Terpaksa Nikah

Dustin : Mabuk

Dustin mengirim foto Rafa yang sedang tidur di grup mereka. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi tapi belum ada tanda-tanda Rafa akan bangun.

Daniel : Tumben tuh manusia ngeselin mabuk ga ajak-ajak.

Grey : Setelah ngantar Keyla ke kampus, Gue langsung cabut ke sana.

Dustin : @Daniel lagi patah hati dia.

Dustin : @Grey Ok. Ada nasi goreng disini, Lu ga usah bawa apa-apa.

Daniel : Patah hati gara-gara Bella?

Grey : Nah ini yang gue suka dari Dustin ga perhitungan kaya yang lagi dijepang.

Daniel : @Grey Bangke Lu.

Grey : 😂😂😂

Dustin : Bukan... Sama Rania.

Daniel : Kok bisa?

Dustin : Gue juga kurang jelas, ntar lah kita tanyain kalau dia dah bangun.

Daniel : Oke, jangan lupa telpon gue.

Dustin : Oke.

Nasi goreng yang dibuat Dustin sudah tertata rapi di meja makan beserta beberapa piring dan juga gelas. Dustin membalas chat teman-temannya sambil memasak sarapan. Takut sewaktu-waktu Rafa bangun dan kelaparan.

Hoekk.. Hoeekkk..

Setengah jam dari selesai menyiapkan sarapan, terdengar suara Rafa yang sedang memuntahkan isi perutnya. Dustin yang mendengar langsung mendatangin Rafa ke kamar.

"Ini.. Minum dulu" Dustin menyodorkan sebotol minuman pereda pengar.

"Kok gue bisa disini?" tanya Rafa setelah sadar jika dia sedang berada di apartment Dustin. Rafa langsung menegak minuman itu, berharap rasa yang tidak enak di perutnya segera membaik.

"Lu semalam mabuk. Gue ditelpon sama Brian. Motor Lu masih disana ya" ucap Dustin menyandarkan punggungnya ke dinding sambil memberitahu tentang keberadaan motor Rafa karena semalam Dustin menjemput Rafa menggunakan mobilnya.

Rafa memijit keningnya yang terasa pusing. Dengan langkah pelan, Rafa kembali ke tempat tidur dan merebahkan badannya.

"Semalam ketika Lu mabuk, Lu nyebut nama Rania terus dan Lu bilang Lu jatuh cinta sama Rania. Apakah ini ada kaitannya dengan mabuk Lu?" tanya Dustin yang masih berdiri didekat kamar mandi.

Rafa menatap langit-langit yang berada di kamar Dustin. Bayang-bayang kejadian kemarin kembali terlintas. Rafa menghela nafasnya.

KRET...

"Halo"

Pintu Rumah Dustin terbuka dan dilanjutkan sapaan suara orang. Sudah dipastikan itu adalah Grey karena hanya dia yang berjanji akan datang. Dustin yang mendengar langsung keluar kamar dan membiarkan Rafa sendiri dulu.

"Rafa sudah bangun?" tanya Grey yang langsung duduk di meja makan. Tanpa dipersilahkan oleh tuan rumah, Grey langsung mengambil nasi goreng yang sudah disiapkan dan memakannya.

"Sudah, baru saja" Dustin ikut gabung di meja makan dan menemani Grey sarapan.

Kring... Kring.. Terdengar suara telepon berdering di handphone Grey. Grey minum dulu sebelum mengangkat handphonenya. Setelah itu, tangannya meraih handphone yang ada di saku celananya.

"Halo, sayang" sapa Grey yang sudah mengangkat video dari kekasihnya. Bukan telepon suara yang diterima Grey melainkan video call.

"Halo, Kak. Keyla sudah di dalam bis ya, Kak. Sebentar lagi kami akan pergi" ucap Keyla sedikit pelan agar tidak mengganggu temannya yang lain.

"Oke, hati-hati ya. Jangan lupa ngabarin kalau sudah sampai" Keyla meletakkan tangan di kepalanya dan memberi hormat kepada Grey seperti orang yang sedang upacara.

"Masih pagi sudah pacaran aja. Ga liat apa disini masih jomblo" gumam Dustin mencibir.

"Makanya cari pacarlah sudah tua juga. Apa Perlu dicarikan?" balas Grey dengan senyum ejeknya.

"Kakak lagi sama siapa?" tanya Keyla yang mendengar pembicaraan Grey dan Dustin.

"Kakak lagi tempat Dustin, Sayang. Kan tadi Kakak sudah bilang" Grey menghela nafas. Ya beginilah Keyla, suka lupa.

