AWAS! Cerita ini bikin SENYUM-SENYUM SENDIRI.
Dewa Arga, cowok baru lulus SMA, belum mendapat ijazah sudah disuruh orang tuanya untuk menikah dengan wanita yang lebih tua darinya.
Bagaimana bocah petakilan itu bisa menjadi seorang suami yang baik?
Bara Abraham Wiratmaja, kakak tiri Nona yang baik dan tentunya tampan akan menambah manis cerita ini.
**
IG : marr_mystory
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Jangan hina pekerjaan orang tuaku!
“Tolong jangan bawa-bawa pekerjaan orang tuaku!” ucap Dewa.
Arsel hanya mendengus, dia tersenyum tipis seolah mengejek Dewa. Dewa juga mempunyai batas kesabaran yang akan marah jika pekerjaan orang tuanya di bawa-bawa. “Aku tidak
akan tinggal diam jika kau sekali lagi mengejek pekerjaan orang tuaku. Kau tahu jika kau pun juga seorang pembantu. Nona menyuruhmu ini dan itu juga disebut pembantu ‘kan?” tanya Dewa.
Arsel tersentak, dia menyiram wajah Dewa dengan air putih yang ada di atas meja. Dewa hanya tersenyum kecut dan mengusap wajahnya yang basah. Dewa menggebrak meja, ia memandang Arsel dengan tajam. “Jika tidak ingin dihina maka jangan menghina orang terlebih dahulu! Sakit ‘kan jika dihina?” ucap Dewa.
Dewa berjalan meninggalkan Arsel dan menuju ke dapur. Selera makan paginya menjadi hilang. Mas Supri menghampiri mereka dan bertepuk tangan melihat
keberanian Dewa.
“Dewa, kau memang pria sejati. Lihatlah si Arsel yang songong itu! Dia seperti tikus terjepit saat kau ejek seperti itu,” ucap Dewa.
“Sekali-sekali memang dia harus diberi pelajaran supaya tidak meremehkan orang seenak jidat,” ucap Dewa sambil meminum air putih yang dia ambil dari dispenser dapur.
Mas Supri menepuk bahu Dewa, bocah seperti Dewa memang patut diacungi jempol. “Dewa, aku menunggu di mobil, ya?” ucap Mas Supri.
Dewa menganggukkan kepala. Dewa menuju ke kamarnya untuk mengambil tasnya. 2 hari ini adalah 2 hari terakhir untuk dia bekerja di bengkel milik Jojo. Lusa dia sudah mengirim beberapa lamaran di perusahaan dan pabrik. Ponselnya bergetar mendapat pemberitahuan pesan ternyata dari Nona.
Nona
Arsel tidak mengganggumu ‘kan, sayang?
Dewa
Tidak sayang, memang kenapa?
Nona
Wajahnya
sedikit masam. Atau jangan-jangan kau yang mengganggunya?
Dewa
Untuk apa?
Aku mengganggu mas-mas itu? Lebih baik aku menganggumu saja, kau jika marah begitu imut.
Nona
Huh... Ganggunya di kamar saja. Aku siap untuk di ganggu.
Dewa
Nanti malam biar aku ganggu, hehehe. Love u. Aku berangkat bekerja dulu ya, sayang.
Nona
Love you too, sayang. Hati-hati dijalan. Sampai jumpa nanti malam.
Dewa tersenyum lalu meletakkan ponsel ditasnya. Setelah itu dia akan melangkah
keluar lalu tidak sengaja melihat map coklat yang terletak di atas meja. Dewa
dengan penasaran lalu membuka map tersebut. Lembaran kertas demi lembaran
kertas dia baca. Dewa tidak mengerti
sepertinya berkas itu menyangkut di perusahaan Nona sampai dia ingin
memasukkanya lagi tetapi sebuah foto terjatuh dari selipan berkas itu. Sebuah
foto yang menunjukkan senyum lebar dari anak kecil bersama seorang wanita bule
dewasa. Sekilas anak kecil itu mirip dengan Nona, Dewa tersenyum lalu dengan iseng membalikkan foto itu dan terdapat tulisan dibelakangnya.
Mommy dan Nuna akan terus bersama
selamanya. Nuna love Mommy.
“Sepertinya ini ibu kandung Nona, dia sama cantiknya dengan Nona,” gumam Dewa.
Dewa lalu menyimpan foto itu lagi tetapi saat melihat kelantai dia menemukan sepucuk surat. Dewa dengan rasa penasaran membukanya. Tulisan tersebut dalam bahasa inggris membuat Dewa tidak paham. Dewa lalu memfoto tulisan itu, bukannya apa-apa tetapi tulisan itu membuat Dewa heran karena terdapat tulisan i kill you yang berarti aku bunuh kamu.
Setelah selesai, Dewa segera memasukkan kembali ke dalam maps coklat dan meletakkan diatas meja sama seperti semula. Dia segera menghampiri Mas Supri yang sudah menunggu di dalam mobil.
“Lama sekali?” tanya Mas Supri.
“Maaf, mas. Tadi ke WC dulu. Oh ya, Nona orang yang seperti apa ya?” tanya Dewa.
