Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Aku Pernah Terluka, Tapi Aku Tidak Akan Membiarkan Kamu Sendirian
Pukul 19.30 – IGD Rumah Sakit Sentra
Cika baru saja selesai operasi ringan ketika seorang perawat datang tergesa-gesa.
“Dok, pasien anak laki-laki masuk. Luka di pelipis, lebam di bahu. Dugaan kekerasan.”
“Siapa yang bawa?”
“Seorang pedagang di pasar. Katanya bocah ini jatuh di depan kiosnya, nangis sendiri sambil bawa tas sekolah.”
Cika mengangguk, mengambil sarung tangan dan masuk ke ruang periksa.
Di atas ranjang, bocah itu tergeletak lemah. Rambutnya acak-acakan, bajunya sobek, dan wajahnya bengkak.
Begitu wajahnya tampak jelas…
“Aldi?” bisik Cika, kaget.
---
Setelah pemeriksaan – Ruang observasi
Cika duduk di kursi sambil mengetik cepat di ponselnya.
📱 Cika: Kayla, kamu bisa ke RS sekarang? Ini soal Aldi...
📱 Kayla: Aldi kenapa?
📱 Cika: Kamu harus lihat sendiri. Dia luka parah. Kayaknya dipukuli... parah.
Kayla langsung bangkit, mengambil jaketnya, dan berlari ke arah mobil.
---
Pukul 20.15 – Ruang perawatan
Kayla masuk dengan napas masih terengah. Aldi sudah tidur, dengan perban di kepala dan infus di tangan.
Cika berdiri di dekat jendela, wajahnya muram.
“Dia bilang... pamannya marah karena dia pulang telat. Kayaknya karena dia diam-diam ke sekolah padahal dilarang.”
Kayla duduk di samping ranjang Aldi. Tangannya menggenggam tangan bocah itu.
“Dia mau hidup. Tapi dia gak dikasih kesempatan.”
Cika mendekat. “Kondisinya stabil. Tapi secara psikologis, ini bisa trauma dalam banget.”
Kayla diam. Tapi dalam diamnya, ada keputusan yang sudah matang.
“Aku gak bisa biarin dia kembali ke rumah itu. Aku tahu rasa disalahkan... dibuang. Aku gak mau dia ngelewatin apa yang pernah aku lewati.”
Cika menatapnya.
“Kamu serius?”
Kayla mengangguk.
“Aku mau jadi walinya. Aku mau jadi kakaknya. Aku mau dia tinggal bersamaku.”
---
Pagi berikutnya – Di ruang sosial dan hukum RS
Kayla berbicara dengan pihak rumah sakit, bagian sosial, dan perwakilan dari dinas perlindungan anak.
Semua dokumen Kayla lengkap: ia memiliki rumah sendiri, pekerjaan tetap, dan catatan yang bersih.
Cika menjadi saksi medis dan pribadi.
Petugas sosial, Bu Nira, tersenyum setelah membaca semua.
“Dokter Kayla, anak ini butuh tempat yang aman. Dan saya percaya, dia akan dapatkannya dari Anda.”
---
Siang – Aldi terbangun
Kayla duduk di kursi dekat ranjang saat Aldi perlahan membuka mata.
“Ka... Kak Kayla?”
“Hai...” Kayla tersenyum lembut. “Maaf baru bisa datang semalam.”
Aldi menoleh pelan. Air mata menetes tanpa suara.
Kayla menggenggam tangannya. “Kamu gak usah takut. Kamu gak akan balik ke rumah itu.”
Aldi menangis keras. “Aku gak punya siapa-siapa lagi...”
Kayla menyentuh pipinya lembut.
“Mulai hari ini... kamu punya aku.”
---
Beberapa hari kemudian – Rumah Kayla
Aldi memasuki rumah baru itu dengan tas kecil dan pakaian yang baru dibelikan oleh Cika dan Rina.
“Ini... rumah Kak Kayla?” suaranya pelan.
“Rumah kita sekarang,” jawab Kayla sambil tersenyum.
Lala muncul dari dapur. “Kamar kamu udah beres tuh! Ada rak buku, poster superhero, dan boneka singa!”
“Kenapa singa?” tanya Aldi bingung.
“Karena kamu kuat,” kata Rina sambil mengacak rambutnya. “Kayak singa kecil.”
Aldi tertawa kecil. “Terima kasih... semuanya.”
---
Malam hari – Di ruang makan
Aldi duduk makan malam bersama Kayla dan ketiga sahabatnya. Obrolan hangat, tawa kecil, dan suasana yang sangat baru bagi anak itu.
Sebelum tidur, Aldi mendekati Kayla.
“Kak...”
“Ya?”
“Boleh aku... manggil Kakak ‘Kakak’ aja? Bukan dokter?”
Kayla tertawa pelan. “Boleh banget.”
Aldi menarik napas. “Terima kasih… karena nggak nyerah buat aku.”
Kayla menunduk dan memeluknya.
“Dulu gak ada yang selamatin aku. Tapi aku janji, kamu gak akan ngalamin hal yang sama.”
...----------------...
Senin pagi – Sekolah baru Aldi
Aldi berdiri gugup di depan kelas. Seragam barunya masih kaku, ranselnya sedikit kebesaran.
