Ujian rumah tangga yang tidak pernah usai. Kekecewaan seorang istri yang sedang mengandung harus menyaksikan suaminya menikah lagi.
Rasyid tidak punya pilihan lain harus mengetahui wanita yang mengaku telah menghamilinya. Rasyidi berbohong kepada istrinya dan melangsungkan akad pernikahan tanpa sepengetahuan sang istri.
Tetapi jalan Tuhan jauh lebih indah yang membuat Cilla sang istri tahu. Cilla berpikir suaminya akan menghentikan semuanya dan nyatanya tetap melanjutkan pernikahan itu.
Cilla memilih untuk mengalah dengan semua rasa sakit hati yang tidak akan pernah sembuh, memilih untuk pergi dan hanya meminta kepada sang pencipta untuk menghilangkan seluruh perasaan cinta yang begitu besar kepada suaminya tanpa tersisa apa-apa.
Sampai 8 tahun kemudian Cilla kembali dengan kehidupan yang baru dan ingatan yang baru tanpa tersisa orang yang pernah dia cintai.
Bagaimana pertemuan suami istri itu kembali setelah bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Melihat Nyata
Gama baru saja pulang sekolah yang mampir ke hotel. Bundanya sedang ada pekerjaan di sana bersama dengan Andrean.
"Di mana Bunda Gama?" tanya Gama pada pelayan hotel tersebut yang menyambutnya saat sopir yang sengaja menjemput Gama berhenti di depan hotel mewah itu.
"Di sana," jawab pelayan tersebut.
Gama mengikuti wanita itu.
"Kamu itu benar-benar bodoh!" Gama menghentikan langkahnya ketika beberapa meter dapat mendengar suara seseorang yang tidak asing di telinganya membuatnya menoleh dan ternyata itu Andrean berdiri di depan salah satu pelayan pria yang sedang menunduk.
Plak.
Andrean tidak segan-segan menggeplak Kepala laki-laki tersebut dan sepertinya laki-laki itu sudah melakukan kesalahan.
"Kamu itu hanya seorang pelayan, jangan karena pekerjaan kamu yang tidak becus dan kamu akan membuat saya bangkrut!" tegas Andrea.
"Maaf tuan!" ucap pelayan itu memohon ampunan.
"Maaf-maaf. Kamu pikir siapa kamu hah! Kamu pikir dengan kamu meminta maaf udah maka semuanya akan selesai! Saya tidak mau tahu, kamu selesaikan semuanya!" tegas Andrea.
"Ayo tuan!" pelayan tersebut menegur Gama masih berhenti di tempatnya dan mendengar percakapan itu.
Gama menganggukkan kepala dan langsung pergi mengikuti kembali pelayan tersebut.
"Bunda!" Gama akhirnya bertemu dengan Cilla yang duduk di salah satu kursi dengan salah satu pelayan baru saja menghidangkan makanan.
"Gama!" Cilla berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri putranya.
Ketika pelayan wanita tersebut sudah selesai menjalankan tugasnya dan kemudian berpamitan kepada Cilla untuk langsung pergi.
"Kamu sudah pulang sekolah sayang. Kamu pasti kaget bukan di jemput orang lain," ucap Cilla.
"Kenapa Bunda mengizinkan orang lain menjemput Gama. Bukankah selama ini Bunda tidak membiarkan siapapun menjenguk Gama, kecuali tante Lulu dan juga yang lain. Supir di rumah uyut saja tidak boleh menjemput sembarangan," ucap Gama.
"Iya sayang, Bunda mengerti. Tetapi orang yang menjemput Gama bukan orang sembarangan. Beliau juga akan menjadi keluarga kita nantinya," ucap Cilla membuat Gama kebingungan.
"Cilla!" tiba-tiba ibu dan anak itu ditegur membuat keduanya sama-sama melihat dan ternyata itu adalah Andrean.
"Hey anak tampan, kamu sudah pulang sekolah. Ayo ceritakan kepada Om bagaimana belajar kamu hari ini?" tanya Andrean terlihat begitu excited sekali dan sangat berbeda dengan Gama hanya menanggapi datar melihat orang di depannya itu.
"Gama, kamu kenapa diam saja sayang. Om Andrean sedang bertanya?" tanya Cilla.
"Mungkin Gama lelah Cilla, kita sebaiknya langsung makan saja mumpung Gama sudah pulang sekolah," ucap Andrean.
"Iya," sahut Cilla.
Mereka bertiga menuju meja tersebut dengan Andrean menarik kursi untuk Cilla dan sewaktu dia ingin melakukan hal yang sama dengan Gama dan Gama sudah terlebih dahulu naik.
"Gama, kamu harus coba steak ini. Ini sangat lezat sekali," ucap Andrean seperti biasa selalu membangun komunikasi dengan Gama. Tetapi hari ini sangat berbeda bagaimana respon Gama terlihat begitu datar.
Mata Gama melihat bagaimana Andrean memotong stik tersebut.
"Ini!" Andrean menyodorkan pada Gama dengan menggunakan garpu.
"Gama tidak suka, Gama mau makan ini saja," jawab Gama benar-benar mengabaikan dan sekarang sedang memakan makanan yang ada di depannya.
