NovelToon NovelToon
Terjerat Overdosis Cinta

Terjerat Overdosis Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Patahhati / Romansa Modern / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: Zhang zhing li

Hidupku begitu hancur saat malam yang tak diiginkan menimpaku. Sayangku pada keluarga baru, telah menghancurkan cinta pada pria yang telah merenggut semangat hidupku.

Hidup yang selama ini terjaga telah hancur dalam sekejap mata, hanya keserakahan pria yang kucintai. Namun pada kenyataanya dia tak memilihku, akibat cintanya sudah terkunci untuk orang lain.

Apakah hidupku akan hancur akibat malam yang tak diiginkan itu? Atau akan bahagia saat kenyataan telah terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia yang salah menerima omongan

Aku tak menyangka jika akan mendapatkan pembantu yang wajahnya manis dan cantik sekali. Saat tak sengaja tatapan kami yang sama-sama terkunci tadi, membuat dada rasanya sudah bergetar hebat atas rasa yang entah apa aku rasakan sekarang.

"Aaah, sial. Kenapa wanita itu secara tiba-tiba sama-sama menatap penuh pesona tadi. Haaah, kenapa jantung terasa berdetak dag dig dug begini bagaikan genderam drum ditabuh, aneh betul? Baru kali ini aku merasakan getaran-getaran jiwa saat dekat sama wanita," gumanku dalam hati sedang duduk panik dalam kamar sambil mengelus-elus pelan dada.

"Apakah kamu tadi ngak salah menyuruhnya masak dalam waktu lima menit, Chris? Dasar kamu ini, memang suka betul selalu kejam sama pembantu kamu sendiri," gerutuku menyalahkan diri sendiri.

"Aaah, biarlah. Itu hukuman akibat mengatai aku hantu berwajah oplas. Dasar wanita aneh, masak tampan-tampan begini dikatain hantu. Baru kali ini ada wanita yang mengatai kamu hantu, Chris. Benar-benar wanita unik bin ajaib," ucapku dalam hati lagi kagum atas keberanian wanita itu.

Kini aku segera bangkit dari duduk dikasur dan mencoba ganti pakaian segera habis pulang dari bekerja. Namaku adalah Christian Rafkano, seorang laki-laki tampan yang berprofesi sebagai foto model disebuah majalah pakaian maupun make-up. Walaupun namaku belum terkenal, tapi cukuplah diri ini bisa mandiri bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebenarnya orangtua adalah orang kaya dalam bisnis disebuah perusahaan, namun aku tak mau mengikuti jejak orang tua sebab malas sekali otak ini diajak kerjasama untuk berpikir masalah bisnis-bisnis itu, hingga dengan terpaksa kuandalkan wajah ini untuk melakukan pekerjaan.

Kulihat pembantu baru sedang sibuk memasak yang tak tahu apa yang dia goreng sekarang. Sebab kepala mulai berpikir untuk balas dendam atas hinaanya pada pertemuan kami diawal tadi, kini aku berpura-pura tak menyukai atas masakannya yang sudah disajikan didepanku sekarang ini.

"Ini tetap ngak enak. Becus ngak sih masaknya? Kalau ngak bisa mending ngak usah ganti'in bu Fatimah untuk kerja disini," ketusku berkata.

"Saya itu bisa masak, tuan. Tapi yang kayak sayur-mayur begitu. Kalau masakan maupun selera orang kaya saya kurang paham, sebab aku berasalnya dari kampung," jelasnya terlihat grogi menjawab, sambil kepala sudah ditundukkan.

"Oh begitu. Sudah sini, ambilkan telurnya didalam kulkas itu. Biarkan aku masak sendiri saja," kepura-pudaanku sok bisa.

"Iya tuan," jawabnya nurut saja.

Srees, suara pengorengan berisi minyak sudah kumasukkan dua butir telur yang segera kububuhi garam, bubuk merica dan sedikit penyedap rasa. Wanita bernama Karin hanya menatap seksama apa yang kulakukan sekarang. Terlihat dia tengah meneguk air liur berkali-kali sepertinya ingin menikmati apa yang kumasak sekarang.

