NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

...Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

Api unggun sudah menyala, kayu-kayu terbakar pelan, menebarkan aroma khas yang berpadu dengan udara pegunungan yang dingin. Cahaya jingga keemasan dari api itu menari-nari di wajah Reinan dan Yuan yang duduk bersebelahan.

‎Reinan merapatkan jaketnya, lalu tanpa sadar bersandar pelan ke lengan Yuan. "Hangat, tapi tetap aja dinginnya nembus," gumamnya pelan.

‎Yuan tersenyum kecil, menoleh pada Reinan. "Kalau gitu, biar aku yang bikin lebih hangat," katanya sambil meraih selimut yang tadi dibawanya. Ia menyelimutkan ke bahu Reinan, lalu ikut masuk di dalamnya.

‎Kini jarak mereka hampir tak ada. Jantung Reinan berdegup lebih cepat, tapi ia tidak menjauh. Sebaliknya, ia menatap api di depan dengan mata yang sedikit berkaca-kaca seolah ada sesuatu yang ia simpan sendiri.

‎Yuan memperhatikan wajah itu dengan seksama, lalu berbisik, "Kamu lagi mikirin apa?"

‎Reinan menggeleng pelan. "Nggak... cuma merasa bersyukur. Bisa ada di sini, sama kamu."

‎Mata Yuan melembut. Ia menunduk sedikit, jari-jarinya menyentuh lembut dagu Reinan, menuntunnya untuk menoleh. Tatapan mereka bertemu, dan dunia terasa berhenti. Api unggun masih menyala, tapi suara hutan seolah menghilang.

‎Perlahan, Yuan mendekat. Reinan memejamkan mata, membiarkan jarak di antara mereka lenyap. Bibir mereka akhirnya bertemu dalam sebuah ciuman yang hangat, lembut, tapi sarat dengan perasaan yang selama ini tak terucap.

‎Begitu masuk tenda, suasana hening langsung menyelimuti. Hanya terdengar suara dedaunan bergesekan tertiup angin. Lampu kecil yang digantung di atas memberi cahaya temaram kekuningan, membuat ruangan sempit itu terasa hangat sekaligus tenang.

‎Reinan merebahkan diri duluan di sleeping bag, masih dengan wajah sedikit merah setelah seharian beraktivitas. Yuan ikut masuk, menyingkap resleting sleeping bag agar mereka bisa berbagi ruang. Tubuh mereka kini begitu dekat, nyaris tanpa jarak.

‎"Dingin gak?" bisik Yuan, suaranya parau tapi lembut.

‎Reinan menggeleng, meski jelas tubuhnya agak menggigil. Yuan tersenyum, lalu meraih tubuhnya, memeluk dari belakang. Pelukan itu membuat Reinan merasa aman, seperti seluruh rasa lelahnya mendadak larut.

‎Awalnya mereka hanya berbaring diam, mendengar detak jantung satu sama lain. Sesekali Yuan mengusap pelan lengan Reinan, lalu menautkan jemari mereka.

‎"Rasanya udah lama banget kita nggak kayak gini," ucap Reinan pelan.

‎"Padahal baru dua bulan lalu camping," sahut Yuan, tertawa kecil.

‎"Hmm... tapi sekarang rasanya beda," jawab Reinan sambil menoleh. Pandangan mereka bertemu, begitu dekat hingga napasnya saling menyapu wajah.

‎Yuan menyibakkan rambut Reinan, lalu menempelkan keningnya di sana. Sekejap mata Reinan terpejam, menikmati ketenangan itu. Yuan mengecup keningnya, kemudian hidungnya, sampai akhirnya bibir mereka bertemu dalam ciuman lembut.

‎Awalnya singkat, lalu berulang-sedikit lebih lama, lebih dalam. Reinan menyentuh dada Yuan, merasakan degup jantungnya, sementara Yuan membelai lembut punggung Reinan. Setiap sentuhan terasa hati-hati, penuh arti, bukan tergesa-gesa.

‎Mereka berhenti sebentar, saling menatap lagi. Ada senyum tipis di wajah Reinan, malu-malu tapi juga bahagia. Yuan menyelipkan tangannya di belakang kepala Reinan, membawanya kembali dalam ciuman. Kali ini lebih hangat, lebih intens, seolah keduanya lupa waktu.

