Ini adalah perjalanan cinta kedua putri kembar Ezar dan Zara.
Arsila Marwah Ezara, si tomboy itu akhirnya berhasil bekerja di sebuah perusahan raksasa yang bermarkas di London, Inggris, HG Corp.
Hari pertama nya bekerja adalah hari tersial sepanjang sejarah hidupnya, namun hari yang menurutnya sial itu, ternyata hari di mana Allah mempertemukan nya dengan takdir cintanya.
Aluna Safa Ezara , si gadis kalem nan menawan akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah kedokteran dan sekarang mengabdikan diri untuk masyarakat seperti kedua orang tuanya dan keluarga besar Brawijaya yang memang 90% berprofesi sebagai seorang dokter.
Bagaimana kisah Safa sampai akhirnya berhasil menemukan cinta sejatinya?
Karya kali ini masih berputar di kehidupan kedokteran, walau tidak banyak, karena pada dasarnya, keluarga Brawijaya memang bergelut dengan profesi mulia itu.
Untuk reader yang mulai bosan dengan dunia medis, boleh di skip.🥰🥰
love you all
farala
💗💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 : Haphepobhia
Di perjalanan ke HG Corp.
" Tuan, boleh saya tanya sesuatu?"
" Apa."
" Apa tuan punya motif tersembunyi pada nona Marwah?"
" Motif tersembunyi ? Apa maksudmu!"
" Sudah lebih dari enam tahun saya ikut dengan anda, tuan. Dan ini pertama kalinya ada seorang karyawan yang menarik perhatian anda. Dan selama itu juga, tidak pernah ada yang menjadi sekertaris pribadi anda."
Barra menatap Liam dari jok belakang.
" Kau tau penyakit ku , kan?"
Liam melihat dari kaca spion dalam wajah sang bos.
" Iya tuan."
" Karena itu aku memilihnya. Sebenarnya sudah lama aku mencari seseorang yang bisa membantu pekerjaan mu , tapi tidak pernah menemukan yang tepat."
Liam seketika terdiam. Ternyata Barra perhatian juga padanya. Bayangkan, dia harus bekerja double job untuk memenuhi semua keinginan Barra.
Haphepobhia , itu sejenis fobia spesifik yang membuat penderitanya merasa takut berlebihan pada sentuhan orang lain.
Barra adalah salah satu yang menderita fobia itu. Dia tidak akan pernah mau bersentuhan dengan siapapun, termasuk Priscilla, tunangan nya.
Aneh , bukan? Ya, bahkan Priscilla sudah mencoba beberapa kali untuk melakukan kontak fisik dengan Barra, namun endingnya membuat pria itu gatal gatal dan muntah.
" Dia memakai jilbab, aku yakin dia muslim yang taat. Karena itu, dengan menjadikannya sekertaris ku, ku rasa semua pekerjaan yang membebani kita berdua akan jauh berkurang jika ada dia yang membantu mengatur dan menjadwalkan semua kegiatan ku."
Liam paham, meski agamanya berbeda dengan sang bos, Liam bisa mengerti kenapa Barra mencari seorang wanita yang tidak mau bersentuhan dengan yang bukan mahram. Dan dari penampilan dan gesturnya, Marwah adalah orang yang sangat tepat.
" Kau ingat kemarin saat dia berada di ruangan ku?"
" Iya tuan."
" Dia berdiri di dekat pintu dan tidak menutupnya. Aku yakin dia risih dengan adanya kita berdua di dalam."
Liam pun mengingat pertemuannya dengan Marwah.
Dan benar, dia membenarkan perkataan sang bos.
" Baik, tuan. Saya akan segera menghubunginya dan membawanya kembali ke HG. Tapi....bagaimana jika dia tetap menolak untuk menjadi sekertaris anda?"
" Aku punya senjata untuk membuatnya berada di sampingku." Barra tersenyum smirk.
" Mungkinkah senjata yang tuan maksud itu, si hitam?"
" Mmm.. Kau sudah mencari tau lebih dalam siapa wanita itu?"
" Sudah tuan."
