Terpaksa Jadi Suka

Ruby datang ke kantor dengan perasaan kesal, dia berencana menyerang Xiana dengan pekerjaan. Jika dia menghakimi dirinya sesuka hatinya, kali ini Ruby akan menyerang Xiana sesuka hatinya.

Ruby membawa dokumen kesalahan Xiana, meletakkan diatas mejanya ketika Xiana belum sampai di kantor. Bahkan Ruby menunggu di kursi Xiana dengan santainya.

“Xian, apa-apaan ini. Kamu niat kerja kan? Kamu baca coba menurut kamu ap aini benar report seperti ini” Ucap Ruby dengan lembut namun menusuk.

“Bukan saya yang gak bisa kerja, mungkin Ibu. Ibu lihat saja semua sudah ada stemple dari Pak Dirga selaku presiden direktur Veleura, lalu letak kesalahan saya dimana? Kalau Ibu merasa sakit hati soal personal saya, gak usah dibawa ke kantor, yang professional lah Bu” Jawab Xiana tegas dan lugas.

“Xiana! Meskipun ini sudah ada stemple presdir, tapi report seperti ini kuno, kamu hidup di tahun 2025 bukan 2020”

“Ibu protes saja kepada pemilik template, Veleura menggunakan template ini jauh sebelum ada saya. Kalau ibu bilang ini kuno, berarti Ibu menyalahkan pembuat template ini dong, template ini sudah legal Bu”

Ruby sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia meninggalkan meja Xiana dengan wajah kesalnya, Dirga yang sedari tadi menguping hanya tersenyum puas karena Xiana ternyata tidak mudah ditindas begitu saja, bahkan Xiana melawan dan menyerang.

“Good girl, lawan Xiana!” Ucap Dirga memberinya semangat lalu mesuk ke dalam ruangannya.

Xiana duduk di mejanya lalu membuka email dan membalas beberapa yang sangat penting dan harus di dahulukan.

Sedangkan di tempat lain, Ruby sedang menenangkan dirinya yang sedangberapi-api karena kalah telak dari Xiana, dan semua yang disampaikan Xiana memang benar. Ruby memukul mejanya, kemudian duduk dengan memejamkan matanya, dan mencari kesalahan yang bisa dia limpahkan kepada Xiana, karena Ruby tidak terima jika harus kalah dari Xiana.

Siang ini Xiana mengikuti Dirga menuju lapangan untuk meninjau proyek, meskipun disana ada Dega, karena Dirga sudah terinspirasi dari sikap Xiana saat melawan Ruby, dia tidak akan takut sekalipun harus melawan Dega.

Ruby mencari Xiana namun tidak ada dimejanya, Ruby tersenyum sinis dan bertanya dengan lembut kepada staff lain tentang keberadaan Ruby.

“Ruby kemana yak ok jam segini sudah gak ada di mejanya, tolong ya teman-teman kalau waktunya kerja itu yang fokus jangan ilang-ilangan, please” Ucap Ruby

“Bu, Ibu lupa atau gimana? Ruby kan sekretaris, dia bisa kemana saja tergantung permintaan atasannya, dan atasan Xiana itu Pak Dirga, bukan Ibu. Bukannya Ibu juga memiliki sekretaris sendiri, kok sepertinya sibuk sekali mencari Xiana terus” Jawab Tania

“Sorry, siapa nama kamu”

“Tania, laporkan saja ke SDM Bu kalau Ibu tidak suka dengan pernyataan saya, saya tidak keberatan. Kami semua yang berada disini terganggu dengan sikap Ibu. Ibu tidak berhak mengatur kami, kami diatur langsung oleh presiden direktur, bukan dengan direktur”

“Tania are you okay?”

“Pertanyaan itu harusnya untuk diri Ibu sendiri, are you okay Bu, sepertinya sibuk sekali membuat masalah di kantor, membesar-besarkan”

“Tania saya COO, jaga bicara kamu”

“lalu kenapa? Ibu bisa pecat saya, silahkan saya tidak takut”

Semua staff membela Tania, dan menganggap Ruby hanya sedang mencari-cari masalah yang tidak ada.

