Abraham yang seorang Komisaris Polisi dan Arshinta seorang guru TK. anak-anak Lucifer setelah dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linieva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Eva dan Lucifer sedang menikmati teh dan kopi yang sudah di buat nya sendiri. Rumah yang di tempati pun masih sama seperti yang dulu.
“Papa, gak nyangka ya, kalau ternyata anak-anak yang waktu kejadian dulu tuh berkumpul, dan jadi orang yang sukses.” Ucap Eva membuka obrolan.
“Hhhmmm….. papa juga senang, dulu papa tidak berpikir mereka akan jadi apa? Sukses atau tidak. Yang bisa kita lakukan hanya mendukung dalam perhatian dan keuangan, walaupun tidak terus-terusan di perhatikan.” Balas Lucifer, yang beberapa tahun ini lebih suka memakai syal di gantungi di leher
nya. Kebanyakan syal yang di berikan Abraham, sementara Arshinta dan Ina lebih
senang memberikan tiket perjalanan ke mana saja yang mereka sukai.
Abraham memang lebih jarang berkumpul dengan orang tua nya, berbeda dengan Ina dan Arshinta yang lebih sering berkeliling dunia bersama orang tua nya.
“Sekarang mereka sudah dewasa. Semoga kita masih di beri umur yang panjang, agar bisa melihat pernikahan dan anak-anak mereka juga.”
Mereka yang duduk di depan teras atas, sambil merasakan udara yang tidak terlalu dingin.
************
Semenjak Bellova bekerja di rumah Abraham, tidak ada pakaian kotor, rumah yang berantakan, kulkas juga selalu terisi penuh, dan tiap hari bisa makan di rumah. Abraham yang lebih sering menginap di rumah Adley karena pulang nya larut malam, sekarang selalu pulang kerumah, dan ada yang menyambut kepulangan nya. Bellova memang pelayan yang baik dan rajin.
“Selamat pagi pak Abraham.” Sapa Bellova melihat majikan nya berjalan di tangga.
“Pagi Bell, apa sarapan nya sudah ada?” tanya Abraham yang mengancingkan kancing di lengan.
“Sudah pak, anda sarapan saja dulu.” Dengan senang dan bangga, karena pekerjaan pagi nya sudah selesai.
Abraham duduk di kursi meja, dan Bellova berdiri di samping nya, sekalian menjaga saat Abraham membutuhkan nya.
“Kamu juga sarapan juga dong, jangan berdiri kayak gitu, udah seperti satpam saja.” Abraham memang risih kalau ada yang mengamati nya di belakang.
Karena tidak mau di paksa lagi, akhirnya gadis itu duduk di samping Abraham.
“Semenjak kamu ada di sini, aku jadi lebih senang loh, mudah-mudahan sih kamu betah ya bekerja di sini dan menemaniku……. Jenuh banget kalau pulang kerumah tidak ada yang menyambut.” Ucap Abraham sedang asik
menyendokkan makanan ke dalam mulut nya.
Wajah Bellova menjadi merah, dan tentu saja sangat senang mendengar nya.
“Oh ya, kamu mau di kasih gaji berapa tiap bulan?” tanya nya melihat Bellova, di tatap seperti itu membuat gadis itu gugup dan merasa malu.
“Sudah beberapa hari ini kan kamu bekerja di sini, jadi kamu juga pasti ingin bertanya tentang gaji nya. Ngomong aja, kamu mau nya berapa….”
“Mmm…… kalau boleh…..dua…..dua juta saja pak…..
“Apa??”
“Ka….kalau tidak bisa, satu juta saja…. Saya tidak keberatan kalau…..
“Tunggu! Kamu serius minta segitu?”
“I…Iya pak….. apa…..
“Itu sangat kecil sekali!”
“Maksud pak Abraham apa ya?” gumam Bellova heran.
Abraham berhenti makan, di lihat nya Bellova yang masih keheranan.
“Baiklah…. Aku akan memutuskan gaji untuk mu…. Setiap bulan aku akan memberikan gaji mu sebesar tujuh juta!”
“Hah????” Bellova menutup mulut nya, terkejut dengar angka yang di sampaikan Abraham. Bagaimana bisa dia mendapatkan gaji sebesar itu, apalagi hanya untuk sebagai pelayan.
