NovelToon NovelToon
Bisikan Hati

Bisikan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Matabatin / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:828
Nilai: 5
Nama Author: DessertChocoRi

Terkadang orang tidak paham dengan perbedaan anugerah dan kutukan. Sebuah kutukan yang nyatanya anugerah itu membuat seorang Mauryn menjalani masa kecil yang kelam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DessertChocoRi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab- 17 Ketika Sunyi Retak

Mauryn terbangun oleh bunyi ranting patah di luar pondok.

Matanya langsung terbuka, jantungnya berdetak kencang. Gelap masih melingkupi ruangan, hanya tersisa bara api yang hampir padam.

Ia menoleh. Revan duduk bersandar di dinding, matanya setengah terbuka tapi jelas tidak benar-benar tidur. Ia mendengar juga.

Mauryn menelan ludah, berbisik sangat pelan.

“Revan…”

“Diam.” Suaranya tegas, hampir tanpa suara.

Ia mengangkat jarinya ke bibir, lalu meraih pisaunya yang diselipkan di sabuk.

Ardan mendengkur pelan di sudut lain, tidak menyadari apa pun.

Suara itu datang lagi. Kali ini lebih jelas, langkah pelan, ranting berderak, lalu… hening.

Revan bergerak cepat, mengguncang bahu Ardan.

“Bangun.”

Ardan tergeragap, nyaris berteriak, tapi Revan langsung menutup mulutnya.

“Diam. Ada yang di luar.”

Ardan membelalak, keringat dingin muncul di keningnya.

“Sial…” gumamnya pelan.

Mauryn merapat ke Revan, berbisik panik.

“Mereka sudah menemukan kita.”

Revan mengangguk kecil.

“Terlalu cepat. Mereka mungkin mengikuti arus sungai.”

Di luar, terdengar suara berbisik lalu tawa kecil yang menyeramkan.

“Aku tahu kalian di sini…”

Mauryn merasa darahnya membeku. Suara itu berat, dalam, dan penuh kepastian. Revan segera memberi isyarat dengan tangan: jangan bergerak.

Tapi Ardan tak bisa tenang. Ia mendekatkan mulut ke telinga Revan, berbisik cepat.

“Kita tidak bisa bertahan di pondok reyot ini. Kalau mereka bakar, kita habis.”

Revan menatapnya tajam.

“Kau pikir aku tidak tahu?”

Mauryn menutup mata sejenak, mencoba mendengar. Bisikan hati di luar pondok datang silih berganti, rasa haus darah, kesabaran yang hampir habis, beberapa di antaranya penuh cemooh. Mereka tidak sekadar mencari… mereka yakin mangsanya terjebak.

Mauryn berbisik, suaranya bergetar.

“Ada… lima orang. Tidak, enam. Mereka mengepung. Satu di depan, dua di kanan, dua di kiri, satu di belakang.”

Ardan memandangnya ngeri.

“Bagaimana kamu… oh iya. Sial.”

Revan menatap Mauryn, matanya tajam tapi penuh percaya.

“Itu cukup. Sekarang kita tahu apa yang kita hadapi.”

Dari luar, suara keras terdengar.

“Ardan! Aku bisa mencium ketakutanmu dari sini! Kamu kira bisa sembunyi di pondok busuk ini? Serahkan gadis itu, dan mungkin kami biarkan kamu menghirup udara lebih lama!”

Ardan tertegun.

“Mereka… mereka tahu aku ada di sini.”

Mauryn menatapnya dengan mata lebar.

“Kamu mengenal mereka?”

“Aku pernah jadi kurir untuk orang-orang itu. Aku pikir aku bisa kabur… ternyata tidak semudah itu.” Ardan menunduk.

Revan mendesis, penuh amarah.

“Bagus sekali. Jadi sejak awal kamu memang membawa kita ke neraka.”

Ardan mengangkat tangannya, berbisik cepat.

“Aku tidak berniat menjebak kalian! Aku juga ingin hidup! Tolong percaya aku!”

