Dengan matanya sendiri menyaksikan bagaimana suaminya memuja setiap jengkal tubuh madunya. Dan mendengar pengakuan menyakitkan dari mulut suaminya .
Akhirnya dia lari demi menyelamatkan sang buah hati dari tangan suami dan mertuanya yang ingin memisahkan mereka.
Ashara Ayudia , terpaksa mendewasakan dirinya dengan berbagai cobaan yang menghadangnya. Bekerja keras pontang panting demi kesembuhan anaknya.
Akhirnya Asha harus rela jadi duri dalam rumah tangga orang lain demi nyawa anaknya.
"Apapun akan aku lakukan asalkan bisa menyelamatkan anakku ,termasuk menjual diriku sendiri.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyn malini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Komitmen dan chemistry
Malam ini Roman tidak pulang ke rumah mewahnya. Dia memilih untuk tidur di kantor sampai hari pernikahannya dengan Asha. Roman takut hatinya melemah. Bohong jika kini hatinya baik baik saja.
Tangisan Nia dan tatapan penuh lukanya masih terbayang dimata Roman. Mencintai Nia selama tujuh tahun sejak mengenalnya hingga saat ini. Rasa itu belumlah hilang, hanya memudar diterpa kebohongan dan pengkhianatan.
Bisa saja Roman langsung menceraikan tapi rasa sayangnya menahannya untuk melakukan itu. Apalagi saat Nia menanda tangani surat izin menikah tadi, hati Roman bertambah luka. Karena Nia memilih karena takut kehilangan uangnya bukan karena mencintainya.
Berbeda dengan Nia, wanita yang biasanya jarang di rumah itu kini malah menunggu suaminya pulang sedari tadi. Dengan dandanan dan pakaian siap tempur yang biasa digunakannya untuk merayu Roman. Tapi sayang yang ditunggu tidak menampakkan bayangannya.
Dalam kegelisahannya Nia kembali teringat kesalahannya. Pergaulannya yang terlalu bebas membawanya sedikit demi sedikit terjauhkan dari Roman. Kebebasan yang Roman berikan membuatnya lupa akan kodradnya sebagai seorang istri.
Berkali kali Nia menelepon dan mengirim pesan, tidak satupun yang Roman balas. Dibaca saja tidak. Bahkan dengan beraninya Nia mengirimkan fotonya dengan pakaian setengah jadi dengan caption " Aku menunggumu di kamar kita "
Hingga tengah malam Roman tak kunjung membalas apalagi pulang.
Sementara di Bandung , Ibu Farida dan Umi Aminah disibukkan dengan segala macam persiapan pernikahan. Ibu Farida kekeh ingin mengadakan resepsi walau Asha menolaknya . Alhasil resepsi tetap diadakan tapi sederhana saja.
Roman akhirnya kembali ke Bandung lebih cepat dari perkiraan. Dia menghindari Nia yang semakin gencar mendekatinya. Bukannya benci tapi Roman terluka dalam.
Nia mengetahui kelemahannya, itulah sebabnya Roman menghindar karena takut kalau akhirnya rasa cintanya ke Nia membuatnya mengecewakan sang Bunda.
Kamis sore Roman telah sampai di Bandung. Terlihat kesibukan para petugas WO yang lalu lalang mempersiapkan lokasi pernikahan. Pernikahan Roman dan Asha memang diadakan di rumah Ibu Farida dan resepsinya di hotel.
Roman langsung masuk ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tidur telentang di ranjangnya dengan pikirannya yang terbang ke Jakarta. Roman mendesah berat mengingat waktu sudah semakin dekat.
Terbayang awal pernikahannya dengan Nia yang penuh cinta .Berbeda kali ini dia melakukan karena kecewa. Walaupun Bunda yang menyarankan tapi Roman mengambil keputusan saat dia terluka. Tidak ada kebahagiaan menghadapi pernikahan kali ini.
Pintu kamarnya terbuka dengan pelan. Ibu Farida muncul dari balik pintu dengan senyuman. Roman bangkit dan duduk di pinggir tempat tidur menyambut sang Bunda.
" Apa kamu mulai ragu ? " Ucap Ibu Farida setelah mendudukkan dirinya di samping Roman.
" Mana mungkin ragu, Bun. Buktinya Roman datang lebih awal, kan. Tandanya Roman sangat bersemangat. " Ucap Roman dengan senyuman tengilnya.
" Tapi mata Bunda menangkap ada keraguan .Masih ada waktu jika kamu berubah pikiran. Bunda tidak mau egois dan mempertaruhkan kebahagiaan mu. " Roman langsung merangkul sang Bunda. Sisi lemahnya tidak bisa dia tutupi jika berhadapan dengan Bunda.
