NovelToon NovelToon
My Poor Husband

My Poor Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:31.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 32 - Wanita yang Ditinggalkan

Pagi itu Tia terbangun dengan mata bengkak. Dia memutuskan untuk ke kamar mandi dan

mencuci wajahnya. Setelah itu dia berusaha mengintip situasi diluar kamarnya. Kepalanya

celingak-celinguk, namun dia tidak bisa menemukan sosok yang dicarinya. Dia berusaha

menajamkan kemampuan telinganya, namun dia juga tidak mendengar suara laki-laki

itu, apakah dia masih tertidur?

Pelan-pelan Tia melangkah keluar dari kamarnya, dia segera menuju ruang makan, ruang tamu,

ruang keluarga, dapur bahkan taman. Namun dia tidak bisa menemukan laki-laki

itu. Dimana dia? Tanyanya dalam hati. Ketika Tia sedang berjalan-jalan ditaman,

dia bertemu dengan mbak Siti yang sedang menyiram tanaman.

“Sudah bangun Mbak?” mbak Siti menyapa dengan takut-takut. Perasaan bersalah masih menyelimutinya.

Dia berharap semoga cucu majikannya ini tidak mengetahui perbuatannya.

“Hemmm.” Tia menjawab tanpa membuka mulutnya. Sebenarnya dia ingin bertanya keberadaan

Rizal, namun rasa gengsi mencegahnya. Pada akhirnya dia hanya mengitari taman

sembari berusaha menemukan neneknya.

“Oh iya Mbak, tadi Mbah pergi bersama teman-temannya. Sepertinya ada pertemuan

diluar. Kalau mas Rizal, tadi malam sudah pergi Mbak…” mendengar nama Rizal

disebut, Tia langsung menghentikan langkahnya dan memfokuskan perhatiannya pada

asisten rumah tangganya itu.

“Pergi? Pergi kemana? Pulang ke rumah?” tanyanya dengan nada mendesak.

“Sebenarnya Saya kurang tahu detailnya Mbak. Tapi tadi malam saya sekilas mendengar

percakapan mas Rizal dan mbah. Mas Rizal minta ijin mbah buat nitipan Mbak

sementara disini, soalnya mas Rizal pergi ke luar kota selama beberapa hari…”

“Apa?! Ke luar kota?! Ngapain dia keluar kota?!”

“Eh…Eh…  katanya ada pekerjaan diluar kota Mbak…”

“Hehh?! Pekerjaan?! Pekerjaan apa?! Memang seorang buruh bisa ditugaskan ke luar

kota?!” karena marah Tia menyemburkan kata-kata penuh kesinisan dan kepahitan.

Hatinya sakit!!

Dengan segera dia berlari ke kamarnya. Dia tidak ingin ART nya melihatnya dalam

kondisi menangis. Sesampainya dikamar, Tia mulai menangis lagi.

Hah? Keluar kota untuk urusan pekerjaan?! Apa tidak ada alasan yang lebih bagus

lagi? Kenapa memakai alasan tidak masuk akal seperti itu hanya demi

menjauhinya?? Meninggalkannya??! Apa karena dia sudah mendapatkan tubuhnya maka

laki-laki itu bisa dengan bebas meninggalkannya?!

Tia tertawa histeris. Tawa aneh sekaligus air mata berjatuhan diwajah cantiknya. Apakah

Rizal benar-benar meninggalkannya? Kenapa? Apa karena sudah mendapatkan

tubuhnya?  Jadi laki-laki itu sudah tidak

membutuhkannya? Tidak menginginkannya? Apakah dirinya sudah benar-benar tidak

berharga lagi dimatanya? Kenapa? Tia menangis lagi.

Sepanjang hari yang dilakukannya hanyalah menangis, menangis dan menangis. Setiap

beberapa menit dia melihat handphonenya, berharap ada telepon atau pesan dari

Rizal untuknya. Dia benar-benar lupa bahwa sehari sebelumnya dia telah

memblokir nomor Rizal karena kemarahannya.

Lia dan Tina beberapa kali menelepon dan mengirim pesan untuk menanyakan beberapa

masalah pekerjaan, namun Tia begitu malas untuk menanggapinya dan memilih untuk

mengabaikannya. Setiap kali ada telepon atau pesan masuk, dia cepat-cepat

meraih handphonenya. Berharap yang menghubunginya laki-laki itu, tapi dia

selalu kecewa.

Sementara Alex masih selalu menghubunginya, namun dia sudah tidak memiliki minat pada

laki-laki itu. Yang ada dipikirannya hanyalah Rizal. Rasa marah, kecewa, sedih

dan rindu menjadi satu. Rindu?? Apakah dirinya benar-benar merindukan laki-laki

itu?

“Hahahaha.” Tia tertawa sinis. Mentertawakan kebodohannya sendiri. Untuk apa merindukan

laki-laki yang sudah membuangnya? Berpura-pura menitipkannya pada nenek?

Bukankah itu artinya laki-laki itu mengembalikannya pada keluarganya karena dia

sudah tidak menginginkan dirinya lagi?!

***

Hari demi hari dilalui Tia dengan penuh kemuraman. Suasana rumah nenek yang biasanya

hangat menjadi suram karena mood Tia yang selalu berubah. Nenek melihat cucunya

dengan prihatin. Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka di Malang? Apa yang

dilakukan Rizal hingga membuat cucunya begitu marah?

