Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Membantu Satu Kali Saja
Tok tok tok
Tok tok tok
Suara ketukan terdengar begitu kencang di pintu kamar Paula.
Paula yang sudah hampir menutup matanya setelah menonton drama seri terbarunya Park Bogum membuka matanya dengan kesal.
"Oh ya ampun, aku baru mau istirahat. Aku sudah singkirkan tiga wanita menyebalkan itu supaya aku bisa beristirahat dengan tenang. Ini siapa lagi yang cari masalah!"' omelnya sambil turun dari tempat tidur dan membuka pintu.
Paula tak khawatir sama sekali, dia tahu kalau Riko selalu mengawasinya, menjaganya.
Ceklek
Grepp
Paula membulatkan matanya, begitu dia membukakan pintu kamarnya. Mark malah langsung menarik dirinya ke pelukan pria itu.
Mark memeluk erat Paula. Seperti menumpahkan begitu banyak beban berat dalam kepala dan hatinya pada Paula.
Tapi beberapa saat kemudian, Paula mencium bau alkohol dari tubuh pria itu.
"Ehh, orang ini mabukk!" omelnya.
Paula berusaha untuk melepaskan diri dari Mark. Namun pria itu enggan membiarkan Paula menjauh darinya.
"Lepaskan aku! kamu mabukk. Kalau mau cari seseorang untuk kamu peluk. Wanita simpananmu itu kan ada di sini. Cari saja dia!" kata Paula dengan dingin.
Mark bisa mendengar itu. Tapi dia tidak perduli. Entah kenapa, dia memang tidak punya perasaan apapun lagi pada Karina. Mungkin karena wanita itu telah meninggalkan dirinya saat pernikahan mereka satu tahun lalu itu.
Paula merasa tubuh Mark makin lama semakin berat. Dan tangan pria itu mulai menggerayangii bagian tubuhnya dan membuatnya merasa tidak nyaman.
"Hehh, lepaskan aku! kamu mabukk!"
"Jangan suruh aku pergi!"
Mata Paula melebar. Pria yang biasanya bicara dengan kasar dan dingin padanya itu, kali ini bicara dengan nada lembut cenderung tidak berdaya. Dan ucapan Mark yang terdengar begitu putus asa itu membuat naluri kemanusiaan yang tinggal beberapa tetes di hati Paula bangkit.
"Ekhem, oke oke. Lepaskan aku dulu, kamu bisa..."
Paula menjeda ucapannya. Karena Mark memang segera melepaskannya dan masuk ke dalam kamar Paula.
Paula mematung di tempatnya. Dia melihat Mark berjalan masuk dan duduk di tepi tempat tidur sambil menundukkan kepalanya. Terlihat seperti orang yang benar-benar lelah dan tak tahu mau apa.
'Ya ampun, siapa yang menyuruhnya masuk? hemmm ya sudahlah!' batin Paula.
Dari jauh, Riko melihat semua itu. Dia pikir Paula tidak menunjukkan kalau dirinya berada dalam bahaya. Dan kata Joyce, Mark memang tidak pernah memukul Paula. Makanya Riko mengendurkan sedikit kewaspadaannya. Dia tetap berjaga di tempat itu, akan tetapi tidak begitu mendengarkan apa yang terjadi di dalam sana.
Lagipula nonanya punya alat kejut listrik terbaik yang di kirimkan oleh Joyce. Riko pikir, nonanya akan baik-baik saja.
Sementara itu, Paula mengambil satu buah gelas dah mengisinya dengan air minum. Paula memberikan minuman itu pada Mark.
"Minumlah" kata Paula.
Biasanya kalau orang minum alkoholll seperti itu tubuhnya akan panas. Butuh air dingin untuk sedikit memberikan rasa nyaman di tenggorokan.
"Karina memberiku obat" ucap Mark mengangkat kepalanya ke arah Paula.
Paula meletakkan gelas itu di atas meja.
"Aku antar kamu ke rumah sakit!" kata Paula yang segera meraih lengan Mark.
Bermaksud untuk membantu pria itu berdiri dan pergi ke rumah sakit dengannya.
"Aku membutuhkanmu Alisa. Aku butuh kamu istriku!"
