Ujian hidup yang di alami Erina Derranica seakan tiada habisnya. Di usia 19 tahun ia dituntut kedua orang tuanya memenuhi wasiat mendiang kakeknya untuk menikah dengan cucu temannya yang menetap di Singapura.
Pernikahan pun telah sepakati untuk dilaksanakan. Mempelai pria bernama Theodoriq Widjanarko, 34 tahun. Seorang pebisnis di bidang real estate. Theo panggilan pria itu tentu saja menolak permintaan orangtuanya meskipun sudah melihat langsung surat wasiat kakeknya.
Pada akhirnya Theo menerima putusan orangtuanya tersebut, setelah sang ayah Widjanarko mengancam akan menghapus namanya dari penerima warisan sang ayah.
Namun ternyata Theo memiliki rencana terselubung di balik kepatuhannya terhadap wasiat mendiang kakeknya tersebut.
"Apa rencana terselubung Theodoriq? Mampukah Erina bertahan dalam rumah tangga bak neraka setelah Theo tidak menganggapnya sebagai istri yang sebenarnya?
Ikuti kelanjutan kisah ini. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HONEYMOON
Toronto, Kanada
Theo menggenggam erat tangan Erina, keluar dari pintu kedatangan pesawat. Laki-laki itu tersenyum menunjuk ke arah seseorang yang segera membukakan pintu mobil untuk ia dan Erina.
"Selamat datang tuan Theo, nona", sapa hormat laki-laki itu.
"Apa kabar mu Mike?", tanya Theo dalam bahasa Inggris.
"Baik tuan. Sekarang kita menuju kemana tuan, ke hotel atau ke rumah tuan Dendi?"
"Bagaimana menurut mu sayang, kita langsung menemui papi atau kamu mau beristirahat dulu di hotel? Kamu pasti jetlag penerbangan jauh". Theo mengusap lembut kening Erina yang tengah bersandar padanya.
"Aku tidak apa-apa kak, langsung ketempat papi saja. Aku ingin berkenalan dengan papi dan keluarganya", jawab Erina sedikit mendongakkan kepalanya menatap Theo.
"Ke rumah papi saja, Mike", ujar Theo dari bangku belakang bersama Erin.
Erina merubah posisi tubuhnya, menatap keluar jendela mobil. Menatap gedung-gedung tinggi menjulang di kota Toronto yang merupakan kota terbesar kedua setelah Ottawa.
Ini adalah pengalaman pertama bagi Erina berpergian sangat jauh melintas antar benua.
"Apa yang kamu lamunkan sayang?", tanya Theo menggenggam tangan Erin dan membawa ke atas pahanya.
Erina tersenyum menolehkan wajahnya menatap Theo. "Ini pengalaman pertamaku kak, aku takjub melihat negara ini indah sekali. Tidak pernah terpikirkan olehku bisa menginjakkan kaki ke benua lain seperti ini", jawab Erin tersenyum bahagia.
Theo menyandarkan kepala istrinya itu ke dadanya. Mengecup penuh cinta pucuk kepala Erina
"Kita akan banyak waktu bersama. Dan aku akan mengajak mu keliling dunia, ke negara-negara yang begitu indah", janji Theo mengusap lembut punggung Erina.
"Uhhh aku akan menagih janji mu kak", balas Erin.
Beberapa saat kemudian mobil yang di kendarai Mike berhenti di depan sebuah mansion berwarna broken white yang menyejukkan mata.
"Sekarang kita sudah sampai, ayo turun. Lihatlah mereka sangat antusias menyambut kita", ujar Theo ketika melihat Dendi ayahnya langsung keluar rumah begitu mengetahui Ia dan Erin sudah tiba. Wajah sumringah nampak jelas terlihat dari wajah bahagia laki-laki paruh baya itu.
Theo menggenggam erat jemari Erina menghampiri papinya yang sudah lama tidak ia temui.
Tanpa ragu-ragu, Theo memeluk Dendi. Keduanya berpelukan hangat, melepas kerinduan selama ini yang sempat terputus bertahun lamanya karena ego masing-masing yang sama-sama tidak mau mengalah.
"Aku sangat merindukan papi. Bagaimana keadaan papi?". Senyum bahagia tak henti terlihat di wajah tampan laki-laki itu.
Begitu juga Dendi, tersenyum bahagia. Bahkan kedua matanya nampak berkaca-kaca karena haru. "Pali baik-baik saja nak", jawabnya.
Theo mengangguk. "Ya, aku bisa melihatnya", ujar Theo.
"Pi... kenalkan Erina istri ku", ujar Theo.
Dendi memeluk hangat Erina, begitu juga Theo memeluk hangat Samantha istri Dendi yang telah beberapa tahun menemani ayahnya.
Erina kagum melihat Samantha sangat cantik yang kesehariannya ternyata telah berhijab. Pernikahan dengan Dendi memiliki dua anak perempuan yang keduanya pun telah menutup auratnya sejak dini.
Theo sangat senang bertemu dengan adik-adiknya. Fatimah dan Zahra. Theo menggendong keduanya, bergantian mencium wajah gadis mungil Fatimah dan Zahra yang memeluk erat lehernya.
Dendi dan Samantha senang melihat Theo akrab dengan adiknya. Laki-laki paruh baya itu tersenyum bahagia sambil menepuk pundak putranya.
"Sebaiknya kita berbincang di dalam. Sambil santap malam. Samantha sudah memasak", ujar Dendi.
Erina memeluk lengan Samantha. Keduanya langsung akrab.
"Aku masak soto ayam. Semoga kalian berdua menyukainya. Maaf jika rasanya tidak sama persis dengan soto asli yang ada di Indonesia", ujar Samantha dengan logat barat yang masih begitu kental dengan ramah.
