Rere seorang Gadis yang berasal dari keluarga Sederhana dan cukup tapi takdir berpihak kepadanya, dia Yang anak kandung diperlakukan seolah dirinya orang lain, sedangkan orang yang seharusnya tidak menggantikan tempatnya menjadi kesayangan semua keluarganya.
Bagaimanakah kisah hidupnya, akankah dia mendapatkan kebahagian yang dia cari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
"Kita hubungi pak Bos sekarang ". Laras tergesa-gesa mengambil handphone nya dan menghubungi bosnya itu.
Dia tahu bosnya belum berangkat karena jadwalnya masih setengah jam lagi.
" Hallo bos". Sapanya dengan panik.
"Hallo Laras, ada apa??
Arthur mengkerut kan keningnya mendengar nada panik dari Laras, entah apa yang terjadi.
Laras akhirnya menceritakan penemuan yang didapat oleh Rere dan juga dirinya pada laporan baru yang mereka periksa tentang perusahaan mereka diluar negeri.
"Aku akan menanganinya, kalian masukkan dan kirim ke email pribadiku, aku akan mengurusnya nanti di pesawat dan jangan lupa kirimkan pada tim yang kalian telah pilih".
Arthur menggerakkan giginya dan mengepalkan tangannya, sungguh keterlaluan paman dan bibi serta para sepupunya disana, dia tidak akan lagi mengingat jika mereka adalah keluarganya karena telah berbuat curang seperti ini.
"Baik bos, kami sudah mengontak mereka, dan mereka akan bertemu dengan bos langsung, mereka akan menjemput bos ke bandara untuk langsung ke perusahaan untuk investigasi".
"Kerja bagus, kalian memang bisa diandalkan".
"Terima kasih pak bos, oh iya sebelum mereka melakukan investigasi, mereka akan melaporkan keluarga bos itu ke polisi lebih dulu, jadi mereka tidak bisa kabur saat investigasi".
"Baiklah, Terima kasih, aku berutang budi pada kalian, kalian jaga perusahaan baik-baik selama saya di sini, saya percaya sama kalian".
"Saya masuk dulu, saatnya berangkat". Arthur memutuskan sambungan telponnya dan masuk untuk mengecek kelengkapan berkasnya untuk terbang.
Rere dan laras sengaja mengambil kan bos nya itu pesawat biasa karena mereka tidak mau bosnya dilacak untuk pergi keluar negeri sedangkan pesawat pribadi itu dia sengaja memberitahukan pilot untuk menjemput sang bos di negara lain agar mereka tahunya bosnya ketempat lain.
"Baiklah kita dukung bos kita dari sini, dia akan bisa mengurus bagiannya disana".
Rere mengangguk setuju perkataan sahabatnya itu, mereka tidak mungkin bisa meninggalkan perusahaan dalam waktu lama itu sebabnya hanya bos mereka yang pergi.
Setelah semua pekerjaan Rere dan laras sudah selesai, dan bertepatan juga dnegan jam pulang kantor, keduanya membereskan barang-barang mereka dan menyimpan berkas-berkas yang telah mereka periksa dan kirim pada bos mereka, mereka berjalan beriringan keluar dari ruangan itu.
Sesampainya dilobi perusahaan, wajah cerah Rere berubah masalah melihat siapa yang berada disana seperti orang menunggunya.
Laras mengikuti pandangan sahabatnya karena sahabatnya itu tiba-tiba berhenti dan mengubah wajah dan tatapannya.
"Mau ngapain lagi manusia itu kemari??, menyebalkan sekali". Sungutnya menatap sahabatnya itu.
"Entahlah Ras, biarkan saja, ayo kita pulang". Rere berjalan tanpa memperdulikan sang kakak yang sudah menunggunya.
"Rere, bisa kakak bicara dengan kamu sebentar, berdua saja". Ucapnya dengan tegas.
"Bicara saja di sini, aku dan Laras akan pulang bersama, kami tadi naik satu motor jadi aku akan mengantarnya pulang lebih dulu". Rere hanya menatap malas kepada kakaknya itu.
"Tapi Re, kakak hanya mau ngomong berdua sama kamu, kakak tidak mau ada orang lain yang tahu apalagi bukan keluarga kita". Aska menatap Laras tidak suka.
"Dia memang bukan satu darah dnegan ku tapi dia menyayangi dan menerimaku melebihi yang katanya keluarga". Sarkas Rere menatap tajam sang kakak.
Dai sungguh tidak suka mendengar perkataan kakaknya tentang sahabatnya itu.
Aska yang mendengar itu hanya bisa menelan ludahnya sukar, semakin hari adiknya ini semakin sering menyindir dan berkata sarkas padanya.
"Baiklah kita bicara dekat taman kantor saja, itu disana". Aska akhirnya pasrah, daripada dia tidak bisa berbicara dnegan sang adik.
Rere tidak menjawab tapi menggandeng Laras ketaman yang ditunjuk oleh Aska tanpa banyak kata meninggalkan sang kakak yang berkali-kali menghela nafas.
"Sekarang katakan, apa yang kau disampaikan kepadaku". Ucap Rere langsung tanpa basa basi.
"Kakak mau kamu membantu kakak memecahkan misteri dirumah kita, aku yakin selama ini ayah dan ibu menyembunyikan jati diri Marsya dan juga aku". Ucapnya dengan pelan.
Rere langsung mengalihkan pandangannya kepada sang kakak karena terkejut apa yang dikatakannya.
"Apa maksudnya itu??, jangan mengada-ada". Rere menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti.
"Tidak Re, kakak yakin status Marsya bukan hanya anak angkat dirumah kita, ayah sangat membela dan juga melindungi Marsya begitu juga Rafa dan juga Adam sedangkan pada kakak, selama ini sikapnya hampir sama dengan kamu".
"Jangan bilang kalau kak Aska beranggapan Marsya itu anak ayah juga tapi dari perempuan lain, terus kakak Aska bukan anak ayah begitu?? ". Rere berusaha mencerna perkataan sang kakak.
"Benar Re, kita harus mencari tahu hubungan ayah dan juga ibu angkat mu dulu, dia ibu kandung Marsya, dan otomatis jika memang Marsya anak ayah, dia selama ini berselingkuh dari ibu".
Rere menatap kakaknya dengan pandangan aneh, dia merasa kakaknya ini mengada-ada untuk mencari perhatian nya.
"Kenapa bisa kak Aska yakin akan hal ini, ini sangat tiba-tiba terjadi".
Aska menghela nafas, dia tahu adiknya ini masih tidak percaya padanya benar ini semua tiba-tiba.
"Aku mendengar sendiri ayah mengatakan dia akan melakukan apa saja untuk melindungi Marsya, Rafa dan juga Adam dan dia mengatakan anak kandungnya".
"Ayah tidak menyebutkan yang lain seolah-olah aku bukan anak ayah". Aska mendengar jelas saat itu.
Saