Menantu Dari Desa

Menantu Dari Desa

Bab 1

"Ayo kita berangkat, Sayang! Kamu sudah siap, kan?" Naura yang sedang memoles wajahnya di depan meja rias seketika menoleh ke arah pintu kamar.

Sang suami, Azriel terlihat sudah rapi dengan kemeja batiknya, pria itu kini melangkah ke arah Naura sambil terus menatapnya dari atas sampai bawah.

"Sudah, Mas. Aku tinggal pakai lipstik, setelah itu selesai," jawab Naura seraya tersenyum manis.

Ia mulai memoles bibirnya dengan lipstik berwarna nude yang terlihat sempurna di wajahnya yang putih bersih.

Meskipun Naura berasal dari desa, tapi kulitnya putih mulus alami meski tanpa melakukan perawatan mahal.

"Naura, kenapa kamu tidak memakai baju yang sama sepertiku? Mama bilang kita sekeluarga akan memakai baju yang sama. Istri Mas Rio dan Mas Rangga juga pakai baju yang sama, kenapa kamu beda?" tanya Azriel yang terus menatap penampilan istrinya hari ini.

Wanita itu bingung harus menjawab apa karena ia memang tidak tahu akan ada rencana seperti itu sebelumnya.

Hari ini mereka akan menghadiri acara pernikahan kerabat dekat Azriel dari keluarga sang mama.

Hanya itu yang Naura tahu dan tidak tahu jika mereka akan memakai baju yang sama di hari pernikahan itu.

"Aku justru tidak tahu, Mas. Aku tidak tahu kalau kita akan pakai baju yang sama, jadi aku langsung pakai baju yang ini saja. Memang semuanya pakai baju yang sama, ya?" Naura balik bertanya dan dijawab dengan anggukan kepala oleh sang suami.

Naura menghela nafas panjang, karena ia memang tidak tahu tentang rencana tersebut.

Ia dan suaminya baru menikah sekitar enam bulan yang lalu. Bisa dibilang mereka masih termasuk pengantin baru.

Namun, pernikahan mereka tidak digelar secara mewah dengan alasan kondisi calon mertuanya yang sedang sakit dan tidak bisa mengurus semuanya.

Padahal saat Naura sudah tinggal di sana, ia melihat ibu mertuanya baik-baik saja dan dalam kondisi bugar.

Namun, Naura lebih memilih diam karena ia juga sebenarnya merasa malas jika harus menggelar pesta mewah yang pastinya akan menguras banyak tenaga.

"Sebentar ya, aku tanya Mama dulu. Kamu tunggu dulu di sini, mungkin Mama lupa ngasih baju punya kamu. Kamu tahu sendiri kan kalau Mama orangnya pelupa," ucap Azriel yang menahan istrinya agar jangan keluar kamar.

Setelah itu ia langsung melangkah keluar kamar meninggalkan istrinya di sana.

Apa mungkin mertuanya lupa?

Padahal tadi jelas-jelas suaminya mengatakan kalau kedua istri kakak iparnya sudah memakai baju yang sama.

Kenapa ibu mertuanya bisa lupa?

Akhirnya setelah menunggu suaminya yang tak kunjung kembali.

Naura memilih untuk menyusulnya keluar, mungkin saja suaminya mengalami kesulitan sehingga belum membawakan baju tersebut.

"Ya, tidak bisa seperti itu dong, Ma. Bagaimanapun juga Naura adalah menantu di rumah ini. Jadi, sudah seharusnya dia juga mendapat baju yang sama seperti menantu Mama yang lain. Aku saja dapat masa Naura tidak?"

Deg!

Mendengar suara Azriel, Naura seketika menghentikan langkah.

Apalagi setelah ia mendengar suara suaminya yang sepertinya sedang berdebat dengan sang mama.

Naura menarik diri dan memilih untuk bersandar di dinding pembatas antara kamar ibu mertuanya dan ruang keluarga.

