Cerita ini hanya fiksi belaka. cerita ini mengandung cerita dewasa. Lebih bijak lagi mencari bacaan sesuai umur.
"Kita memang menikah tapi saya belum tentu cinta sama kamu karena cinta saya hanya untuk almarhum istri saya. Saya akan bertanggung jawab dengan anak-anak mu dan kamu. Jangan pernah berharap untuk saya cinta kepadamu. Tapi karena menikah sah KUA kebutuhan biologis bisa kita bicarakan nanti." Ucap Braja.
"Tenang saja Tuan saya tak akan menuntut cinta sama anda. Yang penting anda bisa melindungi anak-anak saya itu sudah cukup untuk saya." Ucap Berlian.
"Soal nafkah nanti kita bicarakan lagi." Ucap Braja.
"Jangan terlalu di pikirkan tentang nafkah untuk saya Tuan. Yang penting tuan bisa tanggung jawab dan perhatian dengan anak-anak saya sudah cukup. Saya masih bisa memenuhi kebutuhan saya sendiri." Ucap Berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rr716, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32 CBDN
"Panggil ambulan........." Teriak Braja.
Orang-orang yang lain sibuk mindahin box-box yang nimpa Satria dan Berlian. Braja pun ikut mindahin box nya.
"Sayang..." Ucap Braja.
"Mas...." Ucap Berlian yang kesakitan dan langsung tak sadarkan diri.
Braja langsung gendong Berlian.
"Bawa Satria tolong dia." Ucap Braja.
Dua karyawan laki-laki langsung bawa Satria. Mobil ambulan datang juga akhirnya Satria dan Berlian di bawa kerumah sakit.
"Maap tuan tunggu di sini anda tak bisa masuk ke ruang operasi."
"Hem..." Ucap Braja yang lemes sekarang.
"Tuan Hp Anda nyala terus." Ucap salah satu karyawan yang ikut bawa Satria.
Braja langsung ambil HP di dalam saku celananya dan dia langsung angkat telepon nya.
" Halo Daddy kembar tiba-tiba sakit dadanya sampe pingsan." Ucap Brama.
"Astaghfirullah..... Daddy lagi di rumah sakit mamih kamu kecelakaan sekarang lagi ada di ruang operasi." Ucap Braja.
"Dad...." Ucap Brama.
"Tolong jagain semuanya bilang sama Surya panggil dokter. Tolong kamu ke rumah Ubay dia yang tau kondisi kembar. Tolongin Daddy jaga mereka dulu. Jangan sampe Bara tau keadaan mamih kamu ini. Tolongin Daddy ya." Ucap Braja.
"Hem...iya Daddy." Ucap Brama.
Utungnya Brama telepon Braja di kamar nya. Jadi gak ada yang denger obrolan dia dengan Braja di telepon. Dan Brama juga langsung chat Surya tentang kejadian ini.
"Bang mamih kecelakaan jangan sampe ada yang tau tapi tolong kirim salah satu pengawal buat jagain Daddy di sana."
"Saya saja yang ke sana Panjul di sini jaga kalian semua. Saya mau ke rumah den Ubay dulu. Saya sudah panggil dokter juga buat ke sini den."
"Iya oke kalau gitu. Bang jangan sampe Bara tau dia pasti ketakutan."
"Iya den."
Brama langsung ke kamar Brian dan Briana.
"Gimana dok?" Tanya Brama.
"Mereka tak apa-apa seperti nya mereka merasakan sesuatu seperti tali batin. Ini oastinsalah satu dari mereka ada yang kesakitan. Tapi saya tadi periksa lagi dua-duanya sehat. Apa orang tua kalian baik-baik saja?"
"Mamih saya kecelakaan dok." Ucap Brama.
"Astaga.... pantesan....mungkin mereka bertiga ini tali bantuin nya terlalu kuat. Andai salah satu ada yang sakit pasti yang satunya juga ikut sakit. Ini kadang susah di cerna sama logika tapi ini nyata."
"Dok..jadi saya harus gimana?" Tanya Brama.
"Tunggu saja mereka sebentar lagi juga siuman."
"Makasih dok..."
"Saya pulang dulu kalau ada apa-apa kamu telepon saya saja ini nomor nya."
"Gimana dok?" Tanya Ubay yang baru datang.
"Kamu ko di sini?"
"Mereka keponakan saya dok. Anaknya Berlian." Jawab Ubay.
"Maksud nya kamu Berlian yang suka kirim ketring Jumat berkah buat anak-anak sunat masal?"
"Iya dokter." Ucap Ubay.
"Ya Allah.... semoga cepet sembuh. Mereka baik-baik saja hanya tali batin mereka terikat satu sama lain jadi kalau ada salah satu dari mereka yang sakit yang satunya ikut ngerasa sakit."
"Hah....iya dok. Biasanya hanya Brian dan Briana yang begitu. Ternyata sama Berlian juga." Ucap Ubay.
"Berlian kan ibunya jadi ya lebih sensitif. Saya kasih vitamin untuk mereka berdua. Dan tadi saya sempat pegang tangan bayi kecil dia agak anget kasih obat demam ini sedikit saja. Atau Balur saja badannya seperti nya dia abis imunisasi tolong jangan telat minum susu dan kalau sudah di kasih makan hanya saat siang saja makannya ya"
"Siap dokter." Kompak Ubay dan Brama.
Di rumah sakit oprasi Berlian sudah selesai.
"Tuan maap kan saya." Ucap Satria.
