 
                            Berkisah tentang seseorang yang terkena kutukan 'Tanpa Akhir' di kehidupan pertamanya. Pada kehidupan ke 2020 nya, sang Trasmigrator yang sudah tidak tahan lagi dengan kutukannya, memohon kepada Tuhan untuk membiarkannya mati.
 
Akan tetapi, seolah Kutukan Tanpa Akhir' menertawakannya. Sang Trasmigrator yang mengira kehidupan ke 2020 nya ini adalah yang terakhir. Sekali lagi jiwanya terbangun didalam tubuh orang lain. Kali ini adalah kehidupan seorang Nona Muda Bangsawan manja bernama Rihana Ariedny yang meninggal karena keracunan. 
Sang Trasmigrator yang berhenti mengharapkan 'Kematian'  memutuskan untuk menghibur dirinya dengan memulai kehidupan baru yang damai di sebuah wilayah terpinggirkan bernama Diamond Amber.
Namun siapa sangka banyak masalah mulai muncul setelahnya. Musuh bebuyutan dari banyak kehidupannya, sesama Transmigrator, yang baru saja ia temui setelah sekian lama malah ingin menghancurkan dunianya.
Yuuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
P. D. A
"Ambilkan pakaian terbaikku, aku akan menunggu kalian dua hari lagi. Pastikan untuk menyeret wanita itu secepatnya."
Dengan begitu, Erikson berjalan keluar dari kastilnya, tatapannya tegas serta tidak menunjukan rasa bersalah.
Dia keluar dengan bangga dan percaya kalau nantinya dia akan segera kembali dengan rasa bangga serupa.
Orang-orang yang ikut dalam pemalsuan dokumen sudah di lenyapkan, sekarang dia hanya berharap supaya surat asli tidak pernah ditemukan.
Lebih baik aku merugi dari pada dipenjara, Rihana juga mungkin akan kembali ke rumahku dan membuat masalah lagi tapi itu lebih baik karena aku akan segera menyingkirkannya sendiri.
"Masuk kedalam, anda berada dalam masalah besar tuan Ariedny."
"Saya paham, saya di jebak, hanya itu yang bisa saya sampaikan."
"Katakan itu pada Baginda Raja nantinya, yang mulia sangat tidak senang karena wilayah timur Diamond Amber berada dalam pengawasannya," kata pemimpin pasukan itu dengan nada mengejek.
"Saya mengerti, saya harap Baginda Raja bersedih memberi sedikit keringan untuk say-ah iya juga, saksi saya masih dalam perjalanan."
"Aku mengerti, nanti akan saya sampaikan pada Baginda Raja."
"Terima kasih sebelumnya Sir Karizon."
"Tidak perlu menyebut namaku dengan sopan, aku hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh Yang Mulia Raja."
Mengetuk.
Pintu kereta kuda di ketuk dua kali, mengisyaratkan kepada kusir kuda untuk melajukan keretanya. "Ayo pergi, mari tinggalkan wilayah kumuh ini sekarang juga."
"Siap Sir."
"...."
Wilayah Kumuh.
Erikson mengigit bibirnya guna menahan amarahnya, tangannya mengepal erat hingga pakaiannya mulai mengerut. Lihat saja, setelah aku berhasil memiliki gelar bangsawan resmi maka bersiaplah untuk menunduk padaku di hadapanku, batinnya.
Di tempat lain, setelah dua hari berlalu, melalui portal teleportasi, dua ajudan wilayah Ariedny tiba di wilayah Diamond Amber dan berhasil menemui sang penguasa wilayah yaitu, Rihana.
"Kalian memintaku untuk ikut bersama kalian sembari membawa dokumen wilayahku?."
"Ya Lady Rihana, Tuan Ariedny meminta kami untuk membawa anda sekalian."
"...."
"Nona Rihana."
Ketika salah satu bawahan Rihana berjalan mendekat, Rihana hanya memberi isyarat tunggu dengan mengangkat tangannya.
Aku sudah menduga ini akan terjadi tapi tidak menyangka akan secepat ini, well... Walau aku berharap akan terjadi lebih lama tapi yah sudahlah.
⁰
30 menit kemudian.
"Graham, jaga wilayah ini sementara aku pergi, ada hal penting yang harus aku lakukan sebagai pemimpin wilayah di ibu kota."
Graham dan beberapa orang lainnya yang sedang dalam proses menyelesaikan membangun rumah kediaman baruku, melihat kearahku dengan patuh. Mereka mengangguk lalu kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
Tapi sebelum pergi, aku memberi sedikit berpesan. "Aku meninggalkan uang di dekat Bonny, pakai secukupnya saja jika ada keperluan lagi."
"Tentu, saya tidak akan mengecewakan anda nona."
"Aku suka semangat itu."
Berkat orang baik yang dapat ku percaya, sekarang aku bisa pergi untuk menyaksikan ekspresi keputusasaan dari Erikson menjengkelkan itu.
"Kita pergi sekarang."
"Baik Lady Rihana, saya akan siapkan koordinat sihir teleportasi secepat-."
"Apa kau bilang?."
"Permisi? Saya harus memasang koordinat sihir teleportas-."
"Berani-beraninya kau ingin menandai wilayahku dengan koordinat sihir mu."
"Tapi Nona ini demi Tuan Ariedny-."