"Kamu lapar?" tanyaku.

"Eeh, enggak ... enggak kok tuan," jawabnya malu-malu.

"Duduklah. Aku akan mengorengkan satu lagi untuk kamu," suruhku.

"Tapi, tuan."

"Sudah, duduk saja. Aku tahu kamu lapar sekali, yang terlihat dari cara kamu menatap terus telur yang kugoreng," jelasku.

"Aku memang lapar sekarang. Tapi aku tak enak jika merepotkan tuan Chris," cakapnya lemah memberitahu.

"Ngak pa-pa, duduklah. Aku suka sama orang yang selalu jujur dan mengatakan semua apa adanya," imbuh ucapku.

"Baiklah, makasih!" Kegirangannya menjawab.

Akhirnya kami berduapun duduk satu meja makan. Baru pertama kali ini aku mempersilahkan pembantu makan bersamaku. Entah mengapa wajahnya yang teduh itu, membuatku trenyuh merasa kasihan padanya. Sesuap demi sesuap makanan terus saja kumasukkan dalam mulut, hingga akhirnya masih tersisa dua bulatan telur dadar yang belum sempat kumakan, tapi Karin kelihatan menginginkan punyaku juga, nampak sekali saat dia manatap ke arah piringku tanpa mengedipkan mata.

"Kenapa? Kamu masih lapar lagi?" tanyaku.

"Enggak kok tuan. Aku hanya menikmati moment ini saja, sebab baru pertama kali menikmati telur yang kelihatan biasa saja tapi rasanya enak banget lain dari pada yang lain," jelasnya memuji.

"Benarkah? Makasih atas pujiannya. Ini ambilah, lagian aku sudah kenyang tak mau memakannya lagi," ucapku berbohong yang kini menyodorkan piring berisi telur kearah Karin.

"Benarkah? Ini beneran untukku, tuan Chris?" tanyanya tak percaya dengan wajah tersenyum lebar akibat merasa gembira.

"Iya, ambil 'lah."

"Terima kasih, tuan."

Walau Karin sempat mengatakan tak lapar, tapi ekspresi wajahnya tetap menandakan bahwa dia masih ingin mengisi perutnya itu.

"Oh ya. Wajah kamu kelihatan imut-imut seperti masih anak SMA, apa kamu sekarang masih sekolah?" tanyaku penasaran.

"Iya, tuan. Masih kelas dua SMA," jawabnya sambil sibuk mengunyah makanan.

"Lha terus kenapa menggantikan bu Fatimah sedangkan kamu masih sekolah? Apa kamu sudah tak ingin melanjutkan pendidikan itu lagi?" imbuh tanyaku.

"Iya, tuan. Aku masih ingin sekolah, tapi sekarang sudah tak sekolah lagi, sebab ... sebab!" Suaranya tertahan dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Sebab apa? Sebab kamu sering bolos, dikeluarkan dari sekolah karena nakal, atau malas berpikir lagi?" ujarku penasaran alasannya.

"Bukan ... bukan, itu tuan. Tapi karena aku tak ada biaya sekolah lagi," terangnya.

"Ooh, kalau begitu seandainya ada biaya, kamu maukah sekolah lagi?" tanyaku lagi.

Dengan kasar Karin kini mengeleng-geleng kepala secara kuat. Sungguh aneh sekali rasanya aku atas alasannya. Kata tak mau sekolah sebab tak ada biaya, tapi ketika ditanya jika ada biaya malahan dia tak mau.

"Apakah ada alasan lain, hingga dia tak mau sekolah lagi? Aku harus mencari tahu, sebab sayang sekali sama Karin yang masih muda harus bersusah payah menjadi pembantu, yang padahal pendidikan yang akan dia tuntut bisa merubah nasibnya suatu saat nanti. Heeh, aku harus mencari tahu, ya benar! Aku harus mencari tahu," gumanku dalam hati menatap seksama Karin makan.

Saat dia belum kutanya tadi Karin begitu lahapnya makan, tapi setelah pertanyaan atas sekolah, sekarang seolah-olah dia malas untuk melanjutkan makan dan itu membuatku merasa heran dan aneh.

