Kisah seorang anak perempuan terakhir yang hidupnya selalu di tentukan oleh orang tuanya,dan tidak di beri kesempatan untuk memilih untuk hidupnya.
hingga akhirnya ia pergi dari rumah, dan bertemu dengan seseorang yang mampu untuk ia jadikan rumah dan tempat bersandar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUSB 32
Keesokan harinya setelah sholat ied, Raynar ikut dengan Haris dan Wira ke masjid, untuk membantu memotong hewan qurban, ini hal baru bagi Raynar, sedari tadi ia hanya mengikuti Wira, Haris kalau tidak Arlo.
Raynar juga merasa senang karena dapat mencoba hal baru di kampung sang istri, di sini para warga gotong royong untuk membantu satu sama lain.
Raynar juga semalam ikut takbir keliling bersama denan Arlo dan para anak- anak serta muda mudi di sini, yang membuat Raynar happy melihat gema takbir berkumandang dan kemeriah takbir yang belum pernah ia temui selama ini.
" Sopo Ris?" tanya Bapak- bapak berusai sekitar lima puluh tahun ( siapa Ris?)
" Bojo Nina lek" Jawab Haris.( suami Nina lek)
" Lah kok rabi ra ngomong - ngomong, kapan rabi ne ? lamaran e yo ra woro- woro?" tanya bapak tersebut( lah nikah kol, enggak bilang - bilang, kapan nikahnya? lamaran juga enggak bilang)
" lamaran e wes suwi wong ora undang- undang, rabi ne lagi dua minggu di maju ne dikon ibu, resepsi bar ibu karo bapak mantuk haji" jawab Haris ( lamarnanya udah lama,.enggak undang siapa- siapa, nikahnya dua minggu lalu di majuin,.di suruh ibu, resepsinya nunggu ibu sama bapak pulang haji).
" Ealah yowes naknu, tak mantuk sek mau gor ngeteri gone pakdhe" ( oalah ya sudah kalau begitu, pulang dulu tadi cuka nganter ke tempat pakdhe)
Setelah bapak tersebut agak jauh, Raynar baru berani bertanya pada Kakak iparnya, " siapa bang?" tanya Raynar.
" Sepupu ibu, emang agak kepo orangnya" jawab Haris.
" loe capek?" tanya Haris.
" capek sih enggak, agak haus aja, mau minum ada nya teh anget, pengen yang seger- seger"jawab Raynar.
" Ke toko aja yuk " Ajak Haris.
" lah... emang buka bang?" tanya Raynar .
" Buka lah.... istri loe lebih baik suruh jaga toko dari pada ikut ibu- ibu masak" jawab Haris.
"emang Nina tadi enggak izin ke loe?" tanya Haris.
Raynar yang tak mau istrinya di marahin karena dirinya,ia terpaksa berbohong pada Kakak iparnya "bilangnya tadi cuma mau ke toko, kirain ambil barang doang" jawab Raynar berbohong.
" Oalah, ya udah yuk... kayaknya Wira juga udah di sana" jawab Haris melihat sekeliling yang tidak melihat adik laki- lakinya.
Raynar dan Haris berjalan pulang, namun di tengah jalan mereka bertemu dengan Arlo yang baru saja mengantarkan pesanan barang di toko untuk masjid, menggunakan motor roda tiga yang biasanya untuk mengantarkan pesenan di toko.
"Itu bukannya Arlo bang" ucap Raynar melihat Arlo.
"ehhh iya, dari pada pulang dulu,.mau bareng Arlo naik itu gak?" tanya Haris.
"Aku mah okey aja bang" jawab Raynar yang memang tidak masalah.
Di sini ia belajar banyak, ia juga merasakan hal- hal baru yang sederhana namun ternyata asik dan jauh dari kata bersaing dan gengsi yang selalu pamer harta, seperti yang di lakukan oleh sepupu- sepupu Ayah dan bundanya.
Kakek Kastara sebenarnya adalah orang yang sederhana, jika seluruh saudara kakek kastara memiliki massion karena gengsi, beliau membeli saat cucu - cucu nya sudah besar dan agar tidak bosan jika di rumahnya, karena ia juga memberi fasilitas komplit di massionnya.
Begitu pula dengan Ayah Danu dan om prabu, namun Raynar suka kesal jika sudah berkumpul dengan keluarga besarnya, pasti yang di bicarakan hanya harta dan harta.