Mark berdiri, tapi tidak berniat untuk ke rumah sakit. Pria itu meraih tangan Paula. Dan menciumnya dengan sangat rakus.
Nafas Mark begitu memburu, saat bibir pria itu menyentuh bibir Paula. Paula bisa merasakan kalau seluruh tubuh Mark memang menjadi sangat panas.
Paula menghela nafas panjang. Ketika Mark menghisapp leher Paula, dan memberikan tanda disana. Paula memejamkan matanya.
'Aku akan membantumu satu kali ini saja' batin Paula membiarkan Mark kali ini melakukan apapun padanya, untuk membuat pria itu merasa nyaman, dari ketidaknyamanan akibat obat yang diberikan Karina padanya.
Beberapa menit sebelumnya....
Karina masih memeluk erat Mark, dia ingin pria itu merasakan dirinya. Karina sengaja menempelkan kulit lengannya di kulit lengan Mark. Karena dia tahu, hal itu akan semakin membuat Mark merasa tidak nyaman.
Mark hendak turun dari kursi itu, tapi Karina menarik Mark. Hingga keduanya terjatuh di sofa.
Tangan Karina terus bermain di leher dan wajah Mark. Mencoba untuk merayu pria yang memang menjadi incarannya setelah menjadi pengusaha kaya dan terkenal itu.
"Mark, Aku mencintaimu. Jadikanlah aku milikmu!"
Sungguh wanita yang tidak tahu malu. Dia merayu seorang pria beristri yang bahkan tidak ingin menatap wajahnya.
"Karina, apa yang kamu berikan padaku?" nada itu naik setengah oktaf dari sebelumnya.
Mark menggelengkan kepalanya, berusaha meraih kesadaran yang tersisa dalam dirinya. Namun untuk mengangkat tubuhnya saja, rasanya berat sekali.
"Mark, jangan menolakku lagi. Aku hanya membantumu, obat itu hanya membuatmu berani menyentuhku. Kita sudah di jodohkan, kita akan menikah. Orang tua kita sudah saling setuju. Kamu juga berjanji pada ayahku. Akan membantu, akan. melindungi dan menjagaku. Kita ditakdirkan... agkhh!"
Brukkk
Mark mendorong Karina dengan kuat. Pria itu membuat Karina jatuh tersungkur di lantai.
Mark berdiri dengan cepat. Meski kepalanya dan juga tubuhnya terasa begitu tidak nyaman. Tapi dia berusaha untuk keluar dari ruangan mini bar itu.
Karina yang melihat Mark berusaha untuk pergi. Segera bangun, dia segera berdiri dan kembali memeluk Mark dari belakang.
Bukan hanya itu, Karina bahkan mencium tengkuk Mark. Membuat pria itu sungguh merasa semakin panas dan tidak nyaman.
"Aku ada disini Mark, aku milikmu!" kata Karina yang berusaha membuka kemeja yang di pakai oleh Mark.
Tapi Mark terus berusaha menolak semua itu. Dia berusaha membuka matanya lebar-lebar, dan...
Plakk
Mark menamparr wajah Karina dengan keras.
"Aku memang berjanji pada ayahku untuk menjagamu, berjanji pada ayahmu untuk menjagamu dan membuatmu dan ibumu tidak menderita dalam hidup. Aku berjanji akan menanggung hidup kalian. Tapi kamu juga jangan lupa. Yang meninggalkan aku pertama kali adalah kamu. Yang memintaku menikahi Alisa adalah ibumu dan kamu. Aku tidak akan menyentuh wanita yang bukan istriku!"
Air mata Karina menetes, wanita itu memegang pipinya yang rasanya sangat panas akibat tamparann Mark barusan. Dan menahan panas hatinya, karena Mark mengatakan kata-kata yang cukup menyakitinya.
Mark membuka pintu, di menoleh dan berkata lagi pada Karina.
"Jika kamu melakukan hal seperti ini lagi. Aku akan mengusirmu dari rumah ini!"
Setelah mengatakan itu Mark pergi. Karina terduduk lemas di lantai. Dari penolakan Mark ini. Karina tahu, pria itu sudah tidak lagi mencintainya seperti dulu, sudah tidak lagi.
***
Bersambung...