Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.
Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.
Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
☀️☀️☀️
Niken dan Bastian keluar dari mobil, mata mereka berdua tertuju pada bangunan studio foto di depan mereka. Studio itu tampak sederhana dari luar, tapi Niken tahu bahwa di dalamnya ada banyak keajaiban yang bisa terjadi. Mereka berdua berjalan menuju pintu masuk, dan saat mereka membuka pintu, Niken tersenyum pada Bastian.
"Siap untuk sesi pemotretan hari ini?" tanya Niken, suaranya terdengar ceria. Senyum mengembang memancarkan aura kebahagiaan.
Bastian membalas senyumnya, "Siap sekali. Aku tidak sabar untuk melihat hasilnya nanti."
Saat mereka masuk ke dalam studio, Niken melihat Damar yang sedang berdiri di dekat meja, mengantar minuman dingin pesanan sang fotografer. Damar menoleh ke arah mereka, dan mata mereka bertemu. Niken merasa sedikit tidak nyaman, tapi dia tidak menunjukkannya.
Damar berjalan mendekati mereka, "Niken, sedang apa kau disini?" tanyanya, suaranya terdengar biasa saja.
Niken tersenyum, "Aku sedang mengantar model ku untuk melakukan sesi pemotretan. Dia akan menjadi model untuk brand baru minuman ku."
Damar memandang Bastian, lalu kembali memandang Niken. Dia tidak suka melihat Niken dan Bastian terlalu dekat, apalagi mereka berdua terlihat sangat akrab. Damar dan Niken belum lama bercerai, dan dia masih merasa sakit karena perpisahan itu.
"Kelihatannya kalian sangat akrab ya, apa kau dan pengacara ini sudah lama kenal?" kata Damar, suaranya terdengar sedikit dingin. Dia berkerut dahi, memperhatikan tampilan Bastian dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Dia adik kelasku saat SMA," sahut Niken.
"Begitu rupanya. Tapi Niken, kita belum lama bercerai. Tolong jaga sikapmu, jangan terlalu dekat dengan pria dulu. Apa kau tidak takut terkena gosip miring?" sindir Damar.
"Ha.... Ha.... Ha.... Kenapa harus takut pada omongan orang lain? Ini hidupku, aku bebas melakukan apapun yang aku mau. Jangan terlalu mengurusi hidup mantan istrimu ini, urusi saja istri barumu yang sedang hamil muda itu," sindir Niken balik.
Niken menggandeng lengan Bastian dan mengajaknya pergi. Bastian menatap damar sambil melempar senyum miring. Damar kesal telah dipermalukan oleh Niken di depan Bastian. Dan kekesalannya semakin bertambah melihat raut wajah pria itu yang sepertinya menyukai Niken.
***
Braakkk...!
Damar menggebrak meja jualannya dengan kuat. Membuat kaget Tania, istri mudanya yang sedang mengelap cup jus dengan beberapa lembar tisu. Untung saja stand sedang sepi, jika ada pembeli mereka pasti ketakutan melihat wajah Damar saat ini.
"Ada apa Mas?" Tania bertanya, suaranya terdengar khawatir. "Kenapa datang marah-marah?"
Damar tidak menjawab langsung, dia mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara. "Aku bertemu Niken."
Tania mengerutkan keningnya. "Niken? Apa yang terjadi?"
Damar menggertakkan giginya. "Belum lama bercerai dariku, dia sudah gatal pada pria lain."
Tania tersenyum sedikit. "Maksudmu si pengacara tampan itu? Aku pernah melihat mereka berdua. Mereka terlihat manis."
Damar memandang Tania dengan mata yang tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. "Kapan? Dimana? Kenapa kau tidak bilang padaku?"
Tania mendekati Damar, suaranya lembut. "Kenapa kau begitu sangat marah Mas? Apa kau masih mencintainya?"
Damar terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Tentu saja aku masih mencintainya, sedikit."
Tania memandang Damar dengan mata yang dipenuhi kesedihan. "Apa kau menyesal bercerai dengannya?"
Damar tidak menjawab, dia hanya menatap wajah Tania. Tiba-tiba dia tersadar dan meminta maaf pada Tania. "Maaf, aku tidak seharusnya marah seperti ini. Aku tidak bermaksud melukaimu."
Tapi Tania sudah tidak bisa menahan emosinya. "Kau masih mencintainya, bukan? Kau masih merindukannya."
Damar mencoba menjelaskan, tapi Tania tidak ingin mendengarnya. Dia berbalik dan pergi meninggalkan stand, meninggalkan Damar sendirian.
Damar menatap Tania yang pergi, dia merasa bersalah. Dia tidak ingin melukai Tania, tapi perasaannya terhadap Niken masih sangat kuat. Dia tidak tahu bagaimana cara untuk melupakannya, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk memperbaiki hubungan dengan Tania.
Damar hanya bisa berdiri di sana, menatap Tania yang semakin jauh. Dia merasa sedih dan bersalah, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk mengubah keadaan.
"Semua salahku, aku melukai dua wanita yang aku sayangi secara bersamaan." lirih Damar.
***
Damar pulang ke rumah pukul 22.00 wib. Dia syok melihat Tania sedang merokok di ruang tamu. Segera, Damian merebut roko yang masih menyala itu dari Tania.
"Apa yang kau lakukan Tania? Kau sedang hamil. Wanita hamil tidak boleh merokok!" omel Damar.
"Ini semua karena kau Mas, kau buat aku pusing dan stres,"
"Maaf, aku minta maaf Tania. Tolong jangan lakukan ini lagi, aku tidak mau terjadi sesuatu pada calon anak kita," Damar memeluk tubuh Tania erat. Dia merasakan degup jantung Tania yang lebih kencang dari biasanya.
"Ingatlah Mas, istrimu saat ini adalah aku, bukan dia. Tidak seharusnya kau masih peduli padanya, kalian sudah bercerai. Hiks.... Hiks.... Hiks...." Tania menangis tersedu-sedu.
"Tenanglah Tania. Aku minta maaf, aku tidak akan mengulangi hal ini lagi. Aku janji padamu." Ucap Damar dengan kesungguhan.
Bersambung....