‎Di antara ciuman, mereka sempat tertawa kecil, berbisik lirih sebuah momen yang hanya bisa mereka mengerti. Sampai akhirnya Reinan bersandar di dada Yuan, menarik napas panjang, dan berkata pelan, "Aku gak mau malam ini cepat berakhir."

‎Yuan mengeratkan pelukan, mencium ubun-ubunnya, lalu menjawab, "Kalau bisa, aku juga ingin waktu berhenti di sini."

‎Cahaya pagi menembus tipis kain tenda, membuat suasana di dalamnya terasa lembut. Reinan menggeliat pelan, matanya masih setengah terpejam. Saat ia hendak berbalik, disadarinya Yuan sudah terjaga, menatapnya dengan senyum hangat.

‎"Pagi," bisik Yuan sambil merapikan rambut Reinan yang sedikit berantakan.

‎"Pagi..." suara Reinan masih serak, membuat Yuan tertawa kecil.

‎Tanpa banyak kata, Yuan menarik tubuh Reinan mendekat ke dadanya. Reinan pun terdiam, membiarkan dirinya dipeluk erat. Ia menyandarkan kepala di bahu Yuan, mendengar detak jantung yang stabil, memberi rasa nyaman yang tak tergantikan.

‎Mereka berlama-lama dalam posisi itu, saling merasakan hangat tubuh masing-masing. Sesekali Yuan mencium ubun-ubun Reinan, sementara Reinan mengusap jemari Yuan yang menggenggam tangannya.

‎Saat masih berbaring di dalam tenda, Yuan menatap wajah Reinan yang masih setengah tertidur. Setelah beberapa saat dalam diam, ia tiba-tiba berkata pelan,

‎"Selama ini kamu udah banyak tahu tentang keluargaku... tapi aku sadar, aku belum pernah benar-benar dengar soal keluargamu."

‎Reinan menoleh, sempat terdiam beberapa detik sebelum menjawab.

‎"Hmm... sebenarnya gak ada yang spesial. Ayahku meninggal waktu aku masih kecil. Lalu, ibuku menikah lagi, dan aku sempat tinggal bersama suaminya."

‎Yuan mengernyit kecil. "Lalu kenapa kamu gak ikut tinggal terus dengan mereka?"

‎Reinan tersenyum samar, menatap kain tenda yang diterpa cahaya pagi.

‎"Aku gak mau merepotkan mereka. Aku ingin belajar mandiri. Lagipula, mereka gak pernah memperlakukan aku buruk. Malah... ayah tiriku sangat baik. Dia sampai mengadopsi aku secara resmi, supaya aku punya marga yang sama dengan dia. Jadi, aku juga punya seorang kakak laki-laki tiri sekarang."

‎Yuan terdiam, menatap Reinan lekat-lekat. Ada rasa kagum sekaligus iba.

‎"Kenapa kamu gak pernah cerita sebelumnya?" tanyanya dengan suara rendah.

‎Reinan mengangkat bahu. "Mungkin karena aku pikir nggak penting. Aku lebih pengin kamu tahu aku yang sekarang, bukan masa laluku."

‎Udara pagi masih dingin, kabut tipis melayang di sekitar pepohonan. Reinan sibuk menyiapkan roti bakar dan kopi instan di atas portable stove kecil, sementara Yuan duduk di sampingnya sambil sesekali mencuri pandang dengan senyum hangat. Mereka nggak banyak bicara, cuma menikmati suara alam, burung-burung, dan keakraban yang nggak butuh kata-kata.

‎Sesekali Yuan menyuapkan sepotong roti ke mulut Reinan, lalu keduanya saling tertawa kecil. Rasanya sederhana, tapi penuh kenyamanan momen di mana dunia seakan hanya milik mereka berdua.

‎Setelah selesai sarapan sederhana suasana tetap tenang. Angin danau masih berhembus lembut, tapi Reinan mulai merapikan wadah bekal, sementara Yuan membantu membereskan peralatan..

‎"Gimana? Pulang sekarang?" tanya Yuan, nada suaranya lembut tapi agak berat, seperti enggan mengakhiri momen itu.

‎Reinan menatap danau sekali lagi, seolah ingin menyimpan pemandangan itu dalam kepalanya, lalu mengangguk pelan. "Iya... pulang."

Mereka berdua lalu berjalan berdampingan, tenda sudah terlipat di punggung Yuan. Genggaman tangan kembali erat, tapi langkahnya pelan, seakan waktu yang indah itu masih ingin ditahan lebih lama.