Mas Supri yang melajukan mobilnya meninggalkan rumah hanya mengerutkan dahi saat mendengar pertanyaan dari Dewa. “Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?” tanya Mas Supri.
“Ah, ya gapapa sih, aku cuman sedikit kepo karena memang belum begitu mengenal Nona.”
Wajah Mas Supri seketika menjadi pias, dia mengalihkan pembicaraan membuat Dewa heran. Sepertinya memang ada yang disembunyikan dari mereka. “Dewa, nanti jemput sore ‘kan?” tanya Mas Supri.
“Aku akan mencari sendiri bagaimana sifat Nona, seperti ada yang mencurigakan.”
Mas Supri langsung mengerem mobilnya. Wajahnya menjadi begitu kesal setelah Dewa mengatakan seperti itu. “Nona adalah Nona, tidak ada hal yang dirahasiakan olehnya. Nona akan merasa kecewa jika kau tidak mempercayainya,” ucap Mas Supri.
Mas Supri yang sadar akan ucapannya sendiri membuatnya berdehem lalu memasang wajah ceria
lagi. Dia tersenyum sambil menyetir mobil keluar dari jalan perumahan elit itu.
Dewa mendadak sedikit curiga. Apa yang disembunyikan mereka darinya?
Setelah sampai dibengkel Jojo.
Dewa berganti baju dan menggarap apa yang disuruh oleh bapak Jojo. Jojo juga ikut bekerja bersamanya. Mereka
memperbaiki motor milik pelanggan yang tiba-tiba mogok.
“Kau sudah ada skill sendiri kenapa tidak membuka bengkel sendiri?” tanya Dewa kepada Jojo.
“Enggaklah, eh, kau mau sekolah pramugara bareng aku? Hanya beberapa bulan saja. Kau tampan dan pandai komunikasi pasti cepat lulus,” ucap Jojo.
“Gak ada uang, kau tahu sendiri ‘kan aku juga sudah menikah. Aku juga gak bisa bahasa Inggris.”
“Hem.. Ujian bahasa inggrismu juga bagus bahkan tertinggi dikelas,” ucap Jojo.
“Ya kan aku nyontek Sarah. Malah Sarah nilainya di bawahku. Untung saja dia gak marah,” ucap Dewa terkekeuh geli.
Jojo melempar kanebo bekas ke wajah Dewa, dia tertawa terbahak-bahak. Teman konyol seperti Dewa yang harus dipelihara. Bahkan Dewa terlihat anak pendiam padahal dia salah satu anak bandel disekolahnya tetapi untungnya tidak pernah ketahuan. Dewa pernah mengunci guru kimia di kamar mandi secara diam-diam dan saat itu
pelajaran kimia menjadi kosong. Dewa
memang tidak menyukai pelajaran kimia yang membuatnya puyeng tujuh keliling.
“Dewa, rasanya wikwik bagaimana?” tanya Jojo.
“Waaaah... Memang benar surga dunia yang tidak tertandingi kenikmatannya,” ucap Dewa sambil cengengesan.
“Bentar lagi aku punya keponakan dong?” tanya Jojo.
“Doakan saja,” jawab Dewa sambil tersenyum malu.
Jojo mencoret wajah Dewa menggunakan oli, Dewa tak mau kalah dan membalasnya. Mereka malah perang oli sambil tertawa-tawa. Memang mereka masih berkelakuan bocah, bapak Jojo yang memakai sarung dan baru keluar dari dalam rumah hanya mendongkol melihat kelakuan Jojo dan Dewa yang malah membuang-buang oli.
“Eheeem,” ucap bapak berdehem.
Mereka langsung terhenti dan mata mereka memandang bapak Jojo yang menampilkan wajah marah. Mereka melanjutkan pekerjaan mereka sambil menahan tawa.
Disisi lain,
Nona sedang berkeliling ke toko-toko meubelnya. Beberapa stok kosong karena
beberapa suplier kayu menghentikan pengirimannya secara mendadak. Nona harus berpikir keras untuk mencari suplier baru yang memiliki kualitas kayu yang
terbaik.
“Arsel, kau sudah mendapat beberapa suplier?” tanya Nona.
“Belum, Nona. Karena kenaikan harga yang signifikan membuat mereka enggan mengirimi lagi tetapi ini tidak akan bertahan lama,” jawab Arsel sambil melihat ponselnya. “Tapi Tuan Altaf bisa membantu kita, dia memiliki kenalan suplier terbaik tetapi dengan harga terjangkau,” sambung Arsel.
“Sejak kapan kau menjadi dekat dengan Altaf?” tanya Nona membuat Arsel gugup.
“Ehmm.. ooh... Sebagai mitra bisnis bukannya wajar jika kita dekat?”
Nona mendekati Arsel lalu menatap tajam Arsel. Nona mempunyai tatapan mata yang mengerikan jika menatap orang secara tidak suka. “Jangan berpikir untuk menusukku dari belakang! Aku tidak sebodoh itu, Arsel.”
"Untuk apa saya melakukan hal itu? Saya berada di pihak anda," ucap Arsel.