NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Tuan Muda

Mengandung Benih Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: rafizqi

Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.

Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.

Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.

Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 - Surat cerai

Siang itu langit Jakarta mendung, seakan ikut menekan dada Kirana yang sesak. Ia melangkah ke lobi Wilantara Group dengan wajah tenang, namun di balik genggaman erat tangannya, terselip selembar kertas yang beratnya melebihi beban apa pun—surat cerai.

Tatapan para karyawan mengikuti langkahnya. Beberapa berbisik, beberapa menunduk hormat, tapi Kirana tidak peduli. Langkahnya tegas menuju lift eksekutif, menuju lantai tertinggi, menuju ruangan tempat pria yang selama ini mengisi sekaligus mengacaukan hidupnya.

Saat pintu terbuka, Alvaro baru saja selesai memimpin rapat. Wajahnya serius, kemeja hitamnya terlipat rapi, sorot matanya tajam. Namun ketika pandangannya jatuh pada Kirana yang berdiri di ambang pintu, sesuatu di dalam dirinya bergetar.

“Kirana?” suaranya dalam, penuh kejutan. “Kenapa kau datang ke sini tanpa kabar—”

Kirana tidak menjawab. Ia melangkah maju, menaruh amplop putih di atas meja besar yang dipenuhi dokumen perusahaan. Tangannya sedikit bergetar, tapi tatapannya berusaha tetap teguh.

Alvaro meraih amplop itu, membuka dengan cepat, dan ketika matanya membaca isi kertas di dalamnya, tubuhnya seakan membeku. Surat cerai.

“Apa ini…?” suaranya serak, nyaris tak terdengar.

“Seperti yang kau lihat,” jawab Kirana, berusaha tenang meski dadanya bergemuruh. “Kontrak pernikahan kita sudah selesai. Aku tidak ingin memperpanjangnya.”

Alvaro berdiri perlahan, matanya menatap dalam, mencari sesuatu di wajah Kirana. “Kirana… kau sungguh serius?”

Kirana menelan ludah. Ingatan tentang ucapan Nyonya Lili kembali menghantam kepalanya. "Pilihannya jelas, Kirana. Kau bisa meninggalkan Alvaro dengan tenang dan membawa anakmu pergi, atau bertahan di sisi Alvaro tapi harus menyerahkan hak asuh Arya. Tentukan—mana yang lebih kau cintai, kebebasanmu atau anakmu."

Kirana meremas jemarinya. Hatinya perih. "Kalau aku pergi, aku akan jauh dari Alvaro… tapi Arya akan tetap bersamaku. Kalau aku bertahan… aku mungkin akan kehilangan Arya." batinnya.

Mata Kirana berkaca-kaca, tapi ia cepat menggeleng, menegakkan kepalanya. “Aku sudah memutuskan. Aku akan pergi. Aku tidak ingin kau menanggung beban apa pun lagi. Tidak dengan keluarga, tidak dengan masa lalu, tidak dengan gosip orang. Aku akan membesarkan Arya sendiri.”

Alvaro mengepalkan tangannya. “Kirana, jangan bicara begitu.” Suaranya meninggi, tapi terdengar lebih seperti kepanikan daripada kemarahan. Ia melangkah mendekat, menahan bahu Kirana. “Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja? Kau pikir aku akan melepaskan Arya?”

Kirana menatapnya, air mata jatuh juga meski ia berusaha kuat. “Kalau begitu, katakan padaku, Alvaro… apa yang lebih penting bagimu? Reputasi keluargamu… atau aku?”

Pertanyaan itu menghantam dada Alvaro seperti pukulan. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar kehilangan kata-kata. Ruangan besar itu mendadak terasa sempit, udara menyesakkan.

"Lagipula pernikahan kita sejak awal hanya ingin menyelamatkan reputasi mu dan keluarga mu saja. Selebihnya itu semua tidak penting. Jadi.... mari kita bercerai!" ucap Kirana yang membuat Alvaro sulit menerima.

"Kamu tidak harus menderita setelah lepas dariku Alvaro" Kirana tersenyum tipis, getir. Ia melepaskan genggaman Alvaro perlahan.

“Aku tidak butuh jawaban sekarang. Tapi yang pasti… aku sudah menandatangani surat itu.” ucapnya terakhir kali.

