Mengisahkan Roberto, mantan seorang agen rahasia dengan kemampuan pencuri ulung, bergerak dengan diam-diam di dalam rumah besar yang megah dan terbengkalai untuk mencari beberapa barang berharga. Dengan mata yang tajam dan refleks yang cepat, ia dapat menghindari setiap perangkap dan jebakan dengan sangat mudah. Senjata andalannya, sebuah pisau lipat yang tajam, tersembunyi di dalam sakunya, siap digunakan kapan saja. Namun, misi kali ini tidak seperti biasanya. Ketika ia memasuki sebuah ruangan yang gelap, ia menemukan seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang diikat dengan rantai di kakinya, mata yang besar dan takut memandang ke arahnya.
Apa yang akan dilakukan Roberto? Apakah ia akan menjalankan misi nya atau membantu anak itu? Dalam dunia yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian, Roberto harus membuat keputusan yang tepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Noval, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Penyerangan Tim Alpha bagian 3
Julian berlari menuju tempat Sonia dengan kecepatan yang luar biasa. Ia dapat mendengar suara pertempuran dan ledakan yang semakin keras.
Dipertengahan jalan ia berhenti sejenak "Sepertinya ini akan sedikit berbahaya, aku harus mempersiapkan diri," kata Julian dalam hati. Ia memeriksa perlengkapan dirinya, memastikan bahwa pistolnya masih memiliki amunisi yang cukup.
"Sebentar.... Aku juga harus memeriksa amunisi ku, aku tidak akan bisa membantu kalau aku kehabisan peluru." Julian memeriksa magazine pistolnya dan menghitung jumlah peluru yang tersisa. "Aku hanya memiliki 10 peluru lagi, seperti nya ini tidak akan cukup untuk membantu." Ia juga memeriksa pisau yang tersembunyi di sabuknya, memastikan bahwa pisau itu masih tajam dan siap digunakan.
Julian mengambil napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk menghadapi pertarungan yang akan datang. "Aku harus tetap fokus dan waspada, aku rasa tempat ini masih memiliki beberapa petunjuk." Julian memeriksa sekitar dan melihat sekeliling.
Julian menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk pipinya "Apa yang kulakukan? Aku tidak boleh membuang-buang waktu! Aku harus bergegas ketempat Sonia." Setelah itu Julian langsung berlari ke tempat Sonia.
Dengan gerakan yang cepat, Julian langsung bergegas menuju ke tempat Sonia. Ia berlari dengan kecepatan yang luar biasa, mendengar suara pertempuran dan ledakan yang semakin keras. Jantungnya berdegup kencang, dan adrenalinnya meningkat saat ia mendekati tempat Sonia.
Ketika Julian tiba di tempat Sonia, ia melihat bahwa Sonia sedang bertarung dengan Light Storm. Light Storm dengan kemampuan bertarung nya yang hebat serta tombak yang panjang dan tajam membuat Sonia kesulitan untuk mendekat kearahnya.
Sonia yang diserang bertubi-tubi oleh Light Strom langsung menggunakan pedang nya untuk menangkis dan menghindari serangannya, sementara kunai nya ia gunakan untuk mengecoh dan mengelabui Light Storm.
Sonia terus menyerang dan menghindar, menggunakan pedang dan kunainya untuk menghadapi Light Storm. Ia terlihat sangat terampil dan berpengalaman dalam menggunakan senjata-senjata itu, membuat Light Storm kesulitan untuk menghadapi nya.
Julian yang melihat kesempatan langsung menyerang Light Storm dengan pistolnya, mencoba untuk mengalihkan perhatian Light Storm dari Sonia. "Oy Sonia!... Aku akan membuatnya sibuk jadi sebisa mungkin kau serang dia!" kata Julian, sambil menembak kearah Light Storm.
Sonia tersenyum dan mengangguk, memahami rencana Julian. "Baik, Kakak!" kata Sonia, sambil mengarahkan pedangnya ke Light Storm dengan gerakan yang cepat dan tepat.