" Maafkan Roman, tapi Roman tidak mau jadi pecundang dengan membatalkan apa yang Roman putuskan sendiri. Sudah cukup Bunda memikirkan kebahagiaan Roman. Roman tidak mau egois dengan memikirkan kebahagiaan Roman sendiri. Sekarang biarkan Roman memberikan kebahagiaan untuk Bunda. " Suara lirih Roman sedikit serak menyatakan kata kata tulusnya .
" Terima kasih jika kamu berpikir begitu. Percaya sama Bunda ini pilihan yang tepat. Asha sangat mudah untuk dicintai ,dekati dia, kenali dengan baik maka rasa itu akan timbul sendiri. "
" Baiklah, kalau begitu izinkan Roman bertemu dengannya. Anggap saja Roman lagi pendekatan. " Ucap Roman .
" Kamu ini, sekarang kalian lagi dipingit . Tidak boleh ketemu dulu. " Sebuah cubitan mendarat di perut Roman.
" Tak usah pingit pingitan segala. Mana nomor ponselnya, Roman mau ngajak jalan dulu .Biar malam pertama langsung bisa buat cucu untuk Bunda." Ucapan Roman membuat Ibu Farida langsung mengirimkan nomor Asha ke ponsel Roman.
" Kalau itu alasannya Bunda izinkan. Itu nomornya udah Bunda kirimkan. Tapi ingat jangan ajak nyicil buat cucunya. Ingat dosa ! " Ibu Farida langsung keluar dari kamar Roman dengan wajah secerah matahari sore ini.
*****
Seperti rencana Roman tadi sore, maka disinilah dia sekarang. Menjemput Asha yang ternyata masih di butik menyiapkan beberapa pesanan sebelum hari pernikahannya. Karena besok Asha sudah mulai cuti untuk beberapa hari ke depan.
Roman berdiri menyandar di depan mobilnya yang terparkir di depan butik. Dengan mengenakan pakaian casual dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
Asha keluar dari butik dengan tergesa gesa karena takut Roman menunggu lama. Bahkan dia sampai berlari kecil dengan high heels tujuh centi nya. Roman yang melihatnya ngilu sendiri.
" Maaf Mas, Asha terlambat. " Roman malah terkekeh mendengar ucapan Asha ,yang membuat Asha bingung.
" Sampai kapan kamu bersikap seperti bawahan jika berhadapan dengan Mas ? " Tanya Roman.
" Maaf, Mas. Asha mungkin belum terbiasa. " Jawab Asha dengan gugup.
" Mulai sekarang biasakan ,jangan kaku gitu. Seperti kamu bersikap terhadap Yuda, lebih santai. " Kemudian Roman membuka pintu mobil bagian penumpang.
" Masuklah, sudah mau gelap. " Tanpa berpikir Asha langsung masuk. Roman juga masuk dari pintu bagian kemudi.
" Sabuknya mau Mas pasangkan atau kamu pasang sendiri ? " Ucap Roman yang membuat Asha spontan memasang sabuk pengamannya. Roman tersenyum tipis melihat tingkah Asha.
Asha merasa ada yang aneh dengan Roman. Sudah beberapa kali Asha mendengar Roman menyebut dirinya dengan sebutan ' Mas' . Tapi Asha masih bersikap seperti biasanya. Rasa canggung kala berhadapan dengan Roman sama seperti waktu masih menjadi Big Bossnya .
" Kita singgah ke Masjid dulu ya , udah Magrib. " Asha pun mengangguk.
Selesai melaksanakan sholat Magrib Roman memacu mobilnya menuju sebuah restoran yang memiliki fasilitas out door .Dengan menyediakan gazebo gazebo kecil di pinggir sebuah danau .
Roman sengaja memilih tempat ini agar bisa bicara privasi dengan Asha tapi tetap dengan suasana santai. Roman tidak ingin membuat Asha tegang jika di ruang privat.
" Sha, mau pesan apa ? " Tanya Roman pada Asha yang tengah melihat daftar menu.
" Lemon tea dan cumi pedas manis tambah nasi putih, Mas. " Jawab Asha.
" Samakan saja ,Mbak. Tambah tempe medoan dan Fillet ayam goreng tepung. " Dan seorang pramusaji mencatat semua pesanan mereka.
" Sudah, Pak. Ada tambahan lagi ?" Tanyanya.
" Tidak, sudah cukup. "
" Baiklah, ditunggu ya, Pak, Mbak. Permisi. "
Setelah pramusaji itu pergi suasana menjadi canggung. Asha terlihat kikuk dan salah tingkah dan akhirnya membuang pandangannya ke danau yang terlihat remang .