" Tumben cepat. Lalu, apa yang kau temukan?" Barra nampak antusias.
" Tidak banyak tuan, saya hanya menemukan jika nona Marwah memang berasal dari keluarga kaya, kedua orang tuanya berprofesi sebagai dokter."
" Hanya itu?"
" Iya, tuan."
Barra menghela nafas.
" Terima kasih untuk usahamu yang tidak seberapa itu."
" Dia itu memuji atau mengejek , sih?" Batin Liam frustasi.
*
*
Seperti pengangguran pada umumnya, Marwah hanya duduk menonton acara balapan motor di layar televisi.
Segelas susu hangat dengan beberapa toples kue menemani siangnya. Andai ada Safa, Deru mesin kendaraan yang memekakkan telinga tidak akan pernah dia dengarkan. Mumpung sang kakak sedang berjuang di rumah sakit, Marwah menggunakan kesempatan itu untuk menonton acara kesukaannya.
Sembari menyaksikan para pembalap saling salip berusaha meraih urutan pertama, Marwah kembali membayangkan bagaimana rasanya berada di sana.
Dua tahun lalu, Dengan alasan jalan jalan, Marwah mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba road race di salah satu sirkuit terbesar di kota London di kelas super bike.
Meski tidak keluar sebagai juara, namun Itu adalah pengalaman yang sangat berkesan sekaligus mencekam. Sebuah insiden terjadi . Salah satu pembalap dari klub besar Black Hell yang bermarkas di Belanda, terluka parah setelah mengalami kecelakaan hebat.
Black Hell adalah rival abadi Speed Devils, dan menurut cerita yang Marwah dengar, kecelakaan itu di sebabkan oleh salah satu pembalap dari Speed Devils. Namun, sampai saat ini, itu masih menjadi rahasia besar.
Setelah mengetahui jika Marwah ikut road race di London, Aryan marah besar. Dia bahkan memberikan hukuman pada Marwah dengan skors setahun tidak boleh bergabung di klub.
Karena itu, Marwah akhirnya bekerja di salah satu perusahaan ritel di Singapura selama enam bulan dan melanjutkan S2 nya .
Baru beberapa bulan ini, Marwah kembali bergabung dengan James dan kawan kawan lainnya.
Satu jam kurang, Marwah mulai jenuh. Apalagi, balapan sudah selesai sekitar sepuluh menit lalu.
" Kenapa aku bosan sekali.." Marwah berbaring sembari mengangkat kedua kakinya ke atas. Bermacam macam gaya dia lakukan untuk mengusir kebosanannya.
" Jalan jalan , ah.."
Lelah berputar putar di tempat tidur, Marwah memutuskan untuk menghilangkan kejenuhannya dengan jalan jalan.
Seperti biasa, jaket dan helm akan menjadi teman setianya. Sebelum berangkat, dia menghubungi Safa melalui pesan chat.
" Mbak, aku mau keluar , nanti aku belikan chili crab untuk makan malam kita, love you 😘. "
Marwah memasukkan ponselnya di dalam jaket, melangkah keluar rumah menikmati suasana siang yang sangat membakar kulit.
Motor Ducati miliknya melaju kencang di tengah padatnya jalan kota Singapura. Melewati beberapa gedung pencakar langit termasuk Brawijaya dan HG.
HG Corp, menjulang dengan begitu tinggi dan angkuh sama persis seperti orang orang yang bekerja di dalamnya. Marwah menatap dari seberang jalan sembari menjilati es krim rasa buah dengan wajah kesal.
" Bagaimana caranya aku membuat perusahaan ini bangkrut?" Gumamnya. Dia merogoh kantong jaketnya, mencari benda segi empat berlogo apel itu.
Tapi sayangnya, dia tidak menemukan ponselnya.
" Perasaan aku menyimpannya di sini. Ponselnya kemana?" Panik Marwah.
Tanpa sadar, ponselnya terjatuh saat motornya melaju dengan cepat beberapa saat lalu, dia lupa menutup resleting jaketnya setelah memasukkan gawai di sana.
" Astaghfirullah..Mati aku.."