Lalu ia berbalik, meninggalkan ruangan, sementara Alvaro berdiri kaku—masih menggenggam lembaran cerai itu dengan tangan gemetar.

Langkah Kirana tergesa melewati koridor panjang kantor Wilantara Group. Suara hak sepatunya bergema, berpacu dengan degup jantung yang semakin kacau. Air matanya sudah nyaris jatuh, tapi ia menggigit bibir, memaksa dirinya tegar.

Tiba-tiba, sebuah suara lantang memecah keheningan.

“KIRANA!”

Kirana terhenti. Suara itu—dalam, berat, dan penuh dengan sesuatu yang tidak bisa ia abaikan. Dengan ragu, ia menoleh ke belakang.

Dari ujung koridor, Alvaro berlari. Jas hitamnya terlepas, dasinya terurai, wajahnya merah oleh emosi. Bukan Alvaro Wilantara yang dingin dan berwibawa, melainkan seorang pria yang ketakutan kehilangan sesuatu yang paling berharga.

Begitu sampai di hadapannya, Alvaro berdiri terengah, namun tanpa pikir panjang, ia mengangkat tangannya yang menunjukkan surat perjanjian pernikahan yang pernah mereka tanda tangani. Dengan gerakan cepat dan tegas, ia merobeknya menjadi potongan kecil di depan mata semua orang.

Suara kertas yang terkoyak terdengar jelas, seakan memutuskan ikatan yang selama ini menjerat mereka.

Mata Kirana membelalak, terkejut, sekaligus diliputi rasa haru yang tak terbendung.

“Alvaro…” bisiknya lirih dengan ekspresi wajah yang masih tak percaya dengan apa ia lihat.

Alvaro menatapnya, sorot matanya dalam, penuh dengan ketegasan dan ketakutan bercampur menjadi satu.

“Dengar baik-baik, Kirana. Surat itu tidak penting lagi. Kontrak itu… semua aturan dan perjanjian konyol itu…” ia menggenggam kedua tangan Kirana erat.

“…bukan penghalang kita lagi. Aku tidak mau kehilanganmu, tidak dengan cara apa pun.”

Kirana menggeleng, air matanya jatuh. “Tapi reputasi keluargamu… ibumu… Elena… semuanya…”

Alvaro langsung menggeleng keras. “Biarkan mereka bicara. Biarkan mereka menentang. Aku tidak peduli siapa yang mencoba memisahkan kita. Yang aku tahu, kebahagiaanku adalah kamu. Bukan mereka, bukan masa lalu, bukan dunia luar. Hanya kamu.”

Kirana terdiam, tubuhnya bergetar menahan isak. Ia ingin menolak, ingin tetap teguh pada keputusannya, tapi tatapan Alvaro menghancurkan semua pertahanannya.

Alvaro mendekapnya erat, seolah takut Kirana akan lenyap jika ia melepas pelukan itu. “Jangan pernah bicara tentang pergi lagi, Kirana. Kalau kau pergi… aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku.”

Di koridor itu, di depan tatapan semua karyawan membeku menyaksikan adegan langka dari CEO mereka. Alvaro yang terkenal dingin dan kejam kini ternyata bisa luluh juga dengan satu wanita.

Kirana akhirnya terisak, membiarkan dirinya larut dalam pelukan Alvaro.

Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa semua yang selama ini ia ragukan—cintanya, pernikahannya, bahkan keberadaannya di sisi Alvaro—benar-benar nyata.

.

.

.

Bersambung.

1
Ma Em
Kirana kamu jgn lemah Kirana hrs berani lawan mereka yg merendahkan kamu kalau Kirana lemah siapa yg mau melindungi Arya dari orang2 yg tdk menyukainya , Kirana hrs bangkit tegas dlm bertindak dan berani dlm mengambil keputusan 💪💪💪
Ma Em
Clarissa kamu cuma tunangan sedangkan Kirana adalah istri sah Alvaro siapa yg paling berhak tinggal bersama Alvaro , dasar ulat bulu yg tdk tau malu .
Ma Em
Syukurlah Kirana bertemu dgn Bram , semoga Bram bisa melindungi Kirana dari niat jahat Clarisa .
Ma Em
Kirana kamu jgn percaya dgn omongan beracun Clarisa dia hanya akan memecah belah hubungan mu dgn Alvaro, jgn terlalu polos dan bodoh karena bisa dihasut sama wanita ular seperti Clarisa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!