“Anak baru ya?” tanya seorang murid laki-laki dengan nada menggoda.
“Iya, Bro. Lihat tuh, mukanya ada luka. Pasti anak tawuran!” timpal yang lain sambil tertawa.
Aldi menunduk, jari-jarinya mengepal erat.
Dia ingin pergi. Ingin lari. Tapi ia ingat ucapan Kayla pagi tadi.
“Kalau orang lain ingin melihatmu jatuh, kamu harus membuktikan bahwa kamu bisa berdiri. Kamu bukan luka itu, Aldi. Kamu jauh lebih besar dari apa pun yang menyakitimu.”
---
Di rumah sakit – Siang hari
Kayla sedang menulis laporan ketika ponselnya berdering.
📱 Aldi: “Kak… aku bisa pulang lebih cepat hari ini?”
Kayla langsung tahu ada yang salah.
"Ada yang ganggu kamu, Aldi?”
“…mereka bilang aku anak buangan. Mereka bilang... mukaku jelek.”
Hati Kayla seperti ditusuk.
---
Sore – Rumah Kayla
Kayla duduk bersama Aldi di teras. Ketiga sahabatnya ikut bergabung.
“Dulu gue juga pernah dijuluki ‘jambret cinta’ karena gigi gue maju,” kata Lala sambil menunjukkan foto lamanya.
Cika menyambung, “Waktu SD, aku dibully karena kulit ku gelap dan suara ku besar.”
Rina menambahkan, “aku pernah dikunciin di gudang sekolah karena anak-anak takut sama aku yang suka ngeliatin mayat.”
Aldi terdiam. Perlahan, matanya mulai berkaca-kaca… lalu tertawa kecil.
“Aku pikir aku sendirian.”
Kayla mengusap kepalanya. “Kamu nggak sendirian. Kita semua pernah dianggap ‘aneh’ atau ‘berbeda’. Tapi itu gak bikin kita jadi lebih rendah dari mereka.”
---
Sementara itu – Kantor pusat Liam
Liam berdiri di balkon kantornya. Ia menatap langit Jakarta yang mulai temaram.
Cika baru saja memasukkan foto Aldi yang tersenyum kecil bersama Kayla dan ketiga sahabatnya di sosmed dan itu di lihat oleh Damon sahabat Liam, Liam langsung menghubungi Liam.
Liam tersenyum tipis saat melihat foto yang di kirim Damon. Lalu berjalan ke mejanya dan menekan interkom.
📞 “Pak Ardi, saya minta yayasan kami sediakan beasiswa untuk anak yang bernama Aldi sampai kuliah. Tanpa nama donatur. Termasuk terapi psikolog anak mingguan. Semuanya diam-diam.”
“Baik, Pak. Atas nama yayasan ‘Sentra Cita Asa’, ya?”
Liam hanya menjawab pelan.
“Pastikan tidak ada yang pernah tahu siapa yang melakukannya.”
---
Malam – Di kamar Aldi
Aldi membuka buku catatannya, dan menuliskan sesuatu:
>“Hari ini aku belajar, luka itu bukan kutukan. Kadang... itu adalah tanda bahwa aku pernah bertahan.”
---
Hari-hari berikutnya – Sekolah
Saat teman-temannya kembali mengejek, Aldi berdiri tegak. Ia tidak membalas, hanya menatap lurus dan berkata, “Kalau kalian gak suka aku, itu hak kalian. Tapi aku gak akan menghapus bekas luka ini, karena itu bukti aku bertahan hidup.”
Satu murid perempuan, Meira, yang dari awal hanya diam, mendekat saat istirahat.
“Aku pikir... kamu kuat. Kalau aku jadi kamu, mungkin aku gak akan berani masuk sekolah.”
Aldi menatap Meira. “Aku juga takut. Tapi Kakakku bilang… kalau aku nyerah, berarti mereka menang.”
---
Di rumah Liam – Beberapa hari kemudian
Liam duduk di meja makan bersama ketiga sahabatnya. Mereka melihat update dari sekolah tempat Aldi belajar.
Leon berkata, “Lo bisa aja pura-pura gak peduli. Tapi semua yang lo lakuin buat Aldi... luar biasa, Bro.”
Liam hanya menatap kosong sebentar.
“Aku cuma gak pengen ada anak lain tumbuh dengan rasa benci di dalam dadanya. Kayla... dia bikin aku sadar, bahwa menyelamatkan satu orang… bisa menyelamatkan bagian dirimu yang dulu juga pernah minta diselamatkan.”
Bersambung
mantap 👍
kl orng lain,mngkn g bkln skuat kayla....
ank kcil,brthan hdp s luarn sna pdhl dia msh pnya sseorng yg nmanya ayah.....
😭😭😭
mudah dipahami
mna pas lg,jdinya ga ara th jd nyamuk....😁😁😁.....
Liam niat bgt y mau pdkt,smp kayla prgi kmna pun d ikutin....blngnya sih kbetulan.....tp ha pa2 lh,nmanya jg usaha....smngtttt....
trnyta ank yg d buang,skrng mlah jd kbnggaan orng lain....slain pntr,kayla jg tlus....skrng dia pnya kluarga yg syng dn pduli sm dia....