NovelToon NovelToon
Suara Dari Bayangan

Suara Dari Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Romansa / Pembantu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: MOM MESS

“Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang tubuh dan jiwanya hancur oleh dunia yang tak memberinya tempat. Dan kini, aku berdiri, tak hanya untuk ibuku… tapi untuk setiap wanita yang suaranya dibungkam oleh bayangan kekuasaan.”

Mumbai, tengah malam. Di ruang pengadilan yang remang. Varsha memandangi tumpukan berkas-berkas perdagangan manusia yang melibatkan nama-nama besar. Ia tahu, ini bukan hanya soal hukum. Ini adalah medan perang.

Di sisi lain kota, Inspektur Viraj Thakur baru saja menghajar tiga penjahat yang menculik anak-anak perempuan dari desa. Di tangannya, peluru, darah, dan dendam bercampur menjadi satu.

Mereka tidak tahu… bahwa takdir mereka sedang ditulis oleh luka yang sama–dan cinta yang lahir dari pertempuran panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tali yang Putus.

Langit di atas markas kepolisian India tampak murung, mendung menggantung seolah mencerminkan tekanan yang tengah menggantung di kepala Diwakar. Di dalam ruangan berpendingin udara yang tak mampu menyamarkan panas suasana, ia berdiri kaku di hadapan atasannya— Komisioner Ranjan.

Diwakar menegakkan tubuhnya saat dipanggil.

“Silahkan duduk, Diwa."

Suara itu berat, tak bernada perintah, tapi jelas tak memberi pilihan. Diwakar duduk perlahan.

“Kami mendapat kabar dari intel. Viraj menyelinap ke Dubai lewat jalur gelap."

"Dan dia datang bersama, Nona Varsha. Apa itu benar, Diwa?"

Diwakar mematung.

"Sir. Viraj dan Varsha terpaksa mengambil jalan ini. Jika tidak—”

“Jika tidak, apa? Dia menyalahgunakan jalur gelap. Dia membawa Varsha, tanpa izin, tanpa koordinasi. Ini bisa jadi krisis diplomatik."

"Saya tau ini tentang keselamatan Mahi. Tapi jika dia membahayakan dirinya sendiri begini, apakah Mahi akan baik-baik saja?"

Ranjan bangkit dari kursinya, menatap lurus ke mata Diwakar. Wajahnya hanya beberapa inci dari wajah bawahannya.

“Dengar baik-baik. Jika dalam 48 jam dia tidak kembali, surat penangkapan akan diterbitkan. Baik untuk Viraj maupun Varsha.”

“Sir... tapi...."

"Tapi apa, Diwa. Kalian pikir bisa menyelamatkan Mahi dengan cara kalian sendiri? Ini bukan film, Diwakar! Kita punya aturan! Dan kau akan menanggung akibat jika ikut menutup-nutupi!”

Ucapan itu seperti petir menyambar telinga Diwakar. Ia berdiri, menunduk dalam-dalam.

"Baik, Sir."

Setelah keluar dari ruangan itu, langkah Diwakar terasa berat. Diwakar bingung bagaimana caranya menghubungi Viraj. Mereka tidak di perbolehkan membawa ponsel. Ia berpikir cepat. Satu-satunya jalur komunikasi yang pernah digunakan Viraj adalah lewat satu nama—Gohar.

...----------------...

Saat mobil Diwakar melintasi gerbang besi panti, ia langsung merasakan ada yang janggal. Suasana sepi, tapi banyak orang berpakaian putih berdiri dengan tangan terlipat. Aroma dupa menyeruak ke udara. Diwakar turun, mendekat. Seorang petugas menyambutnya, wajahnya sendu.

"Sir. Apa kau keluarga Tuan Gohar?"

"Bukan. Saya Inspektur kepolisian Mumbai."

"Polisi? Anda kesini mau cari siapa?"

"Gohar."

“Tuan Gohar… sudah tiada, Pak.”

“A-apa?”

"Kami menemukannya pagi tadi. Tergeletak di lantai kamarnya. Kami pikir dia tertidur. Tapi ternyata…”

Suara petugas menghilang, tertelan tangis lirih dari para penghuni panti yang berdiri di sekitar lorong. Diwakar masuk perlahan ke dalam. Matanya memandangi ruangan kosong milik Gohar. Satu-satunya pria yang bisa membantunya—kini hanya tinggal kenangan. Air matanya mengambang, tapi belum jatuh. Gohar terbaring dengan kain putih menutupi tubuhnya. Ia menghadap petugas itu lagi.

"Maaf sebelumnya. Apakah keluarga Hernandes sudah diberi tahu tentang kepergian Gohar?”

Petugas itu menggeleng.

“Tidak, Pak. Kami menemukan sepucuk surat. Gohar menulis kalau dia tak ingin keluarga Hernandes mengetahui soal kematiannya.”

Diwakar terduduk di bangku dekat altar kecil. Nafasnya memburu. Otaknya berpacu cepat. Namun sesaat kemudian, sebuah kesadaran menghantamnya. Ia berdiri. Tak bisa diam. Ia pamitan dan langsung pergi ke mobilnya. Diwa mengambil ponsel dan menghubungi Jagad.

"Hallo Jagad. Kau di mana?"

"Aku sedang makan siang dengan Bose. Ada apa, Sir?"

"Kau dan Bose temui aku di warung tua dekat rel kereta."

"Tapi kenapa, Sir?"

"Tidak usah banyak tanya. Ini perintah!"

"Baik, Sir."

Panggilan berakhir. Diwakar melajukan mobilnya menuju tua dekat rel kereta.

"Ada apa, Jagad?"

"Pak Diwa memanggil kita."

"Apa kau tidak memberitahunya kalau kita sedang makan?"

