Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bagian 7,part 4
Mereka semua sampai dikediaman rumah Anja menjelang malam. Entah apa yang akan direncanakan keluarga itu dengan mengundangnya untuk makan malam. Padahal, kemarin keluarga itu masih koar-koar tidak lagi peduli dengan kehidupan Anja.
Semua orang berpikir akan ada jalan damai, namun saat Reka datang dan Silvi menangis dengan menghamburkan diri kepelukan Reka, wajah keluarga Tias menjadi merah padam.
Reka bukan orang tanpa emosi. Silvi orang yang ia cintai, belum lagi wanita itu orang yang maafnya ia harapkan, dengan tanpa sadar dirinya membubuhkan beberapa ciuman diwajah Silvi.
Anja masih dengan tatapannya yang kosong, duduk tenang memperhatikan drama romantis yang tercipta secara dadakan. Sekarang, ia merasa sebagai orang yang telah menghancurkan kebahagiaan mereka.
"Selama ini aku berpikir aku tak mau hidup dibayang-bayangi kesalahanmu, tapi... Sekarang aku sadar bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu!" suara itu menyusup halus, mengusik hatinya yang sudah membeku.
"Reka, mari mulai semuanya kembali. Aku tidak peduli lagi, namun kedepannya kamu janji hanya akan mencintaiku!"
Reka terpana, memandang kekasihnya dengan tubuhnya yang kaku.
Tangannya terulur, menghapus air mata Silvi yang berderai.
Dada pak Tias naik turun, menahan amarah yang sudah menguasai ubun-ubunnya. Ia ingin sekali menarik untuk menghajar anak yang tak punya pendirian itu, tapi akal nya masih berpikir logis dengan mempertimbangkan kemungkinan yang akan semakin buruk.
"Kamu kenapa baru mengatakan ini sekarang? Aku menanti semua ini dari dua Minggu yang lalu," Reka bersuara, matanya berkaca-kaca terbawa suasana.
"Ini salahku, seharusnya kemarin aku menolak pernikahan dengan kakakmu!"
Silvi mundur "a-apa? Kalian sudah menikah?" katanya setengah tak percaya. Harapannya yang besar tiba-tiba menguap, ia memandang Pria dihadapannya kemudian memperhatikan Anja yang duduk di sofa secara bergantian.
"Kenapa kalian lakukan ini?" katanya kemudian putus asa.
"Silvi, aku juga tak mau. Aku dipaksa, dan keputusan semuanya bergantung pada wanita itu. Kakakmu itu bukan orang yang baik seperti yang sering kamu katakan. Dia penuh intrik. Aku sudah memohon padanya, seharusnya dia menolak pernikahan ini karena kalau dia yang menolak ini semua ini tidak akan terjadi!" Reka menjeda untuk meraup oksigen dalam-dalam setelah menyelesaikan kalimatnya yang panjang.
"Tapi aku sungguh tidak mencintainya, aku hanya memilikimu dihatimu!"paparnya kemudian menyentuh kedua bahu Silvi untuk meyakinkan.
Silvi menghindar, tubuhnya mundur dengan teratur,
"Apa salahku sehingga kakak tega melakukan ini?" Dihadapan Anja, gadis itu menuntut.
Mata Anja berkedip, terpaku pada kehancuran adik yang disayanginya. Namun, lidahnya seakan ditarik kedalam, kerongkongannya tercekat kenapa? Sebab itu adalah pertanyaan yang ia tak tahu jawabannya.
Ia hanya lelah, ia hanya sudah mati, dan ia juga tak tau mengapa tiba-tiba kekasih adiknya itu harus menjadi suaminya.
Ia bukan tidak mau menolak, tapi sudah sejak lama... dia sudah tak mampu lagi untuk berbicara.
"Kakak mengatakan punya orang yang kakak kagumi namun kakak tak dapat menjangkaunya, katakan kepadaku, apakah itu Reka?" jerit histeris Silvi, semua mata terpaku pada Anja menanti jawaban.
Namun, ia masih juga tak punya jawaban, kecuali gelengan kecil sebagai tanda penolakan atas tuduhan itu.
Hanya saja, itu tidak cukup meyakinkan.
Tubuhnya kemudian ditarik kasar kearah dapur, disana dia terus dihakimi dan di teriaki.
"Tenanglah Silvi, Reka hanya mencintaimu!"suara itu keluar saat dia sudah begitu kelelahan.
Gadis itu diam sejenak, lalu tatapannya terpaku pada sesuatu. Ia mendekat, menyentuh leher Anja dan berusaha menghapus polesan make up disana.
Tangannya gemetar, menggosok-gosoknya sangat keras "a-apa ini ? Kalian?" ia tak dapat melanjutkan perkataannya.
Tanpa sadar, tangannya menangkap pisau yang baru saja digunakan untuk mengupas buah.
Amarahnya sudah dikuasai setan, pikirannya gelap. Dalam sekejap mata dia maju untuk menusuk, hanya gerakan itu dihadang dengan badan gempal seseorang.
Suara gedebug tubuh bi Sumi terdengar sampai ruang tamu, jerit beberapa orang wanita kemudian terdengar setelahnya.
Semua orang berhamburan.
Ketika tiba disana,mereka menemukan tubuh gemuk itu terkapar dengan luka dibagian bahu kanannya. Wajahnya terbelalak menatap Anja seakan menggugat,
"Dia...dia mencoba membunuhku!" Tuduh Silvi gemetar, setelah itu ia terkulai lemas karena pingsan.
semangat kak author 😍