Berbeda dengan Keluarga Nina yang sering berkumpul makan- makan, walau sederhana namun begitu hangat dan tentunya mereka di bicara soal harta.
" Arlo, ikut " teriak Haris ketika Arlo sudah berada di dekatnya.
" Daddy, unclek Lay ayo naik seluu tau" teriak Chessy yang ternyata berada di belakang.
" Kalian dari mana,kok bisa sama om Arlo?" tanya Haris.
" tadi ikut ayah ke toko, habis itu Nana cama Chessy belantem, kita di usil Nana, suluh ikut om Allo" jawab Kenzie.
"Kamu kenapa lagi?" tanya Haris pada sang putri.
"Nana duluan, macak Nana bilang acu enggak boleh tidul cama Uncle lay lagi, cuma Nana yang boleh tidul cama uncle Lay" jawab Chessy dengan polosnya.
Haris tertawa sedangkan Raynar pipi nya sudah terasa panas, mendengar jawaban dari ponakannya tersebut, memang semalam mereka tidur sekamar namun Raynar tidur di bawah, menggunakan kasur lipat.
"Ayo bang, jadi ikut gak? keburu ndoro nya marah- marah, masih harus anter ke desa sebelah" ujar Arlo.
Raynar dan Haris pun naik ke motor roda tiga tersebut, Haris walaupun ia seorang CEO ia tetap lebih menyukai hidup sederhana seperti sekarang, walau perusahaannya tidak sebesar Kastara grup dan perusahaan Raynar sendiri yang memang maju di bidang kuliner dan juga fashion .
" Oh yaa Ray,bisnis loe sendiri gimana?" tanya Haris.
" Aman bang, cuma agak pusing bagi waktu aja sih gue" jawab Raynar.
Tak lama mereka sampai di depan toko, mereka di suguhi pemandangan, dimana Nina menangis sambil memeluk kaki Malihah di depan meja kasir. namun yang Raynar bingungkan sang istri terdengar seperti ketawa bukan menangis.
" Kok ada Arga juga bang, emang yang biasa bantuin enggak masuk bang?" tanya Raynar karena melihat Arga sedang mengangkat gula dari dalam.
" ini kan lebaran, warung buka ya... yang jaga kita- kita doang" jawab Haris.
Raynar dan Haris kemudian masuk, sedangkan Arlo dan para keponaknnya pergi lagi mengantarkan barang kembali.
" kenapa? " tanya Raynar pada istrinya.
" itu di cakar sama Eellena " jawab Nina sambil menunjuk ke Eellena yang di biar kan merangkak di dalam toko.
" wlee mama aku" ejek Nina ke arah Eellena yang mulai merangkak menuju ke arah Nina.
" Bikin Es gak nduk?" tanya Haris.
" bikin di meja" jawab Nina kemudian bangkit .
" ternyata gue nikahin bocil, tapi gapapa bocil bocil gemesh" gumam Raynar dalam hatinya.
" Ayo Ray, katanya haus, emang gitu ya... pengantin baru, laper liat istrinya kenyang, haus liat istrinya udah enggak haus" ejek Haris ketika memergoki Raynar memandang sang adik.
" apa sih bang, Udah ayo haus" balas Raynar mendorong kakak iparnya menuju ke area dalam kasir.
Hari ini cukup seru bagi Raynar, ia mendapatkan pengalaman baru, memotong- motong hewan qurban bersama masyarakat, biasanya ia hanya sholat ied setelah itu pergi ke mall dengan keluarga lainnya atau jika tidak di kamar tidur.
Namun ini pengalaman sederhana namun seru dan Raynar mungkin akan mengajak sang istri untuk pulang setiap lebaran Haji.
Raynar melihat sang istri yang sedang menata barang sambil bercanda dengan Eellena, pakaian sang istri cukup sederhana namun terlihat sangat cantik.
Berbeda jika ia dengan kebanyakan wanita yang ia temui, yang sering menggunakan barang- barang branded dan mahal walau hanya di rumah dan juga berdandan cukup tebal untuk menemui tamu.
Di sini, ia jarang sekali melihat istri, kakak iparnya dan juga sepupu- sepupu yang lainnya berdandan hingga tebal, bahkan mereka memakai lipstik pun tidak.
Raynar kembali menikmati minumannya sambil melihat pemandangan.yang paling indah menurutnya, apa lagi kalau buka melihat sang istri.
