Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMAKAN DARAH KOTOR
“Maklum Ren, mungkin akhir-akhir ini jatahnya lebih banyak dari sebelum-sebelunya makanya langsung gacor.” Celetuk Alvin menimpali ucapan Rendi, seniornya.
“Kamu kalo iri bilang aja Vin, mending buruan nikah deh biar bisa ngerasain enaknya manja sama istri.” Teriak Reno menjawab ucapan Alvin yang usinya 3 tahun di bawahnya.
“Hahahaha.” Tertawa Rendi yang sekarang beralih untuk menertawai Alvin yang tersenyum kecut mendengar ucapan menohok dari bosnya.
“Nyantai dulu sih, baru juga 25. Isi baju cuma itu-itu aja kalo isi kepala banyak macamnya.” Jawab Alvin bijak.
"Gayamu aja Vin, mentang-mentang jomblo dari lahir bijakmu ngalahin pakar cinta aja.” Bully Reno semakin gencar memeluk istrinya untuk memanas-manasi karyawannya.
“Sialan.” Makin kecut saja muka Alvin, tapi obrolan seperti itu sudah biasa terjadi di antara mereka bertiga ketika di toko.
Di depan etalase depan, Rendi tertawa paling keras melihat Alvin yang kalah bicara dengan Reno, ia sampai tidak sadar ada seorang wanita memakai baju SMA sudah berada di depan etalase untuk membeli sebuah ponsel.
Umur mereka yang tidak terpaut jauh membuatnya seperti teman dibandingkan atasan dan bawahan, Rendi dan Alvin juga tidak segan jika mengolok-olok bosnya. Meski begitu mereka saling menanggapi hal tersebut hanya sebagai candaan untuk mengisi suasana di tempat kerja saja.
...****************...
Pagi ini hujan mengguyur komplek perumahan Irma, hawa dingin yang menusuk kulit membuatnya enggan untuk bangun. Kedua mata Irma masih terpejam dengan selimut yang menutupi hampir seluruh badannya. Tiba-tiba ada aroma darah yang membuat tidurnya terusik, mau tidak mau Irma membuka matanya untuk memastikan apakah ada sesuatu di sekitarnya.
Sudah hampir dua minggu sejak sosok yang membantunya sudah di lepas oleh Mbah Bejo, sejak saat itu juga ia harus menerima gangguan-gangguan ghoib dari sosok yang terus mengikutinya itu. Meski belum pernah melihatnya secara langsung tapi Irma merasa terganggu jika harus mencium aroma amis seperti darah segar dan terkadang juga perabotan yang seperti ada sesuatu tengah memainkannya.
Irma melirik melihat sekitar ruangan kamarnya, tapi ia sama sekali tidak menemukan apapun yang bisa menjawab aroma amis yang masih terus tercium.
Dengan sedikit enggan Irma tetap memaksakan bangun karena sudah hampir jam 6 pagi dan ia sudah harus bersiap-siap berangkat ke rumah Nadin untuk bekerja. Bau amis yang masih bisa ia cium sudah tidak lagi ia hiraukan, selama ia tidak melihat bagaimana bentuk sosoknya tidak menjadikan masalah untuk Irma tetap melakukan rutinitasnya.
Di saat ia tengah menanggalkan seluruh pakaiannya untuk bersiap mandi, ia baru menyadari ada bercak darah pada bagian celana dalamnya. Inilah yang ia tunggu-tunggu beberapa hari ini, dengan senyum senang Irma kali ini sudah semangat sekali untuk berangkat bekerja.
Celana dalam yang tadinya kotor ia biarkan saja di bak tempat baju-baju kotor lainnya tanpa mencucinya terlebih dahulu. Selesai berganti pakaian Irma bergegas berangkat karena sudah hampir pukul 6.
Di perjalanan menuju rumah Nadin, Irma merasakan perutnya yang sakit. Tapi ia tidak terlalu ambil pusing karena ini adalah normalnya saat ia sedang haid, jika sudah sangat sakit sekali biasanya ia minum panadol extra untuk meringankan rasa sakitnya.