"Sudah. Dia bilang ini perintah."

"Lalu makanan kita?"

"Kau masih memikirkan makanan mu atau perintah Pak Diwa?" Bose langsung menutup makanannya. Keduanya bergegas pergi ke tempat yang telah Diwakar tentukan.

...----------------...

Panasnya matahari siang itu sangat menyengat saat Diwakar duduk di sebuah warung sepi yang menghadap rel kereta. Tak lama kemudian, Jagad dan Bose datang.

"Sir." Jagad dan Bose memberi hormat. "Duduklah." Bose dan Jagad duduk di hadapan Diwakar. Belum sempat Diwakar mengucapakan sepatah kata, tiba-tiba bose mengeluarkan tempat makan dari tasnya. Diwakar menatap Bose dengan kebingungan. "Bose..." bisik Jagad menegur Bose.

"Oke, Sir. Bisa kita mulai." Bose bersiap mendengar cerita dari Diwakar sambil makan.

"Komisioner Ranjan sudah mengetahui keberadaan Viraj yang pergi ke Dubai melalui jalur gelap."

"Apa?"

"Iya."

"Komisioner meminta agar Viraj segera di hubungi."

"Untuk apa?"

"Dalam waktu 48 jam, jika mereka belum kembali.. Komisioner terpaksa memberikan perintah penangkapan kepada Viraj dan Varsha."

"Kalau begitu kita temui Pak Gohar. Dia pasti bisa membantu kita."

"Percuma."

"Maksudnya?"

"Aku sudah kesana tadi pagi. Tapi... Pak Gohar sudah tiada."

Keduanya terdiam. Suasana hening sejenak. Hanya suara kereta melintas jauh di rel yang terdengar.

"Jadi sekarang bagaimana?" Tanya Bose yang tidak jadi makan karena mulai tegang.

"Tunggu. Kemarin waktu Viraj dan Varsha pergi ke Dubai. Mereka di jemput dengan salah satu anggota keluarga Hernandes. Dan... Aku ingat kalau orang itu juga berasal dari India."

"Lalu?"

"Jika dia berasal dari India, itu artinya dia punya keluarga di sini."

Jagad langsung membuka ponsel guna mencari informasi mengenai keluarga Hernandes yang berada di India.

"Are... Ini kan Rakesh. Dia adalah teman sekelas ku dulu. Rupanya dia sekarang jadi pengusaha tambang terbesar di Dubai."

Diwakar mengambil ponsel Jagad. Dia membaca detail alamat tambang tersebut. "New Delhi. Aku akan ambil cuti dua hari untuk ke New Delhi."

"Sir. Kau tidak ingin membawa kami?"

"Untuk apa?"

Jagad dan Bose terdiam saling tatap. Mereka juga tidak tau apa yang akan mereka lakukan di sana.

...----------------...

Siang hari di kota Dubai membakar jalanan dengan panas gurun yang memantul dari permukaan gedung-gedung tinggi berlapis kaca. Lalu lintas padat, kendaraan mewah lalu-lalang seakan menyembunyikan ratusan cerita kelam di balik kesempurnaan kota ini.

Viraj duduk di dalam mobil, tangannya menggenggam setir dengan erat. Ia menatap keluar jendela, tetapi pikirannya jauh—di antara suara Mahi yang tertawa, kenangan saat ia menggendongnya di pelukannya, dan trauma kehilangan yang belum benar-benar ia pahami. Varsha duduk di sebelahnya, diam. Di belakang, Naashir sibuk menelusuri peta digital dan mengamati lalu lintas Dubai yang padat.

Lalu tiba-tiba—

Viraj menegang, menatap seseorang di seberang jalan. Viraj terdiam, dan langsung keluar dari mobil. Varsha kebingungan begitu juga dengan Naashir.

"Ada apa Viraj?"

"Pria itu... Dia persis seperti pria yang masuk ke kamar Mahi."

Pria yang dimaksud berjalan santai keluar dari sebuah lorong sempit, membawa kantong belanja berisi boneka kelinci dan beberapa mainan kecil. Wajahnya tertutup topi dan kacamata hitam, tapi tubuh dan gerak-geriknya terlalu khas untuk dilupakan.

"Apa kau yakin itu orangnya?"

"Aku yakin, Varsha. Dia orangnya."

"Lihat. Dia habis membeli mainan dan boneka.. Itu artinya untuk anak kecil bukan?" sambung Naashir.

"Kau benar."

1
sknrts
heh??? daddy??😭🙏🏻
angradarma
Dek. lu masih ingat gua gak?
angradarma
KEJUTAN ANJAY
Yeonjun’s wife
HERNANDES IS BACK
Yeonjun’s wife
WHAT— ini serius atau borongan?!??
Yeonjun’s wife
Langsung ingat karakter Arjun Sarkar😭🙏
Yeonjun’s wife
Ceritanya seru, aku suka banget terutama untuk karakter Varsha😍👍keren abizzzzz, btw semangat buat author udh buat karya sekeren ini. Tetap jaga kesehatan tor, wi lop yu 😘🔥
angradarma
Sejauh ini ceritanya seru banget. Penulisan rapi, dan mudah di mengerti. Tinggal typonya aja yang di perbaiki lagi ya tor😁btw suka juga sama alur ceritanya yang menceritakan tentang wanita2 hebat♥️semangat terus tor.
angradarma
makin seru aja nih. lanjut dong tor🙏
angradarma
LANJUT PLEASE. MANA BOLEH LAGI SALTING GINI DI POTONG!🙄
satya
Good job👍🔥
Doni Nanang
keren lanjutkan..
jangan lupa mampir ya kak...
Yeonjun’s wife
LANJUT PLEASE
Yeonjun’s wife
KETEN BANGET🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!