"Aku tidak perduli dengan dia, jika kau ingin menggunakan koordinat sihir, gunakan itu jauh dari wilayahku."
Tatapan tajam ku membuat kedua utusan itu mundur, mereka tidak berani membantah apa lagi menyepelekan peringatan keras dari tatapanku.
Apakah wanita ini benar-benar nona manja itu?, pikir mereka
"Ba-Baiklah, kalau begitu kami akan segera siapkan di luar wilayah anda."
"Bagus sekarang pergilah, aku akan sambil dokumennya sebentar."
Mengangguk. Kedua utusan itu langsung terburu-buru turun dari atas bukit sambil menggerutu, wajah mereka terlihat kusut di iringi kekesalan.
"Dasar bodoh, ... Graham," panggilku.
"Ya Nona?."
"Panggilkan aku Mirari anak perempuan Dorta."
Setelah beberapa menit, Graham datang membawa Wanita berusia 34 tahun yang sedang mengendong anak laki-lakinya.
"Apa ada yang perlu aku bantu nona Rihana."
"Yah, apa kau melihat dua pria yang masuk wilayah tadi?."
Mirari mengangguk. "Saya melihat mereka, sepertinya bukan dari wilayah sini ataupun desa sekitar."
"Kau benar, aku punya tugas untukmu."
"Tugas?."
"Yah, aku dengar dari Graham sebelumnya kamu pernah melamar kerja sebagai seorang kesatria kerajaan"
"Ya itu benar nona Rihana, tapi saya gagal mendapat pekerjaan itu."
"Baiklah, kalau begitu aku ingin menguji mu."
"Maksud anda?."
"Tugas penjaga wilayah masih belum ada, aku berencana untuk membuat empat di setiap sudut wilayahku dan aku butuh pemimpin yang tahu semua dasar-dasarnya."
"...."
Mirari sangat terkejut, dia sangat tahu maksud dan tujuanku ketika mengatakan akan membentuk pasukan kesatria penjaga wilayah.
"Saya bersedia anda uji nona Rihana."
Mengangguk. "Ujiannya sederhana saja," melirik. "... Singkirkan dua orang itu."
"Lalu?."
"Hanya itu saja."
"Itu saja?."
"Ya, kalau tidak suka kamu boleh menolaknya."
"Tidak, saya akan menerimanya." Mirari menurunkan anak laki-laki, lalu meminta salah satu temannya yang bernama Joy untuk menjaga putranya sebentar. Kemudian, dia pun kembali melihatku dengan tatapan penuh harapan.
"Saya akan selesaikan tanpa kesalahan sedikitpun."
"Uhum... Kalau begitu aku akan percayakan semuanya kepada kalian-"
"Tunggu," Graham terlihat cemas. "Bagaimana anda akan kembali ke wilayah asal anda jika koordinat-."
"Itu bukan urusan kalian, beberapa hal lebih baik tidak perlu di cari tahu."
Mengangguk.
Untungnya orang-orang di wilayahku cerdas-cerdas, mereka langsung paham dengan setiap kalimat yang aku sampaikan walau bernada tajam. Yah, lebih baik begini, jika suatu saat nanti nyawaku di incar atau bahkan mati ... Kuharap mereka tidak terlalu memiliki ikatan emosional denganku, sama seperti halnya mereka di kehidupanku sebelumnya.
"...."
Begitu aku menjentikkan jari sekali. Klik. Cahaya kabut kebiruan muncul dan langsung menutup seluruh tubuhku. Sedetik kemudian, tempatku berdiri bukan lagi di wilayah Diamond Amber, melainkan melainkan tanah perbatasan wilayah Ariedny. Lebih tepatnya saat ini, aku sedang berada di atas rumah salah satu warga.
"Hummm... Bagaimana cara ku segera sampai ke ibu kota kerajaan?, aku hanya tahu tempat ini?."
Ada batasan untuk skill teleportasi yang aku miliki, aku bebas mengunakan skill ini kapanpun namun jangkaunya haruslah tempat yang sudah pernah aku kunjungi sebelumnya. "Ugh... Ini merepot-."
"Apa kalian sudah dengar beritanya?."
Dengar apa?. Fokusku tertuju pada kumpulan ibu-ibu penggosip di bawah atap rumah.
"Berita apa?."
"Ku dengar dua hari lalu tuan Ariedny di bawa paksa oleh kesatria dari kerajaan."
"Husss... Itu tidak benar!."
"Benarkah? Bagaimana kau tahu itu tidak benar."
"Salah satu sepupuku bekerja di kastil mereka, tuan Ariedny tidak diamankan melainkan di panggil untuk di beri sebuah penghargaan," ucapnya sambil berbisik pelan.
Aku yang berada di atas mereka mendengar itu merasa geli di bagian hati. Bisa-bisanya mereka membuat lelucon seperti itu, kalau nanti ketahuan tuan Ariedny ternyata di tahan karena mengunakan dokumen palsu pasti akan beda lagi ceritanya.
"Hum... Aku jadi tidak sabar untuk melihat wajahnya nanti begitu tahu kalau dokumen asli aku ada di tangan k-."
"Ah lupakan soal tuan untuk sementara... Ngomong-ngomong, sudahkah kalian tahu bahwa kalau kondisi Baginda Raja Reight sedang tidak baik-baik saja."