NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 tekat baru

Pagi itu, Alira terbangun dengan energi yang aneh. Matanya masih berat karena semalaman ia sibuk menyalin catatan kuliah bisnis dasar yang baru sehari ia jalani. Ia benar-benar berusaha keras—meskipun beberapa catatan justru penuh coretan doodle berbentuk hati dengan tulisan kecil: *Mas suamiku dingin*.

“Ya ampun, Alira…” gumamnya sambil menepuk jidat. “Kok malah jadi kayak ABG jatuh cinta, padahal aku ini udah istri orang.”

Namun, wajahnya tetap merona saat mengingat tatapan Adrian semalam, ketika pria itu sempat berkata: *Apa kamu benar-benar siap, Alira?*

“Aku harus siap! Aku harus buktikan, bukan cuma ke Clarissa, tapi juga ke mas. Aku nggak mau dianggap remeh.”

Ia pun bersemangat bersiap ke kampus. Hari ini, Adrian memang tidak ikut mengantarnya. Pria itu hanya berpesan singkat sebelum berangkat kerja:

> “Saya tidak bisa antar kamu. Sopir akan mengantar. Tapi sore saya tetap yang jemput.”

Alira hanya bisa manyun mendengar nada dinginnya. “Ya udah deh, Mas. Tapi jangan lupa jemput aku, kalau nggak aku mogok kuliah.”

Adrian hanya menghela napas dan berlalu. Namun Alira tahu, meski dingin, pria itu pasti akan menepati janjinya.

Begitu tiba di kampus, Alira langsung disambut oleh Rani, teman sebangkunya kemarin.

“Aliraaa! Nih cewek yang jadi bahan gosip satu angkatan!” seru Rani dengan semangat.

Alira melotot. “Apaan sih, gosip apa lagi?”

Rani menahan tawa. “Ya jelas tentang kamu yang dijemput cowok super ganteng pakai mobil mewah kemarin sore! Semua cewek di sini jadi penasaran siapa dia.”

Alira mendengus, tapi matanya berbinar penuh kebanggaan. “Ohh, itu mah suamiku.”

Rani hampir tersedak air mineralnya. “Kamu ini nggak ada malunya banget ngomong ‘suamiku’ di kampus. Serius, Ra, aku masih nggak percaya.”

Alira terkekeh. “Kalau nggak percaya, ya udah, ntar sore ikut aja lihat sendiri. Aku yakin mas bakal jemput aku lagi.”

“Ya ampun, pede banget.” Rani menepuk jidatnya, tapi senyum geli tak bisa disembunyikan.

Hari ini suasana kelas lebih serius. Dosen bisnis dasar langsung memberikan tugas kelompok: menyusun analisis sederhana tentang perbedaan kebutuhan pasar dan strategi pemenuhannya.

“Waktu kalian seminggu. Bentuk kelompok maksimal lima orang,” kata dosen.

Langsung saja kelas menjadi riuh. Mahasiswa saling mencari pasangan kelompok. Alira, yang baru sehari kuliah, sempat kebingungan. Untung saja Rani langsung menarik tangannya.

“Kamu sama aku aja, Ra. Kita butuh tiga orang lagi,” kata Rani.

Tak lama, dua mahasiswi lain ikut bergabung, dan seorang mahasiswa cowok bernama Dika juga menawarkan diri.

“Boleh aku gabung? Soalnya aku belum ada kelompok,” katanya sambil tersenyum ramah.

Alira mengangguk ceria. “Tentu boleh. Semakin rame semakin seru!”

Rani berbisik, “Ra, hati-hati. Tuh cowok kayaknya langsung naksir kamu deh.”

Alira menoleh dengan polos. “Hah? Masa sih? Tapi kalau iya, kasihan dia… aku kan udah punya mas ganteng dingin.”

Rani langsung ngakak. “Kamu tuh, kalau ngomong suka seenaknya banget.”

Saat diskusi kelompok berlangsung di kantin, tiba-tiba sosok elegan dengan heels tinggi masuk. Semua mahasiswa otomatis melirik dan Alira langsung tercekat.

"Clarissa."

