NovelToon NovelToon
NIKAH KONTRAK, CINTA NYATA

NIKAH KONTRAK, CINTA NYATA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: wiedha saldi sutrisno

ELINA seorang guru TK yang tengah terlilit hutang warisan dari kedua orangtuanya terus terlibat oleh orang tua dari murid didiknya ADRIAN LEONHART, pertolongan demi pertolongan terus ia dapatkan dari lelaki itu, hingga akhirnya ia tidak bisa menolak saat Adrian ingin menikah kontrak dengannya.

Akankah pernikahan tanpa cinta itu bisa berakhir bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiedha saldi sutrisno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20: Hanya Berdua

Pagi hari menjelang keberangkatan, suasana kediaman Leonhart mulai terasa berbeda. Para pelayan terlihat mondar-mandir membawa koper, pakaian, dan perlengkapan pribadi Elina serta Adrian. Dua koper besar yang kini berada di depan pintu kamar utama tampak disusun rapi, masing-masing dilengkapi dengan label kulit bertuliskan inisial nama mereka.

Elina berdiri di depan lemari pakaian dengan sorot mata bimbang. Di tangannya tergantung beberapa gaun yang dipilihkan langsung oleh Elizabeth melalui penata busananya. Gaun-gaun mahal, lembut, dan menggoda. Terlalu mewah, terlalu... dewasa.

Adrian yang baru keluar dari kamar mandi, kini sudah mengenakan kemeja santai dan celana kain gelap, melihat Elina dalam diam sejenak. "Kau tampak seperti hendak ikut pemilihan ratu kerajaan."

Elina menoleh, mendesah ringan. "Aku hanya... tidak terbiasa memakai pakaian seperti ini."

"Kalau kau tak nyaman, pilih yang lain. Kau berhak memakai apa pun yang membuatmu merasa jadi dirimu sendiri."

Elina mengangguk, kemudian mengambil satu gaun sederhana berwarna pastel dan memakainya.

Tak lama, Claire masuk ke kamar mereka dengan langkah kecil dan mata berbinar. "Mama! Daddy! Kalian mau ke mana? Claire ikut, ya?"

Pertanyaan polos itu membuat dada Elina sesak sesaat. Ia membungkuk, memeluk gadis kecil itu erat-erat. "Sayang... kali ini Claire tidak ikut, ya. Claire akan tinggal bersama Nenek Elizabeth selama beberapa hari."

Mata Claire tampak kecewa. "Tapi Claire ingin tidur sama Mama lagi..."

Adrian menghampiri dan mengelus kepala anak itu dengan lembut. "Nanti kalau kami pulang, Claire bisa tidur sama Mama setiap malam."

Claire masih merengut, namun akhirnya mengangguk setengah hati. "Baiklah... tapi Mama harus cepat pulang."

Elina tersenyum, mencium pipi Claire. "Janji."

Ketika semua koper telah dimuat ke dalam mobil dan waktu keberangkatan semakin dekat, Elizabeth muncul di ambang pintu utama, elegan seperti biasa. Ia menatap mereka dengan ekspresi puas, lalu memberi aba-aba pada supir.

"Aku akan menjaga Claire. Kalian jangan pikirkan apa pun selain bersenang-senang dan pulang dengan... berita baik."

Elina menunduk sopan, sementara Adrian hanya tersenyum samar dan membisikkan pada Elina saat mereka menaiki mobil, "Kupikir kita perlu mendefinisikan ulang arti ‘bulan madu’."

Elina hanya terkekeh pelan, menatap keluar jendela mobil yang mulai melaju. Ada kegelisahan dalam dadanya, namun juga rasa penasaran... tentang apa yang mungkin terjadi saat mereka berdua jauh dari keluarga Leonhart, dari dunia yang mereka kenal, dan dari semua sandiwara yang telah mereka bangun.

Apakah semuanya akan tetap berpura-pura... atau justru berubah menjadi sesuatu yang nyata?

...****************...

Pesawat mendarat di sebuah pulau privat yang tenang dan mewah, tempat yang bahkan Elina tak tahu namanya sebelum ini. Begitu menjejakkan kaki di dermaga kayu yang menjorok ke laut biru jernih, angin tropis menyambut mereka dengan semilir hangat, membawa aroma laut dan wangi kelapa yang samar.

Elina berdiri canggung di samping Adrian, menahan topinya yang hampir terbang tertiup angin. Ia mengenakan gaun sederhana warna pastel yang bergoyang lembut tertiup angin. Kulitnya yang biasanya pucat mulai tersentuh lembut oleh matahari.

"Tempat ini... seperti mimpi," gumam Elina, setengah untuk dirinya sendiri.

Adrian mengangguk, mengenakan kacamata hitamnya. "Elizabeth memilihkan tempat yang tak bisa dikritik, untuk pertama kalinya."