“Pak, itu sangat besar sekali, apa bapak yakin?”
“Yakin! Kamu kan sudah mengerjakan semua nya, mulai dari mencuci, memasak, merapikan rumah, jadi itu sudah wajar memberi gaji mu.”
“Tapi kan sebagai pelayan memang harus mengerjakan semua itu
pak…………
Sendok yang ada di tangan Abraham di letakkan di atas piring, sekarang tangan nya bertumpu pada dagu dan melihat Bellova dengan serius. Di pandangi seperti itu, membuat nya jadi salah tingkah dan semakin
gugup.
“Kalau kamu tidak mau….. kamu sebaik nya pulang kampung saja!” ucap Abraham tegas.
“Waduh….. pak Abraham marah ya?” gumam Bellova ketakutan.
“Jangan pak…..
“Kalau tidak mau, kamu jangan membantah! Kamu tidak usah takut uang ku habis, jadi……… kau masih mau kan bekerja di sini?” tanya Abraham menaikkan salah satu alis nya.
Sebenar nya itu hanya gertakan saja.
“I…iya pak, saya mau bekerja di sini…
“Dan kamu gak keberatan kan dengan gaji nya?”
“Ti……tidak tuan. Terserah anda saja…”
“Bagus…. Gitu dong… aku tidak suka dengan orang yang banyak protes….”
***********
“Jadi kamu berniat ingin mendaftarkan Rakha di sekolah ku?” tanya Arshinta.
“Iya, Rakha sendiri yang meminta nya, selain ingin nambah teman, dia juga ingin lebih dekat dengan mu. Maka nya dia memilih sekolah mu.” Jawab Satmaka.
Arshinta dan Satmaka yang sedang mengobrol di ruangan Arshinta, tanpa membawa putera nya. Saat makan siang, sengaja Satmaka menyempatkan untuk berbicara dan bertemu dengan nya.
“Kalau begitu daftarkan saja. Aku bisa sekalian menjaga nya.”
“Dua minggu lagi aku akan daftarkan Rakha….” Jawab Satmaka.
“Mmmm…… ternyata sifat mu tidak banyak berubah ya..” ucap Satmaka, dia teringat dengan kejadian saat masih kecil bersama Arshinta.
“Sifat yang mana?” Arshinta bertanya balik, tidak tahu apa maksud Satmaka.
“Kamu tetap saja seperti orang yang tidak takut dengan apapun. Walaupun bibir mu tersenyum, tapi makna dari tatapan mata mu penuh arti yang tajam. Dan kau tidak pernah takut pada apapun…….
“Siapa bilang aku tidak takut pada apapun. Ada yang paling aku takutkan.” Arshinta memotong ucapan Satmaka.
“Oh ya? Apa itu?”
“Aku takut kehilangan orang-orang yang aku cintai dan sayangi. Aku sangat takut dengan perpisahan.” Perkataan nya yang serius, tidak
melihat pada pria yang ada di depan nya. Pandangan nya tertuju pada halaman
sekolah yang luas.
“Semua orang memang tidak menginginkan itu, tapi…. Kita sebagai manusia biasa, tidak bisa menolak keputusan dari Nya kan?.....
“Sama seperti ku, di usia ku yang masih kecil, aku kehilangan kedua orang tua ku, di tambah lagi adik ku, satu-satu nya keluarga kandung ku mengalami hal yang buruk. Aku sempat menyalahkan Tuhan, kenapa Dia mengambil mereka secara bersamaan…….Tapi setelah menit pertama kelahiran Rakha, aku baru sadar, ada orang yang harus aku jaga dan lindungi. Dan perlahan, aku mulai bisa menerima nya. Apa lagi saat bertemu dengan mu……
“Dengan ku? Kenapa?” dia terkejut dengan ucapan terakhir dari Satmaka.
“Iya…..karena ternyata kita bisa bertemu lagi kembali. Mmmm…… bukan cuma dengan mu saja sih, ada Ina, Adley dan Leo. Merasa lebih
dekat.”
Arshinta menganggukkan kepala setelah mengerti apa yang di maksud teman masa kecil nya.
“Aku sempat mengkhawatirkan kamu loh, aku pikir kalau kau akan lupa pada ku atau kau tidak selamat. Ternyata, aku baru tahu yang sebenar
nya setelah kau mengatakan nya.”