Bosku Tidak Pernah Puas

Brigita menghembuskan napasnya panjang, menahan air matanya agar tidak jatuh. Kemudian dia memberanikan diri menatap bola mata coklat pria yang ada di hadapannya.

"Aku tidak menangisi dia!" Brigita menghempaskan tangan Rocky dari rahangnya. "Kau tahu tidak bahwa tanganmu bisa melukai kulit mahalku?"

Kini mereka saling berhadapan, berdiri penuh ketegangan.

"Kalau kau begitu mencintaiku hingga bisa merebutku darinya, mengapa sekarang kau perlakukanku seperti ini?"

Rocky diam.

"Kau hanya butuh validasi bahwa kau mampu mendapatkan apapun, benar begitu Tuan Rocky Tanjung?" desak Brigita, langkah nya semakin maju mendekat ke Rocky. "Jika memang tidak mencintaiku, maka aku boleh mencintai pria lain bukan?"

"TIDAK!" pekiknya. "Tidak ada yang boleh menyentuh apapun yang aku miliki tanpa seizinku!"

.

Dapat lepas dari cengkraman Rocky saja sudah membuat Brigita lega, dia turun dengan langkah santai berirama yang dapat terdengar dari heels yang dia pakai. Menuju kamar mandi, mencuci wajahnya untuk mengoles kembali riasan tipis demi menutupi kemerahan akibat tangan Rocky.

"Aku merasa iba karena pernikahanmu tidak berjalan baik," ucap Titi.

Rupanya wanita itu mengikuti langkah Brigita menuju kamar mandi, ia tahu pasti terjadi sesuatu karena wajah Brigita terlihat muram

"Tidak butuh belas kasihanmu,"

"Kau yakin?" Titi menyilangkan kedua tangannya, menatap remeh pada Brigita. "Kau tidak ingin tahu siapa wanita yang melayani suamimu kemarin?"

Bagai tersambar petir ke sekian kalinya, Brigita menatap Titi dari cermin yang ada di depannya. "Kau juga tidak lebih baik mereka."

"Harus aku akui, bahwa hubunganku dengan Rocky memang dekat. Namun, kami hanya partner mencari uang saja, tidak lebih." ucap Titi.

"Benarkah? Benar kau tidak pernah merasakan enaknya berhubungan badan dengan suamiku?" tantang Brigita penuh keberanian. "Dapat uang banyak tanpa di tiduri, sepertinya aku juga tidak yakin?!"

"Tanpa rasa malu, kau duduk di antara keluarga Rocky dan bahkan tidak menganggapku ada! Kau pikir aku akan sakit melihat hal itu. Kau salah besar!" lanjut Brigita yang masih memoles wajah cantiknya dengan riasan.

"Kalau begitu bercerai saja!"

"Ya, setelah melihat kalian hancur aku akan bercerai dengan Rocky."

Brigita merapikan kembali perlengkapan riasannya dan keluar dari kamar mandi menabrakan bahunya pada bahu Titi hingga wanita itu terdorong ke dinding.

.

Matahari pun belum terbenam, tapi tubuhnya sangat terasa lelah. Masih banyak hal rumit yang harus dia luruskan, harus dia selesaikan agar manusia seperti Rocky enyah dari bumi ini.

Dia berjalan kembali ke hotel, mencari Arga.

"Tolong panggilkan Pak Arga segera, ini mendesak." katanya pada staff reseptionist.

Beberapa menit kemudian staff tersebut menyuruh Brigita untuk mendatangi taman belakang, karena Arga sedang beristirahat di sana. Langkahnya tergesa tak ingin menyia-nyiakan waktu sedikitpun.

Ia melihat sosok Arga yang sedang duduk santai dengan wajah tenangnya, usia Arga terpaut beberapa tahun lebih muda dari Brigita.

"Apa tawaran kerjasama darimu masih berlaku?" serunya.

Arga menengadahkan pandangannya. "Secepat ini berubah pikiran?"

"Langsung saja, apa rencanamu sebagai seorang manager hotel yang akan menjatuhkan direktur lounge yang menangani empat lounge sekaligus di management perusahaan kita bekerja?"

"Kirimkan saja dahulu bukti-bukti yang kamu punya, aku harus menganalisanya,"

Brigita mengernyit. "Seberapa besar kekuatanmu? Mantan suamiku saja yang memiliki rumah produksi bisa jatuh dalam sekejap akibat ulahnya."

Sorot wajah Brigita berubah muram, kesedihan sangat tampak dari wajahnya. Arga melihatnya sekilas, wanita itu tertunduk di kursi sampingnya. Setelah di perhatikan ternyata air matanya menetes.

