NovelToon NovelToon
Rahim Untuk Balas Budi

Rahim Untuk Balas Budi

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Romansa
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Sea

Satu janji, satu rahim, dan sebuah pengorbanan yang tak pernah ia bayangkan.
Nayara menjadi ibu pengganti demi menyelamatkan nyawa adiknya—tapi hati dan perasaan tak bisa diatur.
Semakin bayi itu tumbuh, semakin rumit rahasia, cinta terlarang, dan utang budi yang harus dibayar.
Siapa yang benar-benar menang, ketika janji itu menuntut segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Sea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 – Antara Doa dan Dosa

Pagi itu, langit tampak tenang. Sinar matahari menembus tirai tipis jendela kamar Nayara, menciptakan bayangan lembut di dinding.

Ia duduk di tepi tempat tidur dengan buku kecil di pangkuan—jurnal yang mulai ia tulis sejak tahu dirinya hamil. Sampulnya sederhana, hanya buku catatan bergaris dengan sampul warna krem yang mulai kusam.

Setiap halaman berisi tulisan tangan yang rapi namun penuh emosi.

Kadang berisi doa, kadang pengakuan yang ia sendiri takut untuk membacanya kembali.

> “Untukmu, anak kecil di rahimku… semoga kelak kau tumbuh dengan hati yang baik. Meskipun Ibu bukan siapa-siapa, semoga kau tahu bahwa kau lahir dari niat yang tulus.”

Nayara menatap baris itu lama sekali. Kata “Ibu” terasa aneh di lidahnya, tapi juga menghangatkan hati.

Ia tahu, secara perjanjian, bayi ini bukan miliknya. Tapi setiap hari, ia merasakan gerakan halus di dalam perutnya, dan sulit rasanya meyakinkan diri bahwa ia hanya “penitipan rahim”.

Di luar kamar, Nadim sedang bersiap ke sekolah. Anak itu berlari kecil ke dapur, mencari sarapan, lalu kembali dengan roti di tangan.

> “Kak, nanti aku pulangnya agak sore, ya. Ada les matematika.”

“Iya, hati-hati di jalan,” jawab Nayara sambil tersenyum.

“Kakak nggak lupa makan, kan?”

“Nggak. Kakak udah janji sama kamu.”

Nadim mengangguk mantap lalu keluar. Setelah suara pintu tertutup, rumah itu kembali sunyi.

Kesunyian yang dulu menenangkan, kini terasa seperti ruang penuh bayangan.

Menjelang siang, Rendra datang tanpa kabar.

Mobilnya berhenti di depan rumah, menimbulkan debu halus yang berterbangan.

Nayara kaget melihatnya, buru-buru menutup buku jurnal yang tadi ia tulis dan menaruhnya di bawah bantal.

“Pak Rendra?” suaranya sedikit terbata.

Rendra mengangkat kantong kertas dari tangannya. “Aku bawakan buah dan susu dari Karina. Katanya kamu harus jaga stamina.”

Nayara menerima barang-barang itu dengan gugup. “Terima kasih, Pak. Repot-repot banget.”

“Tidak usah sungkan,” jawab Rendra, pandangannya lembut tapi terukur. “Anggap saja… aku sedang menjaga titipan yang sangat berharga.”

Ada keheningan sesaat.

Nayara menunduk, tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Kata titipan terdengar manis, tapi juga menusuk di dada.

Rendra memperhatikan wajahnya yang mulai pucat, lalu berkata pelan,

“Kalau kamu merasa lelah, jangan dipendam. Kamu bisa bilang padaku. Aku tahu ini semua tidak mudah.”

> “Saya baik-baik saja, Pak. Saya hanya… belajar menerima.”

Ucapan itu membuat Rendra terdiam. Ia ingin berkata sesuatu, tapi menahan diri. Ia tahu, ada garis yang tidak boleh ia lewati.

Namun tanpa sengaja, pandangannya terarah ke meja di sudut kamar. Di atasnya ada pena dan selembar kertas terbuka.

Tulisan di sana terbaca samar, tapi cukup jelas:

> “Ya Allah, jangan biarkan hatiku mencintai yang bukan hakku…”

Hatinya bergetar. Ia tahu itu tulisan Nayara. Dan entah kenapa, baris doa itu terasa seperti tamparan.

Setelah beberapa menit berbincang, Rendra pamit. Tapi langkahnya melambat di depan pintu.

Ia menatap sekeliling rumah kecil itu sekali lagi—dinding dengan cat yang mulai pudar, aroma teh hangat dari dapur, dan keheningan yang anehnya terasa damai.

Dalam diam, ia mulai memahami sesuatu: bahwa perempuan ini bukan hanya sedang mengandung anaknya, tapi juga sedang berjuang mempertahankan harga dirinya di tengah badai perasaan.

Sore harinya, hujan turun lagi.

Nayara kembali duduk dengan buku jurnalnya. Ia menulis pelan, setiap huruf seperti percakapan dengan Tuhan.

