Mendapati kenyataan jika tunangannya bermain gila dibelakangnya membuat Fernando Nicholas Sanjaya sangat terpukul, sehingga membuatnya menyeret satu wanita dalam kehidupannya. Wanita yang menjadi budak nafsunya karna salah mengetuk pintu kamar hotelnya.
Bagaimana kisah Nicho dan Ganesa selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sokhibah El-Jannata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMYS. Perang dingin
Menarik. bantin Nicho bermonolog.
"Bukankah begitu, Honney?" tanya Ganesa seakan memastikan. Sepertinya membuat Nicho jengkel adalah cara yang jitu agar Nicho tak tahan padanya. Pikir Ganesa.
Nicho memutar langkahnya hingga kini dia dan Ganesa saling berhadapan. Keduanya saling menatap, saling beradu tatapan teduh.
"Jangan mengumbar ucapan mautmu di depan sahabat baik dan keluarga kita, kamu tau, mereka akan iri dengan kemesraan kita. Kamu cukup menunjukan dan membuktikannya padaku saja. Darling," sahut Nicho dengan tatapan yang tak bisa diterjemahkan.
Ditatap Nicho seperti ini membuat nyali Ganesa sedikit menciut. Apa cara yang dia lakukan benar benar bisa membuat Nicho jengkel? Atau malah sebaliknya? Keinginan bercerai masih berkobar dalam dirinya sehingga melakukan hal seperti ini.
"Benar, jangan membuat kami iri dengan kemesraan kalian, bisa diteruskan di dalam," goda Marvel dengan senyuman.
"Ya, kak Marvel betul," sahut Micel sambil menatap Ganesa dengan ceria.
"Seperti Kak Vino dan aku tampak cuek, tapi sebenernya saling mencintai dan menyayangi," ucap Micela sambil menatap Vino. Vino merasa bangga, setidaknya ucapan Micel menegaskan bahwa hanya dia yang dicintai.
Nicho menatap ke arah Micela, goresan luka lama seakan kembali menyiksa. Kenapa Ganesa ada hubungan darah dengan Micela? Perempuan yang dia cintai? Andai saja boleh memilih, dia tak mau dengan keadaan ini.
Ganesa, wanita cantik itu juga menatap adik sepupunya dengan malu malu. Tak tau saja mereka semua, bahwa Nicho dan Ganesa sedang memainkan sandiwara.
"Jangan samakan aku dengan dia, karna sebenarnya tampak dan tidak tampakpun, aku selalu memperlakukan orang yang aku cintai dengan istimewa," ucap Nicho sambil menarik Ganesa dalam rengkuhannya. Sehingga Ganesa dekat merapat dengan pria tampan yang telah sah menjadi istinya itu.
Ganesa mendongak, menatap teduh pada lelaki yang menatapnya dengan lekat. Memperlakukan istimewa pada orang yang dicintai? Berarti bukan dirinya kan? Dia hanya orang baru dalam kehidupan Nicho. Bahkan Nicho, suaminya itu batal menikah karnanya. Rasa sesak menyeruak dalam hati Ganesa.
"Ku harap kau benar benar mencintai sepupuku dan Micela sobat, karna menyakitinya sama saja kau mencari masalah dengan kami semua," ucap Vino sambil tersenyum.
Nicho terkekeh pelan dan menepuk pundak Vino.
"Aku tau yang terbaik untukku dan pasanganku," sahut Nicho juga tersenyum. Pelukan tangannya pada Ganesa semakin erat, membuat jantung Ganesa seakan bermaraton berdetak.
Marvel, Dani, Delon juga Rangga hanya bisa terdiam mendengar perbincangan mereka yang tampak biasa.
Tak beberapa lama kemudian, fotografer meminta mereka untuk segera mengambil posisi untuk dokumentasi, seakan menghentikan perang dingin diantara Nicho dan Vino. Teringat jelas dalam pikiran keduanya, waktu itu saat mereka berdua bersama sama menyelamatkan Micela. Segera keduanya mengalihkan pandangan.
"Sebaiknya kita segera ambil posisi, dilanjutkan nanti saja," ucap Dani.
Mereka semua berpose dalam satu pelaminan, beramai ramai memeriahkan acara resepsi pernikahan yang sangat istimewa itu. Pernikahan yang sangat meriah dan sangat berkesan bagi para tamu.
Hingga beberapa saat kemudian, acara telah usai, semua orang berpamitan untuk pulang. Dani dan Emely juga sama. Bahkan papa Hendra dan Mama Nina kini juga berpamitan pada putri kesayangannya.
"Mama dan papa harus pulang sayang, kalian bisa datang kapan saja ke rumah. Mama dan papa harap, kalian selalu bahagia, terlepas dari semua kejadian yang telah terjadi," ucap papa Hendra. Ganesa dan Nicho hanya diam.
"Asalamualaikum," ucap papanya sambil mencium puncak kepala Ganesa.
"Jaga putri mama, Nicho," ucap Mama Nina sambil melepas pelukan pada Ganesa yang tampak meneteskan air mata.
Mama Nina menatap putra menantunya, Nicho tersenyum dan mencoba untuk menganggukan kepalanya.
Mama Nina dan Papa Hendra segera melangkah, beliau menemui kakek yang memang ada di depan rumah.
Kini hanya ada Ganesa dan Nicho di dalam rumah, keduanya saling berpandangan dan saling berdiam. Nicho mengulurkan tangannya menghapus air mata Ganesa dengan lembut.
"Jangan memperlihatkan air mata menyedihkanmu di hadapanku," ucap Nicho terdengar sangat dingin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...