Seorang staf menyambut mereka dan membawa ke vila pribadi mereka, bangunan bergaya mediterania yang berdiri di atas perairan dangkal, dengan atap jerami dan jendela kaca besar yang menghadap langsung ke laut. Sebuah tempat yang tenang... dan sangat romantis.

Mereka masuk ke dalam vila, dan langsung disambut pemandangan interior bergaya natural: kayu hangat, kain linen putih, dan kelopak bunga mawar yang ditabur di tempat tidur besar berkelambu. Satu tempat tidur. Tidak ada pembatas. Tidak ada sofa.

Elina menatap ke arah ranjang, lalu melirik Adrian, yang justru tampak lebih santai darinya.

"Kau bisa tidur di sebelah kanan kalau mau," katanya dengan nada seolah mereka hanya membahas kursi di kereta api.

Elina tak segera menjawab. Ia berdiri sejenak di ambang ruangan, membiarkan pandangannya menyapu seluruh isi vila. Sinar matahari tropis menyusup lembut lewat tirai tipis, menari-nari di atas lantai kayu yang mengilat. Suara ombak terdengar dari kejauhan, irama yang konstan namun menenangkan.

Ia berjalan perlahan ke arah jendela, membuka daun kacanya lebar-lebar. Angin laut menerobos masuk, menyapu rambutnya yang tergerai dan menyentuh kulitnya seperti sentuhan pertama yang malu-malu.

Adrian sudah membuka satu koper, lalu duduk di tepi ranjang dengan gerakan malas. "Kau tidak perlu tegang begitu. Ini bukan jebakan," katanya tanpa menoleh, seolah bisa membaca gelisah di gerakan Elina.

"Aku tidak tegang," sahut Elina sambil tetap menatap ke luar jendela.

"Kalau begitu, duduklah," jawab Adrian datar namun tidak memaksa. Ia menyandarkan punggung ke kepala ranjang dan membuka kancing atas kemejanya, menciptakan aura santai yang nyaris menipu.

Elina akhirnya berpaling dan duduk di kursi rotan dekat jendela, menjaga jarak seperti seseorang yang sedang membaca peta sebelum masuk ke wilayah asing. Ada jeda di antara mereka, ruang sunyi yang tak kasat mata namun terasa. Seolah mereka berdua sedang menunggu siapa yang akan melangkah lebih dulu.

"Apa Nyonya Elizabeth memberimu daftar jadwal?" tanya Elina akhirnya.

Adrian mengangkat alis. "Tentu. Tapi aku tidak berniat mematuhinya."

"Jadi... apa rencanamu di sini?"

Adrian menatap langit-langit sejenak, lalu beralih memandang Elina. "Tidur. Baca. Mandi air hangat. Dan mungkin... mengenal istriku lebih dari sekadar nama."

Nada itu begitu ringan, namun ada kedalaman di baliknya. Elina memutar tubuhnya perlahan, menatap lelaki itu dengan campuran waspada dan penasaran.

"Dan jika istrimu masih belajar membedakan antara kenyamanan dan kebiasaan berpura-pura?"

Adrian tersenyum miring. "Maka aku akan bersabar. Tapi aku tak bisa berpura-pura selamanya."

Mereka saling diam. Hanya angin dan suara laut yang berbicara di antara mereka.

Setelah beberapa saat, Elina berdiri dan berjalan ke kamar mandi, membuka pintu kayu yang menuntunnya pada ruangan setengah terbuka. Di sana, bak berendam marmer besar berdiri dikelilingi pepohonan tropis dan batu-batu alami. Sebuah surga tersembunyi, tenang dan intim.

Air hangat mulai mengisi bak perlahan, mengepul lembut seperti kabut tipis. Elina menatap pantulan wajahnya di permukaan air. Ada Elina yang dulu, gadis yang takut. Ada Elina yang kini, wanita yang sedang belajar untuk menjadi bagian dari hidup seseorang.

Malam mulai merayap perlahan ke cakrawala. Cahaya jingga mengubah langit menjadi lukisan. Vila mulai diterangi lampu-lampu lembut, menciptakan suasana hangat seperti pelukan.

Ketika Elina kembali dari kamar mandi, rambutnya basah dan tergerai, ia mengenakan gaun tidur ringan berwarna biru pucat. Tidak terlalu mengundang, tapi juga tak bisa sepenuhnya disangkal keindahannya.

Adrian menatapnya dari balkon tempat ia berdiri, segelas wine di tangan.

"Aku akan memasak makan malam," ucap Elina, memecah keheningan.

"Kau tidak harus."

"Aku tahu. Tapi aku ingin."

Senyum Adrian melunak. Ia tak menjawab, hanya mempersilakan Elina lewat dan kembali masuk ke dapur kecil di sisi ruang tamu.

1
Mia Syara
Awal baca,sudah tertarik dengan alur cerita ini..Salam dari Malaysia
Wiedha: Terimakasih sudah mampir Kak Mia...diusahakan untuk up date setiap hari...🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!