Wanita itu tampak memesona dengan setelan formal, menebarkan aura yang membuat mahasiswa lain merasa kagum. Beberapa dosen bahkan menghampirinya untuk berjabat tangan. Rupanya Clarissa memang ada urusan bisnis dengan pihak kampus.

Dan tentu saja, mata mereka akhirnya bertemu.

Clarissa berjalan mendekat sambil tersenyum tipis. “Oh, kebetulan sekali. Alira, kan? Bagaimana, sudah betah di dunia bisnis?”

Nada suaranya halus, tapi jelas mengandung sindiran.

Alira berusaha tetap santai, meski dalam hati terbakar. “Betah banget, kok. Malah aku jadi makin semangat belajar biar bisa jadi wanita elegan juga. Biar nggak kalah sama siapa pun.”

Clarissa menaikkan alis, tersenyum tipis. “Baguslah kalau semangat. Tapi ingat, dunia bisnis itu bukan tempat untuk anak kecil. Butuh kedewasaan, kesabaran, dan… kelas.”

Rani yang duduk di samping Alira jadi ikut terdiam, merasakan ketegangan.

Alira mencondongkan tubuh, matanya berbinar centil. “Ohh, makasih ya atas sarannya. Tapi tenang aja, aku udah punya guru privat yang paling ahli di dunia bisnis.”

Clarissa sempat tertegun. “Guru privat?”

Alira menyeringai. “Iya. Suamiku sendiri. Jadi aku nggak takut, aku pasti bisa belajar cepat.”

Beberapa mahasiswa di sekitarnya sampai menutup mulut, menahan tawa. Sementara wajah Clarissa mengeras, meski masih berusaha tersenyum elegan.

Setelah Clarissa pergi, Alira terdiam cukup lama. Ia menunduk ke meja, jari-jarinya mengetuk-ngetuk gelas jus.

“Ra, kamu nggak apa-apa?” bisik Rani.

Alira tersenyum kecil. “Aku nggak apa-apa. Cuma… aku jadi mikir. Clarissa benar juga, dunia bisnis ini keras. Kalau aku cuma main-main, aku pasti kalah.”

“Terus kamu mau gimana?”

Alira menggenggam erat bukunya. “Aku mau serius. Aku putuskan jurusanku ini bukan main-main lagi. Aku akan belajar bisnis sungguh-sungguh. Aku mau buktikan aku bisa jadi wanita elegan yang pantas berdiri di samping mas suamiku.”

Rani terdiam, lalu tersenyum bangga. “Itu baru namanya tekad.”

Sore harinya, Alira melangkah keluar gerbang kampus bersama Rani. Dan seperti kemarin, mobil hitam mengilap sudah terparkir di depan. Adrian turun, membuat semua orang langsung menoleh.

“Ra, itu lagi kan?” bisik Rani dengan mata terbelalak.

Alira tersenyum bangga. “Hehe, iya. Aku kan udah bilang.”

Ia berlari kecil sambil melambai. “Mas!”

Adrian menatapnya sekilas, lalu membuka pintu mobil. Tatapannya dingin, tapi matanya tak bisa menyembunyikan sedikit sorot lega melihat istrinya baik-baik saja.

Dalam perjalanan pulang, Adrian bertanya pelan. “Hari ini bagaimana?”

Alira menoleh dengan senyum cerah. “Seru banget. Aku diskusi kelompok, ketemu banyak orang baru, dan… aku ketemu Clarissa lagi.”

Adrian menegang sesaat. “Clarissa?”

Alira mengangguk. “Iya. Dia sempat nyindir aku. Katanya dunia bisnis bukan tempat untuk anak kecil. Tapi justru karena itu aku jadi makin semangat. Aku mau serius belajar, Mas. Aku mau buktiin kalau aku bisa.”

Adrian menatap lurus ke depan, ekspresinya sulit ditebak. “Kamu yakin dengan keputusanmu?”

Alira mengangguk mantap. “Yakin. Aku nggak mau kalah. Aku mau jadi wanita elegan yang bisa berdiri sejajar denganmu.”

Adrian terdiam lama. Mobil terus melaju di jalanan sore, sementara Alira menunggu jawaban. Namun pria itu hanya menatap kaca depan, wajahnya penuh pertimbangan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!