“Asal Ibu tau, sebelum adanya Ibu disini, kami yang bekerja dibawah kepemimpinan langsung oleh presdir tidak pernah ada masalah seperti ini, kami semua tenang disini, tidak terganggu dari divisi lain”

“Kalian menganggap saya musuh? Dan hanya mencari kesalahan, coba kalian lebih open minded lagi, saya begini karena demi kebaikan”

“Kebaikan siapa Bu? Kebaikan diri Ibu sendiri? Kami sudah muak dengan sikap Ibu”

Ruby menggelengkan kepalanya, lalu pergi begitu saja menuju ruangannya, dia tidak mengira jika semua staff akan melawannya seperti ini hanya untuk membela Xiana. Ruby menangis di ruangannya, dia berusaha menghubungi Dirga namun tidak diangkat oleh Dirga.

Xiana yang berada di tengah proyek, hanya melihat sekilas layar ponsel Dirga jika ada panggilan masuk dari Ruby, tapi karena Dirga sedang sibuk Xiana enggan memberi tahu, sampai rapat tersebut selesai barulah Xiana memberi tahu jika ada panggilan masuk dari Ruby.

“Apalagi sih, gak bisa kerja sendiri apa” Ucap Dirga dengan ketus.

Setelah selesai rapat, Dirga membawa Xiana kembali ke kantor, mereka menyelesaikan pekerjaan di dalam perjalanannya, sampai kantor Xiana tinggal mencetak untuk di tandatangani oleh Dirga.

Xiana menuju mejanya, melihat semua orang sedang heboh membahas sesuatu, yang membuat Xiana dan Dirga bingung.

Sampai akhirnya, ada staff yang menceritakan kepada Dirga, yang membuat emosi Dirga memuncak karena Ruby terlalu berlebihan mengganggu staffnya.

Dirga menuju ruangan Ruby untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Ruby menangis terisak dan berusaha memeluk Dirga tapi Dirga menolak karena menurut Dirga sikap Ruby berlebihan.

Ruby menceritakan apa yang terjadi, kemudian Dirga menghela napasnya kasar karena Ruby masih bisa berbohong untuk menipu dirinya.

“Ruby, aku kasih kamu kesempatan disini karena melihat potensi kamu. Bukan untuk melihat sisi problematic kamu”

“Dirga, menurut kamu aku sengaja? Aku cma mebantu”

“Kamu tau kan mereka itu staff ku, bukan ranah kamu. Kamu harusnya tau Batasan, aku memang teman kamu tapi kamu jangan seenaknya”

“Lalu Xiana? Dia special? Kamu selalu membenarkan sikap dia, padahal dia salah”

“Jelaskan dan buktikan kesalahan Xiana. Jangan sampai kamu yang di permalukan disini”

“Kamu jahat Dirga, kamu bahkan gak lihat posisi aku disini yang tulus mau bantu kamu”

“Bantu aku untuk apa? Putus sama Ruby? Mengacak-acak kantorku dengan pola pikir kamu yang sempit itu? Kamu merasa hebat hanya karena tinggal di luar negeri? Begitu?”

Ruby semakin terisak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Dirga, dia tidak mengira jika Dirga akan sejelas itu memarahinya, bahkan Dirga lebih memilih Xiana dari pada dirinya yang sudah menemaninya selama 6 tahun lamanya.

“Ruby, berhenti mencari kesalahan orang atau aku yang akan melempar kamu keluar dari sini, dan jangan melewati batas amanmu, mereka staffku”

Dirga meninggalkan Ruby diruangannya, lelu kembali ke ruangannya dan meminta maaf kepada semua staff untuk semua kegaduhan yang terjadi di kantor. Selama ini Dirga terlalu menutup mata atas beberapa masalah, dia tidak mengetahui jika itu adalah ulah Ruby, dan baru terbongkar saat ini.

Menyadari sikap Ruby, Dirga teringat dengan kalimat Justin tentang Ruby yang sempat Dirga abaikan, dan ternyata omongan Justin benar. Semua terbukti har ini, tapi Dirga masih memeberi kesempatan untuk Ruby.

Dirga tidak sampai hati membuang Ruby, karena mau bagaimanpun Ruby adalah teman lamanya yang bersama dia saat susah dan senang, hanya saja Ruby yang dulu sudah berubah, entah apa yang membuat Ruby menjadi seperti ini, Dirga pun tidak ingin terlinbat lebih jauh untuk urusan pribadi Ruby.