"Kalau begitu kamu kerjakan apa yang menjadi pekerjaan kamu sekarang. Aku mau tidur sebentar saja, sebab tadi malam aku begadang kerja, ok!" suruhku.

"Baik tuan Chris."

Perut rasanya sudah menolak untuk makan berlebihan. Lagian aku harus tetap menjaga tubuh agar tak nampak gemuk, sebab tubuh dan mukaku adalah satu-satunya andalan untuk mencari nafkah.

*******

Mata rasanya sudah terasa lekat sekali ingin terpejam, hingga kepalapun mulai sedikit pusing akibat menahan rasa kantuk yang sudah mendera. Tubuh langsung kubanting kesembarang arah, tak peduli jika tak ada rasa nyaman saat berbaring, yang terpenting rasa ngantuk ini secepatnya dituruti agar terpejam segera.

Sudah sekian jam aku tertidur pulas, hingga suara gelak tawa seorang laki-laki dan perempuan terdengar jelas menganggu kenyamanan tidurku.

"Haaah, siapa sih yang tertawa itu? Ganggu benar mereka itu," Kekesalanku berucap dalam hati, yang sekarang segera bangkit dari tidur.

Tangan langsung mengucek mata untuk segera menetralkan rasa ngantuk agar hilang. Sekarang mencoba melihat siapakah dalang penganggu tidurku itu.

Pletak, kujitak kepala asistenku yang tak tahu aturan sedang tertawa riang bersama Karin.

"Aww ... aaa, sakit bos!" keluhnya tak suka.

"Itu hukuman telah menganggu orang tidur, dasar!" ucapku marah.

"Ya maaf, bos."

"Kamu juga Karin. Lagi ngapain disini tertawa sama si cecunguk Rohmat asistenku yang lebay ini? Pergi sana, urus pekerjaan kamu. Ngak ada kerjaan apa? Hanya bisanya ganggu orang tidur," lengkingan suaraku marah-marah.

"Iya, tuan. Maaf ... maaf. Baiklah saya akan pergi kedapur untuk masak makan siang," ucap Karin nurut.

"Iya, sana. Husst ... huust, bikin sepet saja," jawabku masih marah-marah.

Karin akhirnya telah pergi hilang dari pandangan, dengan tangannya kini sibuk membawa beberapa kantong kresek putih besar untuk dibawanya ikut serta kedapur.

"Bos ini apa-apan sih, sama pembantu baru. Kasihan tahu kena marah-marah kamu, lagian seharusnya yang salah itu aku bukan dia," Pembelaan ucap Rohmat.

"Kamu tuh yang apa-apa'an. Ganggu orang saja. Kalau mau tertawa kira-kira dulu ada orang apa tidak, jangan main mengeraskan gelak tawa sedangkan bos kamu ini capek masih ingin tidur," keluhku tak suka.

"Heh, iya ... Iya maaf."

"Lagian apa sih yang dibicarain, sampai-sampai kamu tertawa riang begitu? Dan yang dibawa Karin itu tadi apa'an?" tanyaku kepo.

"Ooh, itu tadi sayuran yang aku beli sama Karin barusan. Habis katanya kamu marah-marah melulu akibat tak ada makanan yang dimasak, ya kebetulan tadi aku datang dan Karin minta diantar ketempat penjual sayur. Masalah tertawa tadi biasalah menceritakan hal yang lucu saja," terang Rohmat asistenku.

"Ooh."

Badan kini kebanting kasar ke sofa, untuk menghilangkan rasa kantuk dan capek yang masih tersisa.

"Bos, nanti jam tiga kita akan ke tempat xxcc untuk pemotretan model majalah pakaian pria. Kamu jangan lupa untuk siap-siap nanti, aku ada kerjaan sekarang. Nanti aku jemput dan kalau sudah siap duluan telephone aku saja, ok!" terang si cerewet Rohmat.

"Emm."

"Baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa telephone nanti, bye ... bye!" ulang ucap asisten.

"Emm," jawabku singkat sebab malas mendengar ocehan Rohmat.