"Oke.. Oke.. Maaf Kak, Lupa. Oh iya Kakak ingat ga pas kita jenguk Rania, Keyla mau jodohin Rania sama dokter Arlo?" Grey mengangguk. "Sepertinya Keyla ga perlu jodohin lagi deh, Kak" lanjut Keyla menampilkan senyum manisnya.

"Kan Kakak sudah bilang ga usah jodoh-jodohin orang, sayang" ujar Grey. Dustin masih tetap makan sambil mendengarkan percakapan sepasang kekasih.

"'Bukan begitu. Coba Kakak liat sendiri" Keyla langsung membalikkan kameranya mengadap ke belakang.

"Rania duduk sama Arlo?" Grey sedikit berteriak karena kaget dan Keyla menyuruh menutup mulutnya agar tidak didengar yang lain setelah membalikkan kamera menghadap Keyla lagi.

"Apa maksudnya Rania duduk sama Arlo?" tiba-tiba terdengar suara Rafa. Tau-tau saja Rafa sudah berdiri di belakang Grey.

"Eh, ada Kak Rafa" sapa Keyla yang melihat Rafa berdiri dibelakang pacarnya.

"Keyla apa maksudnya Rania duduk sama Arlo? Emang kalian mau kemana?" tanya Rafa yang langsung mencerca Keyla. Keyla bingung.

"Kak Rafa kenal sama Rania?"

"Jangan kasih saya pertanyaan Keyla!!!" Rafa menatap tajam pada Keyla.

"Bro jangan marahin pacar gue. Dia ga tahu apa-apa loh" ingatkan Grey pada Rafa. "Sayang arahkan kameranya kembali ke Rania" kata Grey kepada Keyla. Dengan perasaan yang bingung, Keyla menuruti kata Grey.

Mata Rafa memancarkan emosi yang tinggi dengan wajah yang sudah memerah.

"Sudah, Kak?" tanya keyla takut-takut.

"Sudah, sayang. Nanti kita lanjut lagi ya. Bye" Grey langsung mematikan handphonenya dan memijat keningnya. Habis sudah dia!!!

"Jelaskan kenapa Arlo bisa ikut study tour mereka?" tanya Rafa dengan tatapan yang bisa membunuh siapa saja yang melihatnya. "Lu waktu minta Gue jadi sponsor ga ada bilang kalau Arlo bakal ikut" Seperti yang diketahui, kampus tempat mereka kuliah adalah milik keluarga Arnold dimana Grey adalah salah satu cucu dari keluarga tersebut.

"Maaf, bro. Study tour ini ngajak beberapa alumni kedokteran dan Gue juga baru tahu seminggu yang lalu kalau Arlo ikut. Keyla memang ada rencana untuk menjodohkan mereka berdua, tapi sudah Gue larang" jelas Arlo agar tidak ada kesalahpahaman antara mereka.

"Lu dah cinta sama Rania ya, Fa?" tanya Dustin langsung memotong pembicaraan antara Rafa dan juga Grey tanpa permisi.

"Kemarin Gue lihat Rania di rumah sakit tempat Bella di rawat bersama dengan Arlo. Ternyata Arlo yang menolong Rania ketika Rania kecelakaan dan Excel yang menabraknya"

"Apa?" ucap Dustin, Grey dan juga Daniel yang sudah ditelpon Dustin.

"Terus?"

"Gue tanya Rania ketika pulang dan kami bertengkar hebat. Gue tahu Gue salah karena beberapa hari ini membiarkannya sendiri tanpa memberitahu dan menghubungi dia dimana Gue berada dan yang lebih parahnya lagi Gue pernah bilang untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing. Sekarang semua jadi boomerang buat Gue Gue sepertinya sudah jatuh cinta sama Rania" Rafa mengeraskan rahangnya setelah menceritakan masalah yang menghimpit dadanya.

"Apa Gue susul aja ya Rania?" ucap Rafa mengagetkan semua orang. Ide yang tiba-tiba muncul dikepalanya membuat Rafa kembali tersenyum.

"Eh?"

"Lu yakin? Terus bagaimana pekerjaanmu?" tanya Dustin.

"Buat apa Lu Gue bayar mahal kalau ga bisa ngehandel kerjaan dulu" santai Rafa sambil duduk dan sarapan.

"Bre**sek Lu, Rafa. Giliran senang ga ajak-ajak, giliran susah nyuruh Gue" omel Dustin ngamuk-ngamuk. Rafa hanya mengangkat bahunya. Daniel dan Grey hanya tertawa bahagia. Bagi Rafa, dia harus segera menyelesaikan masalahnya dengan Rania. Diantara mereka berempat hanya Dustin yang bukan dari kalangan keluarga berada.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...