Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Azriel menenteng tas dan jaketnya menuju ke luar rumah. Sementara Naura mengekor di belakang.
Keduanya berhenti saat Azriel hendak memasuki mobil. Naura meraih tangan Azriel, kemudian menciumnya dengan takzim.
"Bekalnya sudah aku masukan ke dalam tas ya, Mas. Jangan lupa dimakan."
"Iya, terima kasih, Sayang. Aku berangkat, ya." Azriel mengusap lembut rambut istrinya.
"Hati-hati, Mas. Jangan ngebut bawa mobilnya," pesannya.
"Iya, Sayang. Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam..." Naura tersenyum seraya melambaikan tangan.
Setelah mengantar suaminya berangkat, Naura merapikan meja makan lalu lanjut cuci piring.
Memasukkan sisa makanan ke dalam lemari pendingin agar siang nanti ia tidak harus memasak lagi.
Setelah melihat dapur sudah dalam keadaan rapi, ia segera beranjak menuju kamar dan bersiap.
Hari ini ia berencana pergi ke suatu tempat.
**
**
Saat diperjalanan, Naura tak henti-hentinya memandangi layar ponsel.
Wanita itu tengah mengamati beberapa gambar rumah yang dikirim oleh seseorang yang akan ia temui hari ini.
Walaupun diskusi masalah membeli rumah di antara dirinya dengan sang suami belum sepenuhnya selesai, tapi ia memutuskan untuk melihat-lihat saja dulu.
Ia sudah menghubungi salah satu developer komplek perumahan elit yang ada di kota itu.
Sekitar pukul sebelas siang, Naura sudah sampai di tempat yang ia tuju.
Seorang perempuan terlihat sudah menunggunya di depan sebuah rumah.
Setelah Naura turun dari taksi, wanita itu menghampiri seraya mengulurkan tangan.
"Selamat siang, Bu Naura, ya?" sapa seorang wanita yang sepertinya berusia tak jauh dari Naura.
"Selamat siang. Benar, saya Naura," balas Naura meraih uluran tangan.
"Mari, Bu. Saya antar melihat-lihat ke beberapa contoh rumah. Mungkin saja ada yang sesuai dengan tipe rumah yang Bu Naura inginkan," wanita itu menunjukkan deretan rumah minimalis yang berdiri kokoh di sana.
Naura dengan antusias mengikuti langkah wanita itu. Mengunjungi beberapa tipe rumah yang tersedia di komplek perumahan tersebut.
Ia mengagumi hampir semua rumah yang ditunjukkan tanpa memikirkan masalah harga.
Ia rasa, sepertinya uangnya masih cukup untuk membeli salah satu rumah di sana.
Naura sengaja memilih komplek perumahan itu, karena pernah mendengar jika salah satu artis favoritnya tinggal di komplek yang sama.
"Bagaimana, Bu? Apa Bu Naura tertarik dengan salah satu rumah yang saya tawarkan tadi?" wanita itu menghampiri Naura yang tengah mengambil beberapa foto.
Naura mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Semuanya bagus, Mbak. Harganya juga sepertinya sesuai dengan budget saya. Tapi, saya perlu diskusi dengan suami saya lagi. Setelah ini, saya akan menemui suami saya. Kebetulan, beliau sedang mengajar. Nanti saya hubungi lagi ya, Mbak." jawabnya ramah.
"Baik, Bu. Saya tunggu kabar dari Bu Naura," keduanya kembali saling menjabat tangan.
**
**
Naura kembali memesan taksi untuk menuju kampus tempat suaminya mengajar. Karena di rumah tidak ada kendaraan lagi selain yang dipakai Azriel.
Awalnya ia sempat berencana untuk membeli mobil baru demi memudahkan transportasinya.
Namun, setelah melihat respon keluarga suaminya, niat itupun ia urungkan. Toh ia juga tidak terlalu sering bepergian.
Sepulang dari komplek Keumala, aku berniat pergi menemui Mas Azriel di kampus. Aku sudah berjanjian bertemu di sana.