"Azriel kamu jangan marah-marah dulu, dengar dulu penjelasan, Mama. Baju itu pemberian keluarga Tante Gina. Jadi Mama hanya memberikan yang mereka beri saja, jangan salahkan Mama. Lagian penting sekali ya baju yang sama untuk istri kamu? Tidak pakai baju yang sama juga tetap bisa pergi, kan?"

"Kalau dia tidak mau pergi juga tidak apa-apa. Tapi kamu tetap harus ikut," jawab Mama Sovi yang membuat hati Naura bak diremas.

Ia tidak menyangka kalau kata-kata itu akan keluar dari mulut ibu mertuanya sendiri.

Padahal selama ini sikap acuhnya ia anggap sebagai sikap biasa karena mereka memang tidak terlalu akrab.

Tapi, Naura benar-benar tidak menyangka kalau ia akan diperlakukan seperti ini.

"Kalau Naura tidak ikut, aku juga tidak mau pergi. Mama jangan berharap aku akan pergi tanpa Naura," ucap Azriel tegas yang membuat suasana menjadi semakin panas.

Ada perasaan hangat menjalar saat mendengar ucapan sang suami yang membelanya.

Naura benar-benar tidak menyangka kalau Azriel akan membelanya seperti ini.

Ini memang hanya masalah baju, tapi bukan hanya tentang baju. Tapi tentang dianggap atau tidak, diakui dan diterima.

Bisa dibilang ini adalah awal mula, Naura mengetahui jika keluarga suaminya tidak pernah mau menganggapnya sebagai keluarga.

Meskipun selama menikah dengan Azriel, Naura merasa tidak pernah berbuat salah.

Ia juga tidak pernah sekalipun menyinggung perasaan mereka.

Tapi, kenapa mertuanya itu tidak bisa bersikap layaknya orang tua pada anaknya.

"Azriel! Inilah yang membuat Mama tidak suka pada perempuan itu. Setelah kamu menikah dengannya, kamu jadi pembangkang dan lebih membela istrimu daripada Mama. Padahal jelas-jelas yang merawat kamu selama ini adalah, Mama. Bukan dia, surga kamu itu ada di Mama. Sampai kapanpun," bentak Mama Sovi yang membuat suasana seketika berubah hening.

Tidak ada lagi jawaban atau bantahan dari Azriel.

Naura juga sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menangis. Ia berusaha bersikap tenang.

Sebelumnya ia juga sering mendengar cerita tentang seorang mertua yang kejam.

Ia bahkan sering melihat betapa menderitanya menjadi menantu orang kota.

Naura terus membatin mencoba untuk menguatkan diri sendiri.

"Dari awal kamu menikah dengan dia sebenarnya Mama tidak pernah setuju, Azriel. Dia hanya perempuan kampung yang sama sekali tidak cocok untuk menjadi bagian dari keluarga kita. Dia bahkan seorang pengangguran,"

"Bukannya membantu keuangan keluarga kita. Dia malah menambah mulut untuk diberi makan. Kamu mengerti kan sekarang? Jadi jangan harap akan ada baju untuk istri kamu,"

"Memang lebih baik dia tidak memakai baju yang sama dengan keluarga kita. Jadi tamu-tamu di sana tidak tahu kalau dia adalah menantu keluarga Handoyo. Bisa malu Mama kalau sampai mereka semua menanyakan soal asal-usulnya Naura." Ucap Mama Sovi panjang lebar.

Tanpa ia ketahui kalau Naura sejak tadi mendengar ucapan pedasnya itu.

Membuat hati wanita itu terasa semakin sakit, rasa sesak terasa menghimpit paru-paru.

Meskipun ia sudah berusaha menahan air mata agar tidak luruh. Namun, nyatanya ia tidak sekuat itu.

Apakah seorang gadis desa sehina itu, bahkan untuk diterima sebagai menantu saja ia tidak pantas.

Tanpa Mama Sovi ketahui, Naura sebenarnya bukanlah seorang pengangguran atau beban untuk keluarga mereka.

Naura bahkan memiliki penghasilan yang lebih tinggi dari kedua menantu kesayangan di rumah itu.

***********

***********

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!