Tapi, saat Sonia memanggil "Kakak", Julian langsung tersentak dan berteriak ke arah Sonia dengan wajah merah padam. "Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Itu memalukan!" kata Julian, sambil terus menembak Light Storm dengan pistolnya.
Sonia terkejut dan sedikit tersenyum karena reaksi Julian yang berlebihan, namun ia tidak membalas nya, ia hanya fokus menyerang ke arah Light Strom.
Light Storm terkejut dengan kedatangan Julian dan langsung berhenti menyerang Sonia. "Bagaimana bisa kau disini? Apa yang terjadi dengan luminous?" kata Light Storm dengan nada kesal dan penasaran. Julian tidak menjawab pertanyaan Light Storm, tapi malah terus menyerang dengan pistolnya. "Itu bukan urusan mu!... Yang jelas dia sudah tidak ada lagi di dunia ini!" kata Julian, sambil menembak Light Storm.
Tapi, Light Storm tidak terpengaruh dengan serangan Julian. "Jadi Luminous sudah mati? Dan kau yang membunuhnya?" kata Light Storm dengan nada yang semakin marah. "Kalau begitu, aku harus membalaskan dendamnya!" Ia memandang Julian dengan mata yang penuh kemarahan, dan napasnya semakin cepat.
"Julian berhati-hati! Aku punya firasat buruk tentangnya." kata Sonia, sambil memandang Light Storm dengan mata yang tajam.
Light Storm yang marah langsung mengaktifkan sistem topengnya, dan topengnya mulai bersinar dengan cahaya biru yang intens. Tubuhnya mulai berubah dengan cepat, otot-ototnya mulai mengembang, dan kulitnya mulai memancarkan energi biru yang kuat. Senjata tombaknya mulai berevolusi, menjadi lebih besar dan lebih kuat.
"Apa yang terjadi padanya?" kata Sonia, sambil memandang Light Storm dengan mata yang terkejut.
"Dia mengaktifkan mode Overdrive!" kata Julian, sambil memegang pistolnya dengan lebih erat. "Sama seperti Luminous tadi, namun kekuatan apa yang akan dia gunakan?"
Light Storm selesai mengaktifkan mode Overdrive-nya, dan tubuhnya mulai memancarkan aura yang kuat. Ia memandang Julian dan Sonia dengan mata yang penuh kemarahan, dan siap untuk menyerang. "Baiklah waktunya untuk menghancurkan kalian!" kata Light Storm, sambil mengangkat tombaknya ke atas. "Akan ku pastikan kalian mati dalam keadaan yang menyakitkan!"
Setelah Light Storm mengaktifkan kekuatan nya ia langsung menerjang ke arah Sonia dengan kecepatan yang luar biasa dan memukul perutnya. Sonia yang tidak siap untuk menghadapi serangan itu, membuat Sonia terpental ke dinding.
"Ugh!" kata Sonia, sambil memegang perutnya yang sakit.
Julian langsung menembak Light Storm, tapi Light Storm tidak terpengaruh. "Kau kira serangan seperti itu bisa mengalahkan ku?" kata Light Storm, sambil memandang Julian dengan mata yang tajam.
"Cih... Peluru ku hanya tersisa 5, tidak mungkin aku bisa melawannya, apalagi kekuatan ku sedang cooldown sekarang," kata Julian dalam hati, sambil menodongkan Light Storm dengan pistolnya yang mulai bergetar karena kehabisan amunisi. Ia memandang Light Storm dengan mata yang tajam, mencoba untuk mengukur kekuatan lawannya.
Julian mencoba untuk mengukur kekuatan lawannya. Ia tahu bahwa peluru yang tersisa hanya 5 tidak akan cukup untuk mengalahkan Light Storm dalam mode Overdrive-nya. "Aku harus berpikir cepat," kata Julian dalam hati. "Aku harus bisa mengalahkan nya secepat mungkin!"