"Lihat saja minggu depan, kau akan kaget saat tahu siapa aku sebenarnya,"

Sera menangkap gambar mereka berdua yang sedang membicarakan Rocky, jika dilihat dari hasil jepretan Sera foto mereka memang terlihat sangat dekat. Obrolan mereka pun lirih, sehingga mengharuskan mereka berdekatan.

Foto tersebut dengan cepat sudah terkirim ke ponsel Rocky.

"Untuk apa dia menemui cecunguk itu, menyatukan kekuatan kalian pun tidak akan bisa mengalahkanku," gumam Rocky dengan ponsel yang masih di genggaman tangannya.

.

.

Keesokan harinya, di akhir pekan saatnya Lena berada di kampus.

Rocky sengaja menunggu Lena di depan gerbang dengan mobil kesukaannya Mercedes Benz warna hitam. Tepat pukul lima sore Lena keluar memakai kaos oblong hitam dan celana jeans, rambutnya terurai panjang memukai terkena angin.

Pria itu berdiri di depan mobil dengan gayanya yang nyentrik, serba hitam.

“Pak? Kenapa disini?” Lena benar-benar terkejut melihat atasannya itu.

Teman-teman Lena saling sikut bertanya-tanya siapa pria itu?

“Ikutlah, saya berjanji tidak akan melakukan apapun. Saya hanya ingin menyelamatkanmu saja,” jawabnya.

Lena menggeleng.

“Kamu harus tahu siapa Arga sebenarnya, saya punya bukti kuat di ponsel,”

Rocky membuka kacamata hitamnya, menatap satu per satu teman-teman Lena. Menorehkan sedikit senyum nya yang memukau.

“Len, itu siapa?” tanya salah satu temannya.

“Atasanku,” bisik Lena.

“Tampan,”

“Ya, tapi mengerikan. Kalian pulanglah aku ke kantor sama dia!” jawab Lena lagi agar teman-teman nya bisa meninggalkannya berdua dengan Rocky.

Rocky masuk ke dalam mobil dan menyuruh Lena juga ikut masuk. Setelah Lena masuk, Rocky menunjukkan foto Arga dan Brigita dari ponselnya.

“Pacarmu berselingkuh dengan istriku,” ungkapnya.

“Tidak mungkin,”

“Aku paham betul seperti apa Brigita, dia memang terlihat baik namun inilah aslinya. Ya itu juga yang menjadikanku seperti ini, lebih baik aku berselingkuh juga sama seperti saat aku melakukannya dengan Dyandra,”

Lena menggigit bibir bawahnya.

“Hanya foto seperti ini bisa saja mereka tidak sengaja bertemu dan berbincang biasa, aku tidak akan percaya!”

“Memangnya sejak kapan mereka saling kenal?” sahut Rocky.

Lena dengan cepat membuka ponselnya dan menekan pesan Arga, dia berencana untuk menghubungi Arga secara langsung untuk menanyakan kebenarannya. Tapi ponsel itu buru-buru di rebut oleh Rocky.

“Jangan hubungi dia, mereka sedang menyewa hotel sekarang. Itu foto kemarin saat mereka merencanakan pertemuan hari ini tepat saat kamu kuliah,” Rocky mencoba meyakinkan Lena sekali lagi.

Tepat sekali, bagai umpan yang di lahap mangsanya. Lena sedikit goyah, hatinya gundah dan berdebar kencang.

“Untuk apa Pak Rocky bohong dan jauh-jauh datang ke kampusku?” batinnya bertanya-tanya dengan polosnya.

Akhirnya Lena setuju dengan kebohongan Rocky yang berkata bahwa akan memergoki mereka di hotel. Salah satu hotel besar yang tidak jauh dari kampus Lena menjadi pilihan Rocky.

Dengan sadar ia mengikuti langkah Rocky naik ke lantai lima dan melewati lorong-lorong menuju kamar paling ujung.

“Pak, apa benar mereka disini?” Lena memastikan, antara takut dan penasaran jadi satu.

“Benar, aku sudah dapat akses karena aku meyakinkan staff disini jika yang berada di dalam kamar ini adalah istriku. Hitungan ketiga kamu masuk duluan ya, aku akan berada di belakangmu,”

“Saya takut, Pak. Saya tidak siap jika itu benar,”

Rocky merangkul pundak Lena, menenangkannya. “M4ti kau manager sial4n, kali ini kekasihmu akan menjadi milikku. Aku akan menaruh benihku padanya.” batinnya.

---------------------------------

Hari ini aku usahain update 3 bab ya kesayanganku