Di dalam mobil, suasana perjalanan pulang masih terasa hangat. Lagu lembut mengalun pelan dari radio, jendela setengah terbuka membiarkan angin sore masuk. Reinan bersandar dengan nyaman, sesekali menoleh ke arah Yuan yang fokus menyetir.

‎Tiba-tiba, ponsel Yuan bergetar. Nama "Mama" muncul di layar. Sekali, dua kali, bahkan sampai ketiga kali. Yuan melirik sebentar, lalu menekan tombol silent tanpa berniat mengangkat.

‎Reinan yang memperhatikan mengerutkan kening.

‎"Kenapa nggak diangkat? Siapa tahu penting..." tanyanya pelan.

‎Yuan menghela napas sebentar, mencoba tetap tenang. "Palingan soal kerjaan... nanti aja aku balik telpon."

‎Reinan menatapnya ragu, tapi tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya kembali menatap keluar jendela, menyembunyikan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. Sementara itu, Yuan menggenggam erat kemudi, seolah menahan sesuatu yang tak ingin ia bagi sekarang.

‎Sepanjang sisa perjalanan, Reinan tidak bisa sepenuhnya tenang. Matanya memang menatap pemandangan jalan yang berganti-ganti, tapi pikirannya tertinggal di layar ponsel Yuan yang berkedip tadi.

‎"Mama..." gumamnya dalam hati. Kalau memang hanya soal kerjaan, kenapa harus menelepon berkali-kali? Apa sesibuk itu sampai ibunya sendiri diabaikan?

‎Ia melirik Yuan sekilas. Wajah lelaki itu tetap tenang, seolah tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi justru ketenangan itu membuat hatinya terasa makin sesak.

‎Tanpa sadar, Reinan meremas ujung bajunya sendiri, mencoba menahan kegelisahan.

‎'Kenapa gue jadi kefikiran gini banget sih...' bisiknya lirih, hampir tak terdengar.

‎Yuan menoleh sebentar. "Hm? Kamu bilang apa?"

‎Reinan tersenyum tipis, buru-buru menggeleng. "Gak... Gak apa-apa. Cuma ngantuk aja."

‎Yuan mengangguk, kembali fokus ke jalan.

‎Sementara itu, dalam diam, benih rasa curiga dan cemas mulai tumbuh di hati Reinan meski ia sendiri belum berani mengakuinya

1
Asya
Orng yg sdh terobsesi mmnk nggk bisa di sepelekan yah
Jemiiima__: ngeri memanggg
total 1 replies
Asya
Nggk usah khawatir lah rei sama yuan, dia biss ngelakuin apa aja, jdi biarin sih biang kerok itu berulah
Asya
Lah??
Xlyzy
rahasia perusahaan mknya di tutupin🤭
bluemoon
sumpah itu si Rui pengen aku sentil biji mata nya
Jemiiima__: sentil aja beb biar kapok ;(
total 1 replies
sjulerjn29
berharga gak tuh... meleleh deh hati reinan. tapi syukurlah rui di tangkep
Jemiiima__: akhirnya drama Rui selese ;(
total 2 replies
Aquarius97 🕊️
dia bukan suka tapi terobsesi
Jemiiima__: betuuul
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Jangan mau Reiiii
Aquarius97 🕊️
Lah kenapa dia sering muncul sihhhh...
Asya
Yahh ktmu lagi d tmpat yang sama
Asya
Nyapa doang😆
Asya
kedengeran aneh yahh di telinga mu reinan? 😆
Asya
banyak🤣
Asya
gugup nggk tuh🤭🤣
Afriyeni Official
untung Yuan cepat datang
Afriyeni Official
ngancem nih ngancemm
Afriyeni Official
ish,, si Rui ini ganjen amat kagak ada kapok kapoknya
Dasyah🤍
huaaa,sini bag adek didik jadi baik orang ganteng ngak boleh gitu
Jemiiima__: kasih paham Rui beb 😌
total 1 replies
Dasyah🤍
plis deh Thor, kenapa orang seganteng banget ini jadi orang jahat yang benar aja
Jemiiima__: ga tega sebetulnya tp gmn yaa wkwk next deh jd pu ruinya /Facepalm/
total 1 replies
Dasyah🤍
ni orang ganggu aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!