Setiap malam Rizal selalu menelepon Nenek. Begitu pula dengan malam ini. Nenek

menerima panggilan telepon didalam kamarnya.

“Nek… gimana kabar Nenek hari ini?”

“Yang ditanyain kabarnya nenek apa si tukang ngambek itu?” Tanya nenek balik

bertanya. Terdengar tawa rendah namun merdu di ujung telepon.

“Hehe…gimana kabarnya adek Nek? Apa saja yang dilakukannya hari ini?”

“Pertanyaanmu kok selalu sama Nak… Seperti biasa, istrimu masih muram. Tidak ada senyum

diwajahnya. Setiap hari hanya melamun, tertawa aneh, menangis. Nenek tidak

habis pikir,  sebenarnya apa yang terjadi

pada kalian? Kenapa pulang dari bulan madu hubungan kalian jadi seperti ini?

Kalau tahu hubungan kalian akan buruk seperti ini, Nenek tidak akan menyuruh

kalian bulan madu…” Nenek menghela napas, benar-benar sedih melihat hubungan

kedua cucunya. Rizal menghela napas sejenak, kemudian dengan penuh pertimbangan

dia menjawab.

“Sebenarnya hal yang Kami lalukan adalah hal wajar yang dilakukan pasangan yang sudah

menikah Nek. Tapi mungkin akan menjadi tidak wajar dan menyakitkan bila salah

satunya tidak ada rasa cinta…”

“Apa maksutmu Nak?”

“Saya yang salah Nek. Adek pantas marah. Seharusnya saya bisa lebih sabar lagi. Mungkin

karena sudah terlalu lama mencintainya, jadi ingin segera memilikinya. Maafkan

Saya Nek karena sudah tidak bisa menepati janji untuk bersabar padanya. Padahal

waktu dulu Saya merayu Nenek agar bisa menerima Saya sebagai cucu menantu, Saya

berjanji untuk memberikan semua kesabaran Saya untuknya…”

“Nenek tidak pernah menyalahkanmu Nak. Selesaikan lah masalah kalian sesegera mungkin.

Jangan biarkan masalah ini menghambat hubungan kalian…”

“Saya sudah berusaha menghubungi Adek Nek… Tapi sepertinya nomor Saya diblokir,

makanya Saya menghubungi Nenek, hehe”

“Oalah Nak. Yang sabar ya Nak…Cucu Nenek itu kalau ngambek memang suka keterlaluan.

Selalu keras kepala. Selalu ingin menang sendiri. Nenek jadi gak enak hati…”

“Hehe, gak apa-apa Nek. Begitu-begitu saya tetap cinta Nek...” Rizal tertawa lagi.

Nenek ikut tertawa mendengarnya. Dasar anak-anak muda, ada saja tingkah

lakunya. Nenek tidak habis pikir.

“Terus kapan Kamu pulang Nak? Sepertinya istrimu ini akan lebih mudah dibujuk bila

Kamu datang Nak.”

“Insha Allah hari Minggu saya sudah di Surabaya Nek. Minta doanya ya Nek…”

“Iya Nak… Semenjak Nenek menerimamu jadi cucu menantu, Nenek sudah menganggapmu

seperti cucu sendiri Nak. Semoga semua masalah yang ada dalam pekerjaanmu bisa

segera terselesaikan Nak.”

“Amin…Terima kasih Nek…” mereka melanjutkan pembicaraan selama beberapa saat, lebih banyak

membahas tentang Tia. Rizal banyak menanyakan hal-hal sepele yang dilakukan

istrinya. Seperti misalnya, apa saja yang dilakukannya seharian ini? Apa

makanan yang dimakannya hari ini? Baju apa yang dipakainya? Bagaimana

perasaannya, sedihkah? Senang kah? Apa acara tv favoritnya? Dan lain

sebagainya.

Nenek merasa beruntung telah menikahkan cucunya pada laki-laki seperti Rizal. Laki-laki

itu mencintai cucunya sama besarnya dengan cintanya pada cucunya, atau mungkin

malah cinta laki-laki itu lebih besar? Setidaknya dia tidak perlu khawatir

cucunya akan sendirian ketika dia tiada nantinya. Ada laki-laki hebat disebelahnya

yang akan selalu mendampinginya. Nenek tersenyum bahagia.

***

^ErKa^

1
mama ELA
aku AB apa bisa aku sumbangin darah ku
mama ELA
jadi keinget dulu waktu awal² hamil
mama ELA
kakak aku tinggal di perumahan ini
Siti solikah
bagus
Siti solikah
wah Rizal beneran jadi mantunya pak sutedjo
Siti solikah
kasihan juga sheyla tapi ya ga harus nabrak kan
Siti solikah
semoga lekas sembuh ya tia
Siti solikah
wah pak Sutedjo sudah selingkuh dari istri pertamanya
Siti solikah
pak Sutedjo sangat menyayangi rizal
Siti solikah
sheyla ga punya harga diri
Siti solikah
senangnya
Siti solikah
manisnya
Siti solikah
ayo Tia dia kak izalmu
Siti solikah
dasar sheyla Mak lampir ngamuk
Siti solikah
manisnya rizal
Siti solikah
novelnya sangat sangat sangat bagus dan menarik,baca berkali kali ga pernah bosan
Siti solikah
baca lagi thor
Siti solikah
akhirnya berhasil juga
Siti solikah
akhirnya tamat,aku sering baca novel ini
Siti solikah
ternyata benar tia anaknya pak sutedjo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!