Sekarang kerjaanku hanya mau bermalas-malasan berbaring disofa panjang ruang tengah, sambil menonton acara televisi kesukaanku. Tangan kini sibuk memegang remot, untuk menghidupkan channel dan mencari stasiun televisi yang ada acara kegemaranku.

"Ha ... ha ... ha ... ha," gelak tawaku puas akibat melihat kartun Tom and Jerry sedang bermain kejar-kejaran.

Makanan ringan dan kacang ovenpun tak lupa menjadi pengiringku untuk menemani diri ini menonton. Perut sampai sakit tak tertahan lagi untuk terus tertawa, sebab aksi mereka saling serang membuatku tertawa lepas. Mungkin terlihat aneh jika aku seorang lelaki dewasa menyukai kartun itu, tapi diri ini tak peduli semua itu karena selagi acara itu membuat hati senang buat apa harus malu dan terlarang.

"Hahahahhaah," gelak tawaku lepas tak peduli atas berserakannya bungkus snack yang habis kumakan.

"Ya ampun, tuan. Kok berantakan begini, sih! Padahal aku tadi baru saja merapikan ini," keluh Karin.

"Hahahah. Husst ... huust, minggir!" pintaku saat Karin menghalangi acaraku menonton.

Hati sudah gondok sekali ingin marah pada Karin, saat lagi seru-serunya nonton dia malah sibuk menghalangi, karena sedang sibuk membersihkan bekasku makan snack.

"Bisa ngak sih, minggir sebentar!" keluhku tak suka.

"Ngak. Kalau saya sudah membersihkan ini semua, saya akan secepatnya pergi dari sini," bantahan ucapan Karin.

"Haaiiist, membersihkan nanti saja, kenapa! Aku lagi seru-serunya nonton, nih! Minggir ... minggir," suruhku kesal.

"Ngak bisa, tuan. Kalau tuan Chris ingin saya cepat pergi dari sini tolong dan tolong jangan buang berserakan lagi kulit kacangnya, bisa 'kan?" ujar Karin mengatur.

"Suka-suka hati aku 'lah mau ngapain. Kamu itu disini hanya pembantu, yang sedang aku suruh kerja sebab kamu itu golongan dari orang-orang miskin, makanya bisa kerja disini sebab butuh uang recehan. Jadi cepetan minggir sana, dasar!" hinaku tak sadar, akibat terlalu fokus ingin menonton kartun.

"Apa? Apa yang tuan Chris katakan tadi? Asal kamu tahu saja tuan, walau aku ini golongan dari orang miskin, tak sepantasnya kamu sembarangan menghina begitu saja atas harga diriku ini. Aku memang orang tak punya, tapi tak serendah itu saya meminta perkerjaan kepada kamu. Masih banyak pekerjaan diluaran sana yang halal, tanpa bersusah payah mengemis kepada kamu. Jaga itu mulut, yang tak seharusnya kamu menghina orang miskin seperti saya, sebab aku masih punya perasaan yang bisa tersinggung juga. Permisi kalau begitu, saya ucapkan terima kasih sebab beberapa jam yang lalu mau menerima saya jadi pembantu kamu, tapi sekarang saya tak bisa bekerja disini lagi karena aku bukan pengemis yang minta makan maupun uang recehan sama kamu, melainkan aku kerja dengan berpeluh keringat untuk mendapatkan secuil uang agar bisa memenuhi kebutuhan kami sekeluarga. Cukup sekian dan terima kasih," ucap Karin marah dengan panjang lebarnya menjelaskan.

"Eeeh, bukan ... bukan gitu, Karin! Akhhgh," ucapku berusaha membela diri.

"Maaf, aku tak bisa berkerja disini lagi. Selamat siang, permisi!" pamit Karin yang kini benar-benar marah ingin berhenti dari pekerjaan.

"Tunggu ... tunggu, kamu jangan marah begitu!" cegahku berusaha menghentikan langkahnya.

"Lepaskan saya tuan. Saya sudah bilang kalau tak mau kerja disini lagi, titik. Jadi sekarang lepaskan tanganku ini," tuturnya terlihat kesal sekali padaku.