Di dalam taksi, Naura melihat-lihat gambar rumah yang telah ia abadikan. Ada satu tipe rumah yang menurutnya sangat cocok dan akan ia tunjukkan pada sang suami.
Karena begitu antusias, wanita itu memposting foto yang ia abadikan di akun media sosialnya.
Naura juga merasa tidak sabar ingin segera bertemu dengan Azriel untuk kembali berdiskusi.
Ia harap suaminya akan setuju dan segera meninggalkan rumah mertuanya yang terasa bak neraka. Meski ia juga sama-sama menantu di rumah itu.
Lewat jam makan siang, Naura baru sampai di kampus tempat suaminya mengajar.
Ia segera mengirim pesan pada suaminya dan mengabarkan kalau ia sudah sampai.
"Mas, aku sudah di depan kampus," pesan itu ia kirim pada Azriel.
"Mas baru saja mulai ngajar jam kedua, kamu tunggu di kantin kampus dulu saja ya, Sayang,"
Naura mendesahkan nafas panjang setelah mendapat balasan pesan dari suaminya.
Padahal awalnya ia berencana ingin makan siang bersama, tapi jalanan kota yang macet mengagalkan rencananya.
Setibanya di kantin, Naura memesan segelas es jeruk. Ia mengeluarkan ponselnya demi mengusir rasa bosan dengan berselancar di akun media sosialnya.
Wanita itu terdiam sejenak saat memandangi akun yang tak asing mengisi kolom notifikasi.
"Ini kan akun Mbak Ria dan Rere? Tumben mereka like postinganku," Naura bergumam pelan sambil mendekatkan ujung sedotan ke bibir.
Sebuah firasat tak enak tiba-tiba menyergap hati, ia merasa kalau kedua kakak iparnya itu akan kembali mencari masalah dengannya.
Mereka pasti akan mengadukan postingan itu pada sang mertua.
"Sepertinya mereka akan menungguku pulang. Mereka pasti senang aku dimarahi Mama karena mencoba pergi dari rumah itu." ucap Naura dalam batin.
Entah kesalahan apa yang telah ia perbuat, sampai kedua Kakak iparnya tidak menyukainya.
Jika mereka iri padanya, rasanya itu tidak mungkin karena ia hanyalah seorang gadis yang berasal dari desa.
Mereka berdua bahkan seolah berlomba-lomba ingin terlihat baik di hadapan mertuanya dengan menumbalkan dirinya yang tidak tahu ара-ара.
Akibat perasaannya yang tiba-tiba berubah bimbang, waktu pun terasa berjalan sangat lama. Dan perutnya tiba-tiba meronta minta diisi.
**
**
Sekitar pukul tiga sore, Naura dan Azriel baru tiba di halaman rumah.
Naura turun lebih dulu, lalu disusul oleh Azriel.
Saat tiba di ambang pintu, mereka mendengar suara Mama Sovi dan dua orang perempuan yang tak asing.
"Seperti suara Mbak Ria dan Mbak Rere," gumam Azriel menatap istrinya. "Memangnya mereka tidak kembali kerja, ya?"
Sepertinya, firasat buruk Naura benar-benar akan terjadi.
"Masuk yuk, Mas! Aku lelah, mau istirahat di kamar." Naura mengapit lengan Azriel, setengah menarik pria itu menuju ke dalam rumah.
Dan benar saja, di dalam sana sudah ada formasi lengkap antara ibu mertua dan dua menantu kesayangannya.
"Naura," tegur Mama Sovi yang seketika bangkit dari tempat duduknya.
Membuat Azriel dan Naura seketika menghentikan langkah.
Mama Sovi menghampiri mereka, seolah siap melahap Naura hidup-hidup.
"Ada apa, Ma? Kenapa Mama terlihat marah?" tanya Azriel.
"Mama sedang marah pada istrimu! Maksud dia apa posting foto rumah di sosial media? Mama tahu dari Rere dan Ria! Jujur pada Mama, kamu dan Naura berniat pindah dari rumah ini kan?!" desak Mama Sovi menatap mereka berdua sinis.
************
************