Andrean dan Cilla sama-sama heran dengan sikap Gama yang mendadak pendiam.
"Itu juga enak," sahut Andrean tersenyum berusaha tidak tersinggung dengan apa yang dilakukan Gama. Sementara Cilla masih kepikiran dengan sikat putranya.
"Gama, kapan kamu mulai pertandingan piano. Om sudah tidak sabar menjadi supporter yang paling heboh memberi dukungan kepada kamu?" tanya Andrean ternyata tidak berhenti untuk membangun komunikasi dengan Gama.
Ternyata hal itu tidak ditanggapi oleh Gama. Gama tidak suka dan tetap saja fokus pada makanannya. Andrean tampak lelah sendiri dan wajahnya yang sejak dari tersenyum berusaha untuk baik kepada Gama, sudah mulai kelihatan kesal.
Setelah acara makan siang tersebut dan seharusnya cara makan siang itu Cilla menyampaikan secara langsung kepada Gama, bahwa laki-laki tersebut adalah calon suaminya dan calon Ayah untuk Gama. Tetapi karena mood Gama benar-benar berantakan membuat Cilla tidak jadi mengungkapkan hal itu.
Cilla dan Gama sama-sama berada di dalam mobil dengan beberapa kali Cilla menoleh ke arah putranya yang sejak tadi diam saja.
"Gama kenapa Bunda perhatikan sejak tadi tidak semangat? Apa karena Gama marah Bunda tidak menjemput Gama ke sekolah dan menyuruh orang lain?" tanya Cilla.
"Kalau tidak bisa menjemput Gama. Bukankah Tante Lulu, Om Robby, Om Arbil dan masih banyak yang lainnya bisa menjemput Gama?" tanyanya.
"Memang apa yang salah sayang jika sopir dari Om Andrean menjemput Gama?" tanya Cilla.
"Kenapa harus supir Om Andrean?" tanya Gama.
"Karena Om Andrean sebentar lagi akan menjadi bagian dari hidup kita," jawab Cilla.
"Maksud Bunda bagaimana?" tanya Gama kebingungan.
"Bunda tadinya menyampaikan kepada kamu, laki-laki yang Bunda maksud ingin menjadi ayah dan juga suami Bunda adalah Om Andrean," jawab Cilla.
Gama menunjukkan ekspresi kaget, tetapi tidak menanggapi dan hanya melihat ke arah Bundanya tanpa berkomentar.
"Bunda tahu kamu pasti senang, bukankah beliau orang yang baik. Gama pasti bisa merasakan hal itu. Bunda jika tidak akan memberikan ayah kepada Gama. Jika bukan orang baik dan Gama sukai," jawab Cilla.
Gama Tidak berkomentar apapun dan kembali melihat lurus ke depan. Tampak wajahnya tidak setuju dengan keputusan Bundanya, tetapi juga takut jika harus protes.
Mobil itu berhenti di lampu merah dengan Gama tiba-tiba menoleh ke arah kirinya dan tidak sengaja melihat Rasyid.
"Bunda itu Om Rasyid!" ucapnya dengan sangat cepat dan bahkan membuat Cilla kaget dan juga melihat ke arah yang ditunjuk putranya.
Rasyid terlihat menggendong seorang pria tua di punggungnya untuk menyebrang jalan.
"Bunda ayo turun!" ajak Gama tiba-tiba saja keluar dari mobil.
"Gama kamu mau kemana?" Cilla kepanikan melihat putranya yang sudah berlari menghampiri Rasyid dan mau tidak mau Cilla harus ikut.
"Om Rasyid, Gama bantu!" Rasyid cukup kaget melihat Gama dan mengambil kantong plastik cukup berat dari tangannya.
"Gama kenapa ada di sini?" tanya Rasyid.
"Ayo cepat Om," Gama tidak menjawab dan cepat-cepat menjadi pemandu untuk menyeberangi jalan menyeberangkan pria tersebut yang masih digendongkan Rasyid dan gamma membantunya membawakan plastik yang cukup berat.
Cilla melihat hal itu menghela nafas, Dia pikir putranya keluar dengan sangat buru-buru entah melakukan apa dan ternyata hanya berbuat kebaikan. Sebagai seorang ibu pasti membuat Cilla bangga dengan naluri hati putranya.
Setelah mereka sudah menyeberang jalan barulah Rasyid menurunkan pria tua tersebut.
"Terima kasih. Nak!" ucap pria tua itu.
" Sama-sama. Kek, lain kali harus meminta bantuan orang lain siapapun itu, agar kejadian tadi tidak terulang. Kakek jangan berjalan di tempat umum seperti ini dan banyak kendaraan yang melewati ini bisa membahayakan diri," ucap Rasyid memberi saran kepada pria tua tersebut.
"Baiklah," sahut pria tua itu.
"Ini Kakek!" Gama langsung memberikan kantong plastik tersebut.
"Terima kasih Cu. Kamu baik sekali dan tidak heran kebaikan kamu pasti menular dari ayah kamu. Kamu berhasil mendidik anak dengan baik," ucap pria tersebut melihat kearah Rasyid.
Pria itu berpikiran bahwa Rasyid dan anak kecil yang membantunya itu adalah ayah dan anak kandung.
Bersambung......