> “Ya Allah, aku tahu Engkau Maha Mengetahui isi hati hamba-Mu. Aku tidak ingin berdosa karena perasaan yang tumbuh tanpa izin. Aku hanya ingin menjaga titipan ini dengan baik, agar tidak ada yang terluka di akhir nanti."

Tangannya berhenti menulis. Ia menatap jendela, melihat air hujan mengalir di kaca seperti garis air mata yang menetes perlahan.

Ia tahu, setiap kali menulis doa, hatinya sedikit lebih tenang. Tapi di sisi lain, perasaan bersalah itu justru semakin nyata.

Beberapa hari kemudian, Karina menelepon.

Suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.

> “Nayara, minggu depan kamu ke rumah ya. Aku ingin bicara langsung, sekalian kamu periksa kandungan di dokter Ardi.”

“Baik, Bu.”

“Dan jangan lupa bawa semua catatan medisnya. Aku ingin lihat.”

“Iya, Bu.”

Telepon ditutup. Tapi entah kenapa, dada Nayara terasa sesak.

Ia belum siap bertemu Karina. Ia tahu, setiap tatapan perempuan itu seperti pisau halus yang bisa mengiris tanpa darah.

Malamnya, Rendra menelepon.

> “Nayara, Karina minta kamu ke rumah, ya? Jangan khawatir, aku akan antar.”

“Terima kasih, Pak. Tapi saya bisa sendiri.”

“Aku tahu kamu bisa, tapi biarkan aku menemani. Aku cuma ingin memastikan kamu aman.”

Nada suaranya tenang, tapi dalam setiap kata, ada kehangatan yang sulit diabaikan.

Nayara menatap perutnya.

> “Aku takut, Pak…” katanya pelan. “Bukan pada Bu Karina, tapi pada perasaan yang mulai tumbuh tanpa aku sadari.”

Rendra terdiam lama. Hanya terdengar napasnya dari seberang.

> “Kalau begitu,” ucapnya lirih, “kita sama-sama takut, Nayara.”

Kata-kata itu menggema lama dalam hati Nayara, bahkan setelah panggilan berakhir.

Ia memejamkan mata, berharap bisa tidur tanpa mimpi, tapi justru bayangan Rendra yang muncul—menatapnya dengan mata yang tidak tahu harus memilih antara tanggung jawab atau rasa.

Pagi berikutnya, Nayara menulis lagi di jurnalnya:

> “Aku tidak tahu siapa yang harus kusalahkan—takdir, perasaan, atau keadaan. Tapi aku tahu, setiap kali aku berdoa agar tidak jatuh cinta, hatiku justru semakin berdebar saat mendengar suaranya.”

Air mata jatuh membasahi kertas.

Ia menutup jurnal itu cepat-cepat, takut dibaca siapa pun.

Namun takdir rupanya punya cara lain. Saat Rendra datang siang itu, ia tidak sengaja melihat buku itu tergeletak di meja.

Ia membuka halaman pertama—dan di sana tertulis, dengan tinta samar tapi jelas:

> “Untukmu, anak kecil di rahimku.

Ibu berjanji tidak akan menumbuhkan cinta yang salah.

Karena doa dan dosa tidak boleh berjalan beriringan.”

Rendra menatap tulisan itu lama sekali.

Dadanya sesak, bukan karena marah, tapi karena tersentuh.

Di balik kesederhanaannya, Nayara menyimpan kekuatan yang bahkan Karina tidak punya—ketulusan yang tidak meminta balasan, dan kejujuran yang menyakitkan untuk diakui.

Ia menutup buku itu perlahan dan menatap Nayara yang datang dari dapur membawa segelas air.

> “Kamu menulis hal yang indah,” katanya lembut.

Nayara kaget. “Pak baca?”

“Maaf, aku tidak sengaja.”

“Itu hanya doa.”

“Aku tahu,” jawabnya pelan. “Dan aku harap Tuhan benar-benar mendengarnya.”

Untuk pertama kalinya, mereka berdua hanya saling menatap tanpa kata.

Di antara mereka ada dinding yang tinggi—dinding antara doa dan dosa—

tapi di dasar hati, keduanya tahu: dinding itu perlahan mulai retak.

1
strawberry
Karina takut Rendra berpaling darinya karena Aru mirip Rendra, Nayara takut Aru diambil Rendra dan takut akan perasaannya. Rendra takut perasaannya jatuh hati pada Nayara dan pada Aru yg mirip dengannya.
Mommy Sea: pada takut semua mereka
total 1 replies
strawberry
Dalam rahim ibu kita...
Titiez Larasaty
ikatan batin anak kembar dan ayah
strawberry
mulai ada rasa cemburu...
Titiez Larasaty
semoga rendra gak tega ambil aru dia cm mengobati rasa penasaran selama ini kasihan nayara harus semenyakitkan seperti itukah balas budi😓😓😓
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Muhammad Fatih
Bikin nangis dan senyum sekaligus.
blue lock
Kagum banget! 😍
SakiDino🍡😚.BTS ♡
Romantisnya bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!