menghela napas panjang, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Cara kakaknya itu terlalu keras, dan ia tahu… jika Areum makin tersakiti, segalanya bisa semakin rumit.

Areum berusaha melepaskan genggaman tangan Yoonjae dengan keras, langkahnya terseret hingga keluar café.

“Lepaskan aku, Sajangnim! Orang-orang melihat!” serunya setengah berbisik, tapi tetap terdengar panik. Namun Yoonjae tidak menggubris. Tatapan matanya tajam, seolah hanya ada satu hal di kepalanya saat ini — jangan biarkan dia pergi lagi.

“Ara-ya, berhenti melawan!” suaranya bergetar antara marah dan cemas. “Kau pikir aku bisa tenang setelah tahu kau akan pergi begitu saja? Aigoo… kau membuatku gila, tahu!” lanjut nya frustasi.

Areum terus menarik tangannya, wajahnya memerah karena campuran emosi dan rasa malu. Beberapa pegawai café memandangi mereka dari balik pintu, sementara Minjoon hanya bisa menghela napas, berjalan cepat menyusul mereka.

“Hyung, geumanhae (hentikan)!” ujar Minjoon tegas, mencoba menengahi. Tapi Yoonjae tidak mendengar—atau lebih tepatnya, tidak mau mendengar.

“Aku tidak akan berhenti sampai dia dengar aku!” bentak Yoonjae, lalu menatap Areum dengan mata memerah. “Kau mau kabur lagi, hah? Setelah semua yang kami lakukan mencarimu bertahun-tahun?!” lanjut nya yang membuat air mata mulai menggenang di mata Areum, namun suaranya tetap tegas meski gemetar.

“Aku tidak meminta kalian mencariku! Aku tidak meminta kalian datang! Kalian tidak tahu apa pun tentang hidupku, jadi jangan bertindak seolah kalian peduli!” ujarnya keras, membuat Yoonjae terdiam sesaat. Nafas Areum tersengal, tapi ia tetap menatap lurus, menahan tangisnya.

Suasana mendadak hening, hanya terdengar deru angin pagi yang mengibas rambut Areum yang terlepas dari ikatannya. Minjoon menatap keduanya dengan wajah tegang. Ia tahu, percakapan ini tidak akan mudah.

“Kalau begitu, biarkan aku peduli sekarang, aku tidak akan menyerah, Ara-ya. Kau tetap keluarga kami, mau kau akui atau tidak.” ucapnya akhirnya, suaranya pelan tapi berat. Areum memalingkan wajahnya, air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah.

“Keluarga?” bisiknya getir. “Keluarga macam apa yang baru muncul setelah semuanya hancur? Sudahlah, aku tidak peduli. Aku tidak butuh kalian. Aku sudah bahagia dengan hidupku sekarang,” ujar Areum dengan suara bergetar, namun tatapannya tegas.

Kata-kata itu membuat dada Yoonjae serasa diremas. Ia menatap adiknya dalam diam, hatinya mencelos seketika. Semua kalimat yang ingin ia ucapkan menguap begitu saja. Untuk sesaat, pria itu benar-benar tak tahu harus berkata apa. Minjoon yang berdiri di sisi mereka hanya bisa menghela napas panjang, lalu berkata lembut, mencoba menengahi.

“Hyung... jangan seperti ini. Kita harus pelan-pelan,” ujarnya hati-hati. Namun, Yoonjae tak memedulikannya. Ia menggenggam tangan Areum kembali, kali ini lebih kuat.

“Aniya (tidak), aku tidak akan diam saja. Kalau aku biarkan, dia akan pergi lagi!” ucapnya dengan nada tinggi, emosi bercampur ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan.

“Lepaskan aku! Sajangnim, ini sudah keterlaluan!” seru Areum, mencoba berontak, namun Yoonjae tetap menariknya menuju area parkir. Nafas mereka sama-sama tersengal—Areum karena berusaha melepaskan diri, Yoonjae karena menahan gejolak dalam dadanya yang nyaris meledak. Tanpa banyak bicara, Yoonjae membuka pintu mobil dan mendorong Areum masuk ke dalamnya.

“Aku akan ke rumah utama,” ujarnya datar, matanya menatap lurus ke depan sebelum menutup pintu dan duduk di kursi pengemudi.

“Hyung! Bukan seperti itu caranya!” seru Minjoon keras, namun mobil sudah lebih dulu melaju, meninggalkannya di sana dengan napas berat dan dada sesak. Ia mengepalkan tangan, menatap ke arah mobil yang kian menjauh.

“Aigoo... Hyung jinjja (benar-benar) keras kepala,” gumamnya lirih, matanya redup menatap arah jalan yang sudah kosong. “Kau akan membuatnya semakin membenci kita…” lirih nya.

Angin berembus pelan, membawa aroma kopi dari café yang perlahan kembali tenang. Di tengah parkiran yang sunyi, Minjoon berdiri sendiri, menatap kosong langit Gangnam yang mulai mendung. Ia tahu Yoonjae hanya ingin melindungi Areum, tapi cara itu... bukan jawaban yang benar.

1
Ramapratama
💜
Ramapratama
jangan jangan... adik yang hilang itu di adopsi keluarga Park kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!