Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat

Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat

CHAPTER 1

Kesadaran adalah lautan api yang membentang melintasi galaksi. Ia mengingat gemuruh bintang saat dilahirkan, keheningan agung saat ia menata takdir tujuh dunia, dan dinginnya pengkhianatan yang menusuk jantung dewa miliknya.

Namun, tubuh ini adalah setetes embun di ujung daun. Rapuh, terbatas, dan menyedihkan.

Kesadarannya, jiwa dari Tian Feng sang Dewa Langit, kini terperangkap di dalam sangkar daging seorang bayi. Dunia di sekelilingnya adalah kabut buram dari bentuk dan warna, dan satu-satunya bahasa yang bisa ia gunakan adalah tangisan tak berdaya yang membakar harga dirinya.

Ia, yang pernah memerintahkan legiun surgawi dengan satu pikiran, kini tak mampu bahkan untuk sekadar mengangkat kepalanya sendiri. Ia, yang meminum nektar abadi dari Sungai Bintang, kini bergantung pada air susu hangat dari seorang wanita fana yang ia sebut 'ibu'.

Ini bukan kehidupan. Ini adalah penghinaan.

Setiap hari adalah siklus penderitaan yang sama. Rasa lapar yang melilit, kantuk yang tak tertahankan, dan ketidakmampuan total untuk berkomunikasi. Jiwanya meraung, mengguncang fondasi semesta di dalam pikirannya, tetapi di dunia luar, yang terdengar hanyalah rengekan lemah seorang anak.

Desa ini bernama Batu Angin. Nama yang cocok. Angin di sini bertiup tanpa henti, membawa serta debu kuning dari pegunungan tandus di Wilayah Barat. Angin itu mengikis bebatuan dan juga harapan. Tian Feng bisa merasakannya dari balik dinding kayu tipis gubuk mereka aura kemiskinan dan perjuangan yang pekat.

Pria yang menjadi ayahnya, Jian, adalah seorang pemburu monster tingkat rendah. Setiap pagi, ia pergi dengan punggung tegap membawa busur usang, dan setiap senja, ia kembali dengan luka baru dan terkadang seekor Kelinci Bertanduk atau Babi Hutan Berduri. Wanita yang menjadi ibunya, Mei Li, adalah seorang pengumpul herbal. Tangannya kasar, tetapi sentuhannya saat membedung tubuh kecilnya selalu lembut.

Mereka menamainya Tian Feng. Nama yang ironis. 'Feng' yang berarti 'puncak'. Puncak apa yang bisa dicapai oleh tubuh yang bahkan tidak memiliki satu pun jejak akar Dou Qi?

Hari itu adalah hari penentuan. Sesuai tradisi desa, saat seorang anak mencapai usia satu tahun, Tetua Desa akan datang untuk memeriksa potensinya. Seluruh penduduk Desa Batu Angin berkumpul di depan gubuk kecil mereka. Wajah-wajah mereka keras, penuh rasa ingin tahu dan sedikit cemoohan.

Tetua Wu, seorang lelaki tua yang telah mencapai tingkat Dou Zhe Bintang 5 puncak kekuatan di desa menyedihkan ini meletakkan telapak tangannya yang keriput di dada kecil Tian Feng. Aliran Dou Qi yang hangat dan keruh mencoba masuk, mencari resonansi, mencari percikan potensi sekecil apa pun.

Tian Feng merasakan energi rendahan itu menyentuh jiwanya. Rasanya seperti seekor semut mencoba menggoyangkan gunung. Di dalam benaknya, ia tertawa. Tawa dingin dan arogan seorang dewa. Kau mencari percikan api di tengah matahari, pak tua?

Namun, tubuhnya tidak merespons. Daging dan tulang ini hampa. Tidak ada akar Dou, tidak ada meridian yang terbuka. Kosong.

Tetua Wu menarik tangannya perlahan. Ia menatap Jian dan Mei Li dengan tatapan kasihan, lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada apa-apa," suaranya serak, terbawa oleh angin. "Sepenuhnya fana. Meridiannya tersumbat, tulangnya rapuh. Anak ini... tidak akan pernah bisa berkultivasi."

Dunia kecil di sekitar Tian Feng menjadi sunyi. Bisikan-bisikan mulai terdengar, seperti desis ular di padang pasir.

"Kasihan sekali Jian dan Mei Li."

"Setelah menunggu begitu lama, mereka mendapatkan sampah."

"Di Wilayah Barat yang kejam ini, hidup tanpa kekuatan sama saja dengan menunggu mati."