Mauryn memejamkan mata, merasakan gelombang hatinya. Putus asa, takut mati… tapi tidak ada kebohongan. Ia membuka mata dan menatap Revan.

“Dia benar. Dia tidak ingin kita hancur. Dia juga mangsa, sama seperti kita.”

Revan menahan napas, lalu mengalihkan pandangan ke pintu.

“Kalau begitu, kita harus keluar sebelum pondok ini jadi kuburan.”

Suara di luar semakin dekat. Kayu dinding mulai digedor.

“Keluarlah, Ardan! Kami tidak akan ulangi tawaran ini!”

Revan bergerak cepat, memberi isyarat.

“Lewat belakang. Cepat.”

“Kamu gila. Ada satu orang di belakang.” Ardan bergumam

Revan menatap Mauryn.

“Dimana posisinya?”

Mauryn merasakan lagi bisikan hati itu.

“Dia sendirian. Dia sedang gelisah… takut kehilangan momen. Kalau kita bergerak cepat, kita bisa menjatuhkannya sebelum dia sempat teriak.”

Revan tersenyum tipis, dingin.

“Bagus. Aku suka cara pikirmu.”

Mereka bertiga bergerak pelan ke pintu belakang. Suara kayu berderak di depan semakin keras, tanda waktu hampir habis.

Revan membuka pintu belakang perlahan. Bayangan seseorang berdiri tak jauh, membawa obor. Punggungnya menghadap pondok.

Revan menoleh pada Mauryn.

“Tetap di belakangku.”

Dalam satu gerakan cepat, Revan menutup mulut pria itu dari belakang dan menancapkan pisaunya ke sisi leher. Tubuh pria itu meronta sebentar, lalu terkulai lemas. Obor jatuh ke tanah, nyaris membakar semak.

Mauryn menahan napas, tubuhnya kaku. Ia tahu Revan bisa kejam, tapi melihatnya langsung masih membuat perutnya mual.

“Jalan aman. Sekarang.” Revan berbisik.

Ardan mendekat, wajahnya pucat.

“Sial, kamu melakukannya seperti potong daging.”

Revan menatapnya tajam.

“Diam, atau kamu yang berikutnya.”

Mereka bertiga mulai menyelinap menjauh dari pondok. Tapi belum jauh, suara dari dalam hutan terdengar:

“Halo… ada darah. Mereka sudah bergerak!”

“Mereka tahu! Cepat!” Mauryn panik.

Revan menggenggam tangannya erat, menariknya untuk berlari.

“Ikuti aku!”

Ardan terengah di belakang, mengutuk pelan.

“Kalian berdua ini gila!”

Suara langkah-langkah mulai mengejar. Bayangan obor menyebar di hutan, cahaya bergoyang liar. Suara teriakan menggema.

“Tangkap mereka! Jangan biarkan kabur!”

Hati Mauryn berpacu. Suara-suara hati di sekitarnya memekakkan: amarah, keserakahan, haus darah.

Ia berbisik di sela lari.

“Revan… mereka akan mengejar terus. Tidak ada tempat aman.”

Revan menoleh, napasnya berat.

“Kalau begitu kita buat tempat aman kita sendiri.”

Mauryn menatapnya, bingung dan takut sekaligus.

“Apa maksudmu?”

Revan mengeraskan rahangnya.

“Aku tidak akan selamanya lari. Kalau mereka ingin kita mati… maka kita harus mulai melawan.”

Mauryn terdiam, tubuhnya gemetar. Antara takut… dan anehnya, sedikit lega mendengar kata-kata itu.

Sebab ia tahu, pada akhirnya, hanya ada dua pilihan: melawan… atau binasa

Bersambung…

Jangan lupa like, komen dan votenya yah 🙌🏻

1
Estella🍂
aku mampir Thor semangat nulisnya💪
Anonymous
Semangat thor
Syalala💋 ig: @DessertChocoRi: Hai hai.. terimakasih sudah mampir, tunggu update selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!