" Sha "
" Iya, Mas. "
" Kamu sudah siap menikah dengan Mas ? "
" Sudah Mas. "
" Kamu tidak dipaksa Bunda atau Umi, kan. "
" Tidak Mas. "
" Kamu siap punya bayi lagi. "
" Si... siap Mas. "
" Kok gugup gitu, kamu belum siap punya anak lagi. "
" Maaf Mas, Asha hanya kaget tadi. " Roman tersenyum sembari menikmati wajah gugup Asha saat membahas tentang anak.
" Mas tahu kita menikah bukan karena cinta. Melainkan untuk orang orang yang kita cintai. Kamu demi Resha sedangkan Mas demi Bunda. Dan Bunda ingin segera punya cucu. Untuk itu Mas harus memastikan padamu terlebih dahulu. Jika kamu ragu dengan pernikahan ini, masih ada waktu untuk membatalkannya. "
Roman memindai wajah Asha yang dari tadi menghindari tatapannya. Tapi mendengar ucapan Roman barusan Asha langsung mendongak menatap ke arah Roman.
" Tidak Mas, tidak ada keraguan sejak Asha memutuskan menerima tawaran Bunda untuk jadi menantunya. " Ucap Asha menegaskan.
" Syukurlah. Berarti kamu siap menjadi istri sekaligus ibu untuk anak anakku. "
" Seperti yang pernah Mas Roman katakan. Pernikahan ini bukan karena cinta, tapi Asha tidak berniat untuk mempermainkannya. Bagi Asha makna sebuah pernikahan itu sangat sakral karena itu ibadah. Termasuk menjadi ibu dan menjadi seorang menantu ,semua ada nilai ibadahnya. "
" Mas setuju dengan mu. Inilah maksud Mas bertemu denganmu, Sha. Menyamakan komitmen. Jika kita memiliki tujuan yang berbeda maka akan sulit menyatu kelak. Tapi kalau tujuannya sama, mudah mudahan akan lebih mudah walaupun tidak ada pernikahan yang tanpa ujian. "
" Asha mengerti Mas. Tapi Asha punya permintaan , Mas. Jika Asha ada salah tolong ingatkan ke Asha langsung. Jangan pada yang lain. Jangan membandingkan kami, dan jangan menceritakan apa yang terjadi di rumah tangga kita ke istri yang lain. Begitu juga sebaliknya. "
Ada nada sendu disetiap ucapan Asha. Asha membuang pandangannya ke danau lagi agar Roman tidak bisa membaca raut wajahnya.
" Apakah itu pengalaman pribadi ? " Sontak Asha menatap Roman. Tidak menyangka Roman akan bertanya begitu.
" Bisa dikatakan begitu. " Jawab Asha.
"Mas juga ada permintaan. Kemanapun kamu pergi, minta izinlah pada Mas terlebih dahulu. Jaga pergaulan dan Mas minta hargai sebagai suami . Dan satu lagi belajarlah untuk mencintai Mas dengan tulus. "
Sama halnya Asha Roman pun bicara dengan raut wajah sedih yang tidak bisa ditutupi.
" Pengalaman pribadi ? " Pertanyaan Asha membuat mereka sontak tertawa . Merasa lucu dengan permintaan mereka sendiri karena tanpa sengaja mereka seperti curhat satu sama lain.
Tanpa mereka sadari kebekuan diantara mereka mulai mencair. Saling terbuka menciptakan kenyamanan dihati mereka masing masing. Perlahan sekat yang tadinya terbentang tak kasar mata mulai menghilang.
Pendekatan yang Roman lakukan dengan bertemu Asha dan berbicara dari hati ke hati membuat nya mengenal karakter Asha yang lembut tapi tegas . Begitu juga Asha ,bisa melihat sisi lain dari Roman yang hangat dan banyak bicara.
Selesai makan Roman mengantar Asha pulang. Selama diperjalanan mereka terlibat pembicaraan ringan .Dari masa kecil hingga tentang pekerjaan. Tanpa terasa mobil Roman telah sampai di depan rumah Asha setelah satu jam perjalanan .
" Terima kasih, Mas. Asha turun dulu, maaf tidak ngajak singgah udah malam juga. " Ucap Asha sembari melepas sabuknya .
" Sha...
" Iya...
" Eh enggak jadi deh . Sampai ketemu besok buat fitting baju, Mas jemput jam delapan pagi. Buatin sarapan buat Mas ya ? " Pinta Roman tidak tahu malu.
" Oke. Asha turun dulu , ti ti di j ya, Mas." Hanya dengan senyuman Roman menjawab Asha. Roman menatap punggung kecil itu menjauh dan akhirnya hilang di balik pintu.
" Benar kata Bunda, kamu sangat mudah dicintai dengan segala kelebihan mu. Semoga kamu adalah pilihan terbaik "
...****************...
Happy reading 💖