Sonia yang terengah-engah akibat benturan, mulai bangkit dan memandang Light Storm dengan mata yang tajam ia masih memegang perutnya yang sakit, namun tiba-tiba Light Storm langsung menerjang kearahnya lagi dan menyerang Sonia dengan tombaknya, membuat Sonia tidak bisa menghindar. Serangan itu sangat kuat sehingga membuat topeng Sonia hancur.
"Krek!" kata Sonia, sambil memandang topengnya yang hancur. Darah keluar dari mulutnya, dan ia terjatuh ke lantai dengan lemah. Topengnya yang hancur membuat pikiran dan kekuatan Sonia melemah. Ia merasa kesakitan dan tidak bisa berpikir jernih.
Light Storm yang melihat Sonia dalam keadaan lemah, langsung menyerang lagi. Ia memegang rambut Sonia dan menariknya dengan keras, membuat Sonia merasa kesakitan.
"Aku akan memulai dari dirimu, dan kemudian aku akan menghancurkan semua yang ada disini!" kata Light Storm, sambil memandang Sonia dengan mata yang penuh kemarahan.
Sonia merasa kesakitan dan memberontak, mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman Light Storm. Ia memandang Julian dengan mata yang lemah, berharap bahwa Julian bisa menyelamatkannya.
"Tolong... Aku... Kakak..." kata Sonia, sambil mencoba untuk berbicara.
Julian yang melihat Sonia dalam bahaya, merasa adrenalinnya meningkat. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat untuk menyelamatkan Sonia.
"Le... Lepaskan dia!" kata Julian, sambil menodongkan pistolnya ke arah Light Storm. Light Storm yang memandang Julian dengan mata yang tajam, kemudian tertawa jahat.
"Hahaha, memangnya kau bisa apa?" kata Light Storm, sambil menarik rambut Sonia lebih keras. "Lagi pula siapa yang peduli dia adikmu atau bukan."
Julian memandang Light Storm dengan mata yang penuh kemarahan, "Lepaskan adikku sekarang juga! Atau aku akan membunuhmu!" kata Julian, sambil menekan pelatuk pistolnya lebih keras.
Light Storm yang mendengar perkataan Julian barusan langsung tersenyum dan menarik rambut Sonia lebih keras.
Julian yang melihat adiknya tersiksa Langsung menembakan peluru nya ke arah Light Storm. Namun, Light Storm berhasil menghindari tembakan Julian dengan mudah.
Sonia yang masih dalam cengkeraman Light Storm, langsung dilempar ke arah lantai dengan keras. Julian yang melihat Sonia terluka, tidak bisa menahan diri lagi. Ia menjatuhkan pistolnya dan berlari ke arah Sonia, sambil memeluknya dengan erat.
"Sonia... Adikku... Tidak apa-apa, aku ada di sini sekarang." kata Julian, sambil memeluk Sonia dengan penuh kasih sayang. Sonia yang terluka parah, memandang Julian dengan mata yang lemah.
"Aku... Aku baik-baik saja, Kak... Maafkan aku karena selalu menjadi bebanmu," kata Sonia, sambil mencoba tersenyum lemah. Suara Sonia sangat lemah, hampir tidak terdengar, dan napasnya mulai terganggu.
"Bodoh!... Bagaimana mungkin kau baik-baik saja... Kau terluka parah dan... dan..." Julian tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, suaranya tercekat oleh tangisan yang tidak bisa ditahan lagi saat melihat keadaan adiknya yang semakin lemah. Ia memeluk Sonia lebih erat, mencoba untuk memberikan kehangatan dan kenyamanan.
Light Storm yang melihat adegan itu, tersenyum sinis. Kemudian Ia mengambil tombaknya dan bersiap untuk membunuh mereka berdua.
"Baiklah waktunya untuk mengakhiri semua ini!" kata Light Storm, sambil mengangkat tombaknya ke atas. Julian yang memeluk Sonia, memandang Light Storm dengan mata yang penuh ketakutan.
"Sepertinya kita akan bersama selamanya adikku." kata Julian, sambil memeluk Sonia lebih erat. Ia tahu bahwa mereka berdua tidak bisa melawan lagi.