Padahal tanpa Irma tahu tepatnya di rumahnya ada sosok wanita hitam legam dengan rambut panjang yang menjuntai ke lantai tengah duduk jongkok di depan bak cucian kotor, ia tengah memegang celana dalam berwarna merah muda dengan lidah panjang menjilati bercak darah kotor milik Irma.
Irma sedikit meringis saat tengah membuka pintu depan rumah Irma, perutnya seakan di remas saking sakitnya. Sepertinya hari hari ini akan sangat deras darah yang ia keluarkan jika sakitnya saja sampai seperti ini. Di dapur ternyata sudah ada Nadin yang tengah duduk di meja makan tengah mengupas buah apel.
“Kok sudah bangun Mbak?” Basa-basi Irma menyapa Nadin.
“Iya Irma, dari pagi tadi aku engga bisa tidur karena lapar.” Jawab Nadin tanpa mengalihkan pandangannya.
“Mau saya buatkan roti goreng Mbak,” Tanya Irma yang tengah membuka kulkas untuk bersiap-siap memasak sarapan.
“Boleh deh,” Jawab Nadin.
“Hari ini mau sarapan apa Mbak?”
“Emm, di kulkas ada apa aja Irma?” Tanya balik Nadin.
“Ada udang, ayam, sama cumi masih dikit ini Mbak.” Irma mengangkat tempat cumi untuk memperlihatkan sisa cumi yang belum di masak.
Nadin diam memikirkan apa yang sedang ia ingin makan, tapi tidak menemukan jawaban apa yang tengah ia inginkan, apalagi ia sudah hampir menghabiskan 3 buah apel jadi sudah tidak ingin makan apapun lagi.
“Terserah kamu aja Irma,” putus Nadin.
“Ayam goreng lengkuas sama capcai udang gimana Mbak?” Tanya Irma kembali mengambil kotak ayam.
“Hm, boleh.” Angguk Nadin.
Sebelum itu Irma membuatkan roti goreng permintaan Nadin tadi, dua buah sosis ia potong tipis-tipis lalu ia masukkan ke dalam roti sebagai isian, setelah itu ia memanaskan panci teflon dengan mentega. Ia membuat 4 roti isi sosis yang akan ia goreng, sambil menunggu Irma dengan cekatan menyiapkan sayuran untuk capcainya.
Pandangan Nadin memandang ke arah punggung belakang Irma yang sedang berdiri di depan kompor, Mata Nadin memicing mencoba memastikan apa yang tengah ia lihat saat ini. Mencoba memastikan apakah ia sedang berhalusinasi atau bukan, Nadin menggosok-gosok kedua matanya untuk memastikan kembali penglihatannya.
Pasalnya ia saat ini sedang melihat Irma tengan menggendong seseuatu – yang sangat hitam kegam dengan rambut yang menjuntai. Merasa tidak ada yang salah dengan kedua matanya, Nadin seketika merinding sejadi-jadinya, apalagi saat sosok itu seperti akan menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke belakang.
Tanpa menunggu apa yang ia perkirakan terjadi, Nadin memilih bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar untuk menyusul suaminya. Nafasnya memburu, jantungnya berdegup tidak karuan, bahkan kedua matanya sudah berkaca-kaca saking takutnya.
Reno yang mendapati pergerakan kasar di sampingnya memilih membuka mata dan melihat apa yang tengah istrinya perbuat. Dilihatnya Nadin yang meringkuk dengan posisi muka terbenam di bantal.
“Ada apa Nad?” Tanya Reno dengan suara berat khas orang bangun tidur.
Tidak ada jawaban dari Nadin, tapi ada pergerakan seperti gelengan kepala menandakan ia tidak apa-apa atau ia tidak mau menjawab.
Di tempat lain, tepatnya di dapur tepat Irma tengah melakukan pekerjaan paginya, yaitu memasak untuk sarapan, ia yang sadar Nadin buru-buru ke dalam kamar merasa heran apa gerangan yang membuatnya berlari. Tapi sesaat setelah memikirkan hal tersebut, Irma justru teringat dengan hal penting yang harus ia lakukan sebelum para majikannya datang.
Jangan lupa tinggalkan like and comment, terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