Marcelline Hart

Marcelline membanting ponselnya begitu saja karena Arya sama sekali tidak menjawab telepon darinya.

"Sebenarnya kemana Arya?" tanya Marcelline menatap Azri yang baru saja membuka pintu.

"Astaga Kak, aku juga tidak tau, dia belum ada memberi kabar lagi," kata Azri menjawab dan mengambil ponsel Marcelline yang sudah remuk itu.

"Dia tidak kembali ke Eropa tanpa memberitahu diriku, kan Dek?" tanya Marcelline menatap Azri.

"Maaf Nona, permisi.. saya ingin memberitahu kalau Tuan Alghazir sudah lepas landas ke Eropa, di perkirakan akan sampai di jam 5 esok hari."

Delano datang dan memberi pesan yang Arya titip kan padanya.

"Bangsat," umpat Marcelline marah.

"Kak...."

"Keluar! Jangan ada yang mengganggu ku!"

Azri menghela napasnya dan menutup pintu kamar Marcelline, membiarkan wanita itu sendiri.

"Kenapa dia selalu melakukan ini? Pulang secara tiba-tiba tanpa memberitahu, pergi pun tanpa berpamitan," gerutu Azri pada Delano.

"Saya juga tidak tau Tuan Muda," sahut Delano.

Azri mendengus lalu hendak masuk ke kamar Azalea.

"Mau ikut masuk untuk lepas rindu sama Aza nggak Bang? Mumpung Kakak lagi ngurung diri, gunain kesempatan," bisik Azri di akhir agar tidak ada dinding yang mendengar.

Delano tersenyum tipis. "Terimakasih Tuan Muda, tapi hubungan saya dengan Nona Muda memang telah usai, saya tidak akan menentang kehendak Nona Hart."

"Lalu kau tidak memikirkan perasaan Adekku?" tanya Azri datar.

"Mohon maaf dan mohon ampun untuk hal itu Tuan Muda." Delano menunduk hormat merasa bersalah.

Azri menghela napas. "Ya sudah lah, aku juga tidak bisa mengatur Kakak."

Sementara Marcelline sedang menangis dalam diam sekarang.

"Sialnya aku selalu lemah jika tentang dirimu, Arya," lirih Marcelline serak bersama rasa sesak di dadanya.

"Kenapa aku merasa aku ini seperti barang yang hanya terpakai jika kau butuhkan saja? Setelah selesai di gunakan akan di tinggalkan, dan kalau dirimu membutuhkannya lagi, kamu akan datang, setelah itu pergi lagi. Kenapa harus se-jahat itu?"

Karena sejak dulu Aryasena memang selalu sibuk, selalu bepergian keluar negeri mengurus bisnis nya yang ada di setiap negara dan kota nya. Sebelum menikah, Aryasena masih memiliki waktu senggang, masih pulang sebulan 2 kali, tapi setelah menikah 2 hari, Aryasena langsung saja pergi hingga 2 tahun lamanya dan baru kembali sesaat dia menjemput Azri yang baru saja pergi dari rumah.

Dan sekarang Aryasena sudah pergi lagi itupun tanpa pamit setelah mengatakan kalau akan menetap 2-3 hari lagi.

"PEMBOHONG! AKU BENCI KAMU!" teriak Marcelline muak.

"Dan lebih bangsat lagi aku tidak membenci dirimu, Arya," lirih Marcelline menjatuhkan dirinya ke lantai dan menangis di sana tanpa ada yang tau.

Dan Aryasena juga sebenarnya sekarang kepikiran oleh istri kecilnya yang pemberontak itu. Arya juga sebenarnya tidak mau meninggalkan sang istri, tapi mau bagaimana, ia juga belum bisa meninggalkan semua bisnisnya. Cabangnya itu ada dimana-mana dan sekarang memang masih membutuhkan dirinya, entah sampai berapa lama lagi.

"Maaf sayang, harta ku tidak akan kekurangan untuk kita, namun aku tidak mungkin menyia-nyiakan kerja keras ku selama ini yang membesarkan nama Alghazir. Tunggu sampai aku berhasil menaklukkan beberapa negara lagi, kita akan memiliki waktu bersama," gumam Arya menatap langit biru yang sedang ia lalui sekarang.