"Maafkan aku tadi. Aku bisa jelaskan semuanya tadi," cegahku yang masih berusaha mencekal tangannya supaya tak pergi.

"Tak payah ada penjelasan lagi. Ucapan tuan tadi sudah jelas dan ucapanku juga mungkin sudah kamu mengerti, bahwa mulai detik ini saya akan berhenti kerja, paham!" balas cakap Karin yang kini memutar sedikit tangannya dan berhasil membuat cekalan tanganku terlepas.

"Tapi, Karin. Aku bisa jelaskan ucapanku tadi, jadi aku mohon jangan tersinggung begitu," tuturku yang berusaha tetap ingin memberikan penjelasan.

"Ngak bisa. Maaf permisi, ok!" jawab Karin yang kini benar-benar sudah keluar dari rumahku.

"Aaah ... aaah, apa yang kamu katakan tadi, Chris? Kamu sungguh keterlaluan mengatakan kata-kata itu tadi? Wajar saja kalau Karin benar-benar marah dan kecewa sama kamu. Haiiiiiiisssst, kenapa aku begitu bodohnya tadi berbicara seperti itu," Kekesalanku marah sambil memukul pelan pintu utama rumah.

Penyesalan sering kali hanya terjadi belakangan. Sungguh tak menyangka jika Karin akan merespon marah besar seperti itu akibat mulut yang ngap ceroboh sekali. Kini kaki berusaha melangkah kedapur, untuk mengambil air minum supaya menenangkan diri, agar bisa berpikir jernih atas langkah apa yang harus kuambil.

Betapa terkejutnya diri ini saat sampai kedapur, yang melihat meja makan kini sudah dipenuhi beberapa aneka lauk makanan dan nasi yang siap untuk dimakan.

"Waah, Chris kamu memang bodoh telah mengatakan itu. Patut saja Karin langsung ngegas marah-marah sebab ternyata dia capek habis membersihkan rumah dan memasak untuk kamu, tapi kamu sudah main berantakin saja rumah tadi. Heeh dasar Chris memang bermulut pedas dan ceroboh," keluhku dalam hati berbicara pada diri sendiri.

1
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
mau lanjut baca lagi di sini semoga bisa namatin aku ya🤲
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
tuan Chris baik betul ini orang mau dong kalo ada orang kek tuan Chris sudah ganteng baik kaya lagi🤭🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻˢKтяι'𝐆🤎ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf 💋
ladalah mau bundir ini anak 😱☹️
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
ya ampun sombong sekali mamanya Chris padahal kan Karin sudah minta maaf masih saja mengeluarkan kata kata kasar kek gitu merendahkan Karin ck ck ck...
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
waduh Karin 🤰🤰 kira kira apa Chris bisa diandalkan bantuannya nanti ya 🤔
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
wa itu ulah siapa lagi ya
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
alhamdulilah ya nga kepanjangan marah nya🤭
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
geregetan Ama Adit de nga nyadar kelakuan mu bikin istrimu berulah diluar nalar
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
puas de rasanya 😅
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
dasar Adit iya iya aja diajak pergi tu istrimu kelimpungang cari cara supaya kamu gagal pergi
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
Nola memang harus dikasih pelajaran 🤣
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
eh, aku sudah mengira yang nolong itu mamas² heheh
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
tarik terus kak, rayu pakek permen/Sweat/
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
keputusan yang salah. tubuhmu adalah titipan tuhan, kamu tidak ada hak untuk menyakitinya.
🏘⃝Aⁿᵘղíαᴳᴿ🐅𝐀⃝🥀💋👻ᴸᴷ
Mampiirr
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angel𝐀⃝🥀❣️
assalamualaikum
🐈𝐀⃝🥀Alfa Miauwzᴳ𝐑᭄
anggap aja yg dbawah itu kolam renang yaaak bukan sungai😂😂😂😂😂
🔵Ney Maniez
aku hadir,, nyimak ceritanya thor
ͩAlsheiraz⁹⁹HeartNet🔰π¹¹
keren 👍
🍁🥑⃟𝙉AƁίĻԼል❣️ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf
mampir kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!