Tian Feng melihat wajah ibunya yang memucat dan ayahnya yang mengepalkan tangan begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Mereka tidak mengatakan apa-apa, hanya membawa Tian Feng masuk kembali ke dalam gubuk, menutup pintu untuk meredam cemoohan dunia.

Malam itu, di dalam kegelapan yang hanya diterangi oleh lampu minyak kecil, Tian Feng merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan selama ribuan tahun masa kehidupannya yang agung: keputusasaan yang nyata.

Pengkhianatan sahabatnya telah menghancurkan tubuh dewanya. Kehendak Langit telah membuangnya ke dunia fana. Dan kini, takdir memberinya sangkar paling buruk dari semua sangkar: tubuh yang tak berguna.

Apakah ini hukuman terakhir untukku? pikirnya. Menjadi saksi bisu atas kehidupanku sendiri yang perlahan membusuk?

Ia menatap tangannya yang mungil, mengepalkannya dengan susah payah. Di kehidupan lampau, satu kepalan tangan ini bisa meremukkan bintang. Kini, ia bahkan tak bisa menggenggam sebutir pasir.

Tiba-tiba, ia mengingat sebuah kalimat yang terukir di Gerbang Abadi sebelum ia naik ke takhta dewa

“Langit tidak jatuh untuk menghancurkan, melainkan untuk menguji mereka yang ingin naik ke atasnya.”

Selama ini, ia mengira kalimat itu ditujukan untuk para penantang yang ingin menjadi dewa. Ia tidak pernah berpikir bahwa kalimat itu juga berlaku untuk dewa yang jatuh.

Ini bukan hukuman. Ini adalah ujian.

Ujian terberat yang pernah ada. Ujian untuk melihat apakah jiwa yang pernah menguasai langit bisa belajar merangkak dari lumpur.

Di tengah keheningan, ia mendengar isak tangis tertahan dari ibunya. Ayahnya memeluknya erat. "Tidak apa-apa, Mei Li," bisik Jian. "Tidak peduli apa kata mereka. Dia tetap putra kita."

Kehangatan yang sederhana. Kepedulian tanpa syarat. Sesuatu yang langka di dunianya yang dulu, dunia yang penuh dengan ambisi dan kekuasaan.

Untuk pertama kalinya, lautan api di dalam kesadaran Tian Feng merasakan setetes embun yang menenangkan.

Aku jatuh, bisiknya dalam hati. Tetapi aku belum hancur.

Aku akan menanggung penghinaan ini. Aku akan merangkak di lumpur ini. Aku akan menggunakan tubuh fana ini untuk menempa kembali kehendak yang bahkan para dewa pun akan takuti.

Kalian semua yang menertawakanku hari ini... suatu saat nanti, kalian bahkan tidak akan layak untuk bersujud di hadapan bayanganku.

Di dalam buaiannya, bayi Tian Feng berhenti menangis. Matanya terbuka dalam kegelapan, memancarkan kilau kuno yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang anak.

Perjalanannya dimulai bukan dengan langkah pertama, melainkan dengan sebuah sumpah yang diucapkan dalam keheningan jiwanya.

...SISTEM KULTIVASI...

...Semua tingkat memiliki bintang 1–9 (Awal–Menengah–Puncak)...

...1. Dou Zhi Qi...

...2. Dou Zhe...

...3. Dou Shi...

...4. Dou Ling...

...5. Dou Wang...

...6.Dou Zong...

...7. Dou Zun...

...8. Ban Sheng...

...9. Dou Sheng...

...10. Dou Di...

...( TINGKATAN MONSTER )...

...Monster Tingkat 1 - Dou Zhe...

...Monster Tingkat 2 - Dou Shi...

...Monster Tingkat 3 - Da Doushi...

...Monster Tingkat 4 - Dou Ling...

...Monster Tingkat 5 - Dou King...

...Monster Tingkat 6 - Dou Huang...

...Monster Tingkat 7 - Dou Zong...

...Monster Tingkat 8 - Dou Zun...

...Monster Tingkat 9 - Dou Sheng...

...Monster Tingkat 10 - Dou Di...

...( TINGKATAN TEKNIK )...

...Tingkat Huang ( Kuning )...

...Tingkat Xuan ( Hitam )...

...Tingkat Di ( Bumi )...

...Tingkat Tian ( Surga )...

Terpopuler

Comments

Fendri

Fendri

awal cerita nya udh bagus banget Thor, udh berasa hidup , seru ni novel yang ini😍😍😍

2025-10-07

6

Fitriani

Fitriani

diawal udah keliatan seru nya, semoga alur nya dan ending nya bagus 🙏

2025-10-07

5

Indah Ratna

Indah Ratna

baru lagi ni tor🤭

2025-10-07

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!