Marwah kelimpungan mencari telpon genggamnya, namun tak kunjung ketemu.
" Akh, ku rasa dia mengalami kecelakaan dan mati di tempat. Innalillahi rojiun. Sudahlah , aku ganti baru saja." Ujarnya pasrah.
Sementara itu, Liam terus menghubungi nomor Marwah dan sayangnya, tidak aktif.
Barra menatap Liam, dan yang di tatap menggeleng pelan.
" Sialan, apa dia mau lari dari tanggung jawabnya? Atau jangan jangan nomor yang dia berikan itu nomor palsu!" Geram Barra.
Seperti biasa, hal sepele saja akan membuatnya naik darah, padahal Liam sudah membujuk dan memberikan beberapa spekulasi mengenai kemungkinan kondisi yang terjadi.
" Jangan langsung berasumsi negatif , tuan. Bisa jadi ponselnya kehabisan daya atau kemungkinan besar, hilang."
" Sekalian saja orangnya yang hilang. Kesal aku....!!" Gerutu Barra.
Liam menggeleng. Kesabaran dan ketenangan agaknya dua kata yang sudah menghilang dari kamus Barra.
Tok ...tok....tok...
" Masuk." Liam menyahut karena Barra sedang memijit kepalanya dan sepertinya tidak berniat untuk menjawab.
" Hai sayang.."
Muncul wanita seksi dengan rok di atas lutut di padukan crop top yang memperlihatkan sebagian perut mulus beserta pusar yang di tindik . Penampilan hot itu jelas jelas bisa mengundang birahi pria.
Barra tersenyum simpul menyambut kedatangan sang kekasih tercinta.
Sambutan tanpa pelukan dan ciuman, sangat hambar. Begitu yang di lihat Liam.
" Bagaimana perjalanan mu, Cilla ?" Tanya Barra .
" Melelahkan." Kata Priscilla dengan nada manja." Aku rindu padamu, boleh aku memeluk mu?" Tanpa menunggu jawaban Barra, Priscilla menghambur dan menabrak tubuh Barra.
Sementara waktu, tidak terjadi apa apa.
Namun begitu tangan mereka bersentuhan, sekujur tubuh Barra seketika memanas. Jantungnya berdetak kencang di sertai rasa mual.
Sadar akan kondisinya yang tidak baik baik saja, Barra segera melepas pelukan Priscilla .
Dia berlari ke kamar mandi sembari menutup mulutnya. Rasa mual dan ingin muntah tidak tertahan lagi.
Akhirnya, sarapannya pagi tadi berakhir dalam bentuk cairan dan berserakan di wastafel.
Belum cukup sampai di situ, tangannya juga mulai terasa gatal , dan sensasi tidak menyenangkan itu membuatnya menggaruk di beberapa bagian.
" Sial, bagaimana aku bisa menikah dengan mu jika memeluk mu saja tidak bisa? Dasar pria sampah. Untuk nya dia masih beraroma uang , jadi setidaknya aku bisa memanfaatkan nya."
...****************...
aahh Thor critamu bikin ku Ter love2..
ku tunggu critanya Marwah Thor dh Ter bara2 n Ter marwah2 aq in thor/Drool//Kiss/
d tunggu kelanjutan nya akan ada kejutan kan KA
lanjut thor.....gak papa arhan kelihatan baik tapi bejat.... tadinya dukung arhan skrg pindah dukung arga..
bisa langsung menyusul puzzle 😃👍🏻👍🏻
udah tau respon tubuhnya parah gitu kog pacaran bahkan sampai tunangan sama si pecicilan,
apa yg di harapkan klo sampai menikah?,kesentuh saja gatal2 dan muntah
apa bisa kelonan?
eh! 🤣🤣🤣🤣✌🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻
pasti nanti akan ada hubungannya 🤭
yg di sini para tetua sudah ada kesepakatan
yg di sana lagi proses "ta'aruffan" (tarik urat kesabaran)
😂
klo berani ngomong doonngggg
berani tidaaak????😂
ini niru siapa sieee Ara iniiii👍🏻💪🏻