Adira tak menyangka bahwa suami dan sahabatnya berselingkuh di belakangnya.
Dia melihat mereka duduk makan berdua di sebuah restoran dengan begitu mesranya. Sakit dan hancur itulah yang di rasakan Adira.
📢📢 Jangan lupa Beri Nilai, Like, Komen, Vote, Hadia dan Favoritkan ya kakak-kakak semuanya.
maaf jika Masi banyak kekurangan
mohon dukungannya ya. Terimakasih 😊😊🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pujangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Hari ini Adira dan Aditia akan memulai mediasi di pengadilan. Adira duduk ditemani sang mama yang selalu ada untuknya.
Aditia dan sang mama baru saja masuk dan juga duduk kursi yang di khususkan untuknya. ia tak berhenti menatap wajah Adira. Ia sangat merindukannya namun Ia tak dapat berbuat banyak saat ini, saat ini yang perlu ia usahakan dapat berdamai dengan sang istri.
Aditia menghela nafas dalam-dalam "Aku akan mempertahankan Adira, tidak akan aku menyetujui tentang perpisahan ini, aku tidak ingin berpisah darinya, sungguh aku menyesal telah membuatnya kecewa, aku merindukannya" Batin Aditia yang terus menatap wajah Adira.
"Jangan melamun sidang akan segera dimulai" Bisik sang mama di telinga Aditia.
Setelah mendengarkan ucapan sang mama. Ia melihat dan menyimak ke arah hakim yang memimpin persidangan mereka.
Aditia ingin melakukan yang terbaik dipersidangan kali ini. Ia usahakan bisa berdamai dengan Adira agar rumahtangganya dapat terselamatkan.
Tetapi sekuat usaha Aditia mempertahankan Adira dan rumahtangga mereka, Begitu juga Adira yang ingin lepas dari Aditia.
Setelah sidang selesai Aditia ingin menghampiri Adira, ia akan mencoba membujuk Adira untuk memaafkannya agar mereka tak dapat berpisah. Mama Naila suda berjalan lebih dulu ke mobil ia membiarkan anaknya yang berbicara dengan Adira karena ia masih kecewa dengan keputusan Adira padahal ia sudah coba memohonkan dan membujuk waktu di restoran kemarin.
Aditia berjalan mendekati Adira dan mama mertuanya. "Adira aku ingin bicara"
"Sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan" Ucap Adira
"Aku mohon, aku ingin bicara sebentar saja" Mohon Aditia dengan penuh harap
Setelah terdiam cukup lama mama Anita membuka suara "bicaralah dulu dengannya siapa tau ada yang penting"
Aditia tersenyum karena mama mertuanya masih berbaik hati padanya.
"Baiklah ayo. ma, Adira bicara sebentar dengannya dulu" setelah mendengarkan ucapan sang mama Adira mau berbicara
"Mama tunggu di mobil ya" Setelah itu mama Anita melangkahkan kakinya menuju ke mobil untuk menuggu putrinya.
"Apa yang ingin kau bicarakan" Tanya Adira dengan suara yang dingin
Aditia yang mendengarkan suara dingin Adira untuknya merasakan sakit dihatinya. di Tambah Adira tak memanggilnya dengan sebutan mas seperti biasanya membuat dia kecewa. Tapi dia berfikir ini tidak sebanding dengan apa yang dilakukannya untuk Adira.
"Aku minta maaf, aku benar-benar menyesal telah berselingkuh darimu, aku mohon berikan aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semua kesalahanku, aku berjanji tak akan mengulanginya lagi. Ucap Aditia dengan wajah yang penuh penyesalan.
"Aku mungkin bisa memaafkan mu" Aditia mendengarkan ucapan Adira menjadi tersenyum. Kemudian Adira melanjutkan perkataannya " Tapi untuk kembali padamu aku tidak bisa, Hatiku sudah terlanjur sakit dan hancur karena penghianatan yang kamu dan Nadia lakukan, Sekarang hatiku sudah membeku dan mati rasa padamu, bahkan perasaanku padamu pun sudah hambar, jadi aku tak bisa untuk kembali padamu" Jawaban Adira Langsung melunturkan senyuman dari bibir Aditia yang sempat mengembang tadi
"Aku mohon , aku sangat mencintaimu, maafkan aku, aku tak ingin berpisah darimu, dan aku akan usaha agar perasaan dan cintamu kembali seperti semula padaku, asalkan tak ada perpisahan diantara kita." Mohon Aditia dengan sangat
"Jika memang kau mencintaiku, sejak awal kau tidak akan menduakan ku, jadi penyesalan mu pun sudah tak ada gunanya lagi" Jawab Adira dengan suara yang dingin
"Tapi Adira" Suara Aditia terpotong
"Aku rasa Semuanya sudah jelas, jadi aku pergi dulu, mama suda menuggu ku terlalu lama di mobil" Sela Adira atas ucapan Aditia dan berbalik melangkah kakinya dari hadapan Aditia.
"Adira tolong jangan seperti ini" Teriak Aditia
"Seenaknya minta kembali dia pikir hatiku tak sakit. Apa tadi katanya jangan seperti ini Lalu maunya aku seperti apa, Apa aku harus menangis dan meratapi nasibku disudut kamar, karena mengetahui penghianatan yang dilakukannya bersama dengan sahabatku. Atau aku harus menerima dengan lapang dada dan diam saja, atau dia pikir aku harus memberikannya kesempatan atas perbuatannya begitu. Dia pikir aku tak punya hati dan perasaan apa, harusnya dia tahu sejak awal Ini hati bukan batu yang tak bisa merasakan apa-apa" Rutuk Adira sambil terus berjalan tak mau menghiraukan teriakan Aditia untuknya.
Aditia yang sudah tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menatapi kepergian Adira, dengan merasakan penyesalan dalam dirinya, harapannya telah pupus untuk tetap mempertahankan Adira agar selalu berada disisinya.