"Hm...soto buat mami enak sekali. Kami menyukainya. Iya kan sayang?", ujar Erina melihat Theo yang juga makan lahap hidangan yang telah di suguhkan Samantha.
Theo menganggukkan kepalanya. "Enak. Pantas saja papi terlihat lebih muda sekarang karena di urus dengan baik oleh istri papi", seloroh Theo yang di sambut tawa Dendi dan Samantha juga.
"Iya beginilah kehidupan papi sekarang, tidak di sibukkan dengan angka-angka lagi seperti ketika kau belum memimpin perusahaan itu. Semenjak kamu yang mengambil alih tugas papi, papi bisa menikmati hidup. Lebih santai dengan berkebun di temani adik-adik mu ini", jawab Dendi tertawa sumringah.
Theo mengusap pucuk kepala Fatimah yang duduk di sisi sebelah kirinya.
"Papi senang mendengar keputusan kalian berdua menerima perjodohan dari kakek kalian. Papi mengenal keluarga mu dengan baik Erina, makanya papi langsung mengultimatum suami mu ini jika menolak wasiat kakeknya", ujar Dendi mengingat ketika adiknya Widya memberi tahu tentang wasiat itu.
"Lihatlah kalian sekarang, saling mencintai. Cinta itu bisa datang saat bersama. Waktu itu kalian menolak karena belum saling mengenal saja".
Theo menganggukkan kepalanya seraya menggenggam jemari Erina di atas meja.
"Sekarang tugas kalian tinggal memberi ku cucu yang banyak", sambung Dendi.
"Iya Pi, kami sedang berusaha. Setelah dari Toronto aku mengajak Erin ke Amerika juga untuk honeymoon di sana. Semoga pulang dari honeymoon, istri ku langsung hamil", jawab Theo berharap menatap Erina dengan tatapan penuh cinta.
Sangat jelas terlihat keduanya saling mencintai, membuat Dendi dan Samantha bahagia.
"Tentu saja papi dan Samantha akan selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian. Papi senang melihat kalian saling mencintai seperti ini. Akhirnya kali ini kamu memilih wanita yang tepat. Papi yakin Retni mendiang mami mu sangat bahagia melihat kalian saling menyayangi nak", ujar Dendi.
*
Malam semakin larut di kota Toronto.
Ketika di dalam mobil Theo bertanya pada Erina apakah ingin langsung istirahat di hotel atau menikmati pemandangan kota Toronto dulu di waktu malam yang sangat indah.
Dengan cepat Erin menjawab ingin berjalan-jalan, dan menyatakan dirinya baik-baik saja.
Theo tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia mengajak Erina untuk menikmati wisata malam di Toronto.
Menikmati Northern lights atau aurora yang identik dengan wisata malam di Toronto. Tepatnya di distrik kota itu. Langit berwarna-warni sangat indah.
Aurora memancarkan keindahan di langit yang bercahaya menjadi hijau zamrud, kuning, dan ungu yang memenuhi langit malam.
Ternyata banyak orang-orang menikmati keindahan langit malam kota Toronto dengan pasangan mereka.
Seketika suasana romantis di rasakan Erin ketika langit di hiasi warna-warni cantik itu berkilauan.
Theo memilih duduk di sebuah karpet kain, yang telah tersedia di mobil ayahnya yang mereka pinjam selama berada di Toronto. Keduanya memilih tempat yang tersembunyi dari keramaian.
Entah siapa yang memulai keduanya berciuman mesra. Menjelajah hingga dalam. Saling membalas dengan liar. Udara malam yang dingin dan langit yang begitu indah membuat keduanya tidak bisa menahan hasrat yang tiba-tiba datang.
Theo melahap penuh bibir Erina yang terbuka, menyapukan lidahnya pada langit-langit mulut istrinya itu. Membelit lidah Erin yang mengeluarkan suara mendesah ketika merasakan jemari Theo meremas dadanya dari luar dress katun yang Erin pakai.
"S-ayang hentikan. Akan sulit mengakhirinya jika terlalu jauh. Kita di tempat terbuka nanti ada yang melihat kita sayang", ucap Erina dengan suara bergetar memendam gairah yang sudah menguasai dirinya.
Theo menuruti perkataan Erin. Sesungguhnya ia tidak ingin menyudahi. Sekuat tenaga Theo harus meredam hasratnya. Wajah laki-laki itu terlihat frustasi.
Erin mengusap lembut wajah Theo. "Saat kita sudah di kamar kita nanti, kita lanjutkan. Kita bisa melakukan sepuasnya", bisik Erina sambil mengecup lembut wajah suaminya.
Theo merebahkan tubuhnya dengan kepala di atas paha Erina. "Aku akan menagih janji mu", ucapnya seraya menyelusup kan jemari tangannya di celah kancing pakaian Erina. Meremas gundukan bukit yang semakin hari ia sukai. Ukurannya semakin menantang.
Erina memejamkan matanya, merasakan sensasi panas yang menguasai dirinya kini.
"Ah sayang...kamu menggodaku. Aku tidak bisa menikmati indahnya malam. Aku lebih memilih kita menghabiskan malam intim di kamar", ucap Erina mengusap bibir Theo. Untuk pertama kali sejak bersama, Erin mengungkapkan perasaannya menginginkan Theo untuk bercinta dengan nya.
Hasrat dan gairah telah merasuki tubuh keduanya.
Theo lekas berdiri. Laki-laki itu segera menarik tangan Erina untuk mengikutinya. "Masa bodoh dengan Aurora di langit. Kita ada pekerjaan yang jauh lebih penting", seloroh Theodoriq menarik tangan Erina kembali ke mobil dengan langkah tergesa-gesa.
...***...
Bersambung..