"Saya yang harusnya terima kasih sama kamu Satria kamu sudah melindungi istri saya. Satria ikut saya pulang nanti setelah semua ini agar kamu ada yang merawat. Di rumah pengawal ada Panjul dan Surya nanti kamu sama mereka." Ucap Braja.
"Tapi tuan?"
"Tak ada tapi-tapian kalau kamu di asrama tak ada yang menjaga kamu. Kaki kamu belum pulih. Satria apa istri saya akan ingat saya?" Ucap Braja.
"Pasti tuan pasti ingat anda. Tuan kaki istri anda juga seperti nya sama dengan Saya." Ucap Satria.
"Iya sama dengan kamu tapi Alhamdulillah kaki istri saya tak kenapa-kenapa kata dokter. Yang lebih parah kepala nya karena box nya langsung kena kepala duluan."
"Tuan gimana kalau istri tuan gak inget tuan malah nanti inget saya. Malah nanti di kira saya suaminya?" Tanya Satria.
"Jangan ngajak saya debat sekarang satria saya lagi bener-bener ingin bunuh orang." Ucap Braja.
"Tuan.....sadar gak bos Satria tiba-tiba hilang melehoy nya?" Ucap salah satu karyawan.
"Eeeehhhh...iya bener." Ucap Satria juga yang baru sadar.
"Alhamdulillah kalau gitu. Benerkan saya bilang kamu itu harus di benturin dulu kepala nya baru kamu sadar dan gak melambai lagi." Ucap Braja.
"Idih..."
Berlian keluar dari ruang oprasi di dorong sama perawat.
"Gimana istri saya dokter?" Tanya Braja.
"Tuan boleh ikut saya dulu ke ruangan saya nanti saya jelasin di sana."
"Yuk tuan saya temenin takutnya dokter itu cuma modus mau berduaan sama Tuan." Ucap Surya yang pake kursi roda.
"Hah....saya udah punya suami. Suami saya yang punya rumah sakit ini. Jadi gak mungkin saya modus sama Tuan kamu."
"Oh...gitu takutnya suaminya jelek kan biasa ajah selingkuh." Ucap Surya.
"Mulut kamu ini harus di jait. Saya seganteng ini kamu jelek." Ucap laki-laki yang baru datang.
"Mas...."
"Ngapain kamu pake kursi roda kena azab ya syukur gue bilang juga nurut sama orang tua malah kabur gak jelas." Ucap laki-laki yang baru datang itu.
"Anda kenal sama Satria?" Tanya Braja.
"Kalau harus jujur sih saya malu ngakuin dia adik saya masalahnya otaknya nya gak beres."
"Satria kamu bohong sama saya kamu bilang keluarga kamu jauh?" Tanya Braja.
"Ya kan jauh dulu saya di Jakarta keluarga saya di Bandung Tuan." Ucap Satria.
"Astaga.....dok...saya mau tau keadaan istri saya saja. Saya pusing kalau ngomong sama si Satria bisa-bisa saya vertigo duluan ngehadapin dia." Ucap Braja.
"Jangan kan anda, Saya sendiri ajah yang kakak kandungnya males ngomong sama dia. Orang tua saya yang paling bisa bertahan sama dia itupun ibu saya. Bapak saya tak bisa bertahan juga sama kelakuan dia yang melambai."
"Maap Tuan seperti nya anda harus bersyukur kali ini. Gara-gara kecelakaan ini kepalanya kebentur dan dia sudah sehat tak melambai lagi. Saya tak bisa ngobrol lama saya mau keruangan istri anda dulu untuk mengetahui kondisi istri saya." Ucap Braja.
"Silahkan Tuan."
Surya baru datang ke rumah sakit langsung ngurusin pembayaran. Dia juga setelah itu langsung ke kantin beli minum dan makan untuk Braja.
Berlian sudah di pindahkan ke ruang pasien.
Di ruangan dokter.
"Maap Tuan untuk sementara istri anda koma dan seperti nya juga jika nanti bangun. Dia akan lumpuh sementara dan semoga istri Anda tak amnesia juga. Tapi kalaupun amnesia dia hanya amnesia sesaat."
"Dok bisakah istri saya di rawat di rumah, semua perlengkapan kedokteran di pindahkan ke rumah saya?" Tanya Braja.
"Hem....lebih baik di sini saja Tuan."
"Kakak ipar.... rumah nyonya Berlian deket rumah Daddy. Itu rumah paling ujung yang cuma ada beberapa rumah yang ada kebunnya itu." Ucap Satria.
"Maksud nya kamu rumah kontrakan saudara nya Ubay, yang waktu itu kita sempat tinggal di sana?"
"Iya kak itu rumahnya. Satria juga baru tau ini di chat sama Surya." Ucap Satria.
"Kalau gitu bisa tapi tunggu bangun dulu dari koma nya dan harus nunggu 3 harian dulu. Kalau gitu suruh pengawal nyiapin segalanya dari sekarang."
"Dokter boleh gak? nanti saja pas istri saya baru pulang saja siapin segalanya. karena saya tak ingin anak-anak saya cemas. Apalagi yang kecil, dia punya trauma dengan rumah sakit. Dia pasti kambuh trauma nya kalau tau mamihnya kecelakaan. dia pasti ingin ke sini tapi dia tak bisa." Tanya Braja.
"Boleh Tuan."
"Dokter....dokter......pasien........ VVIP......" Teriak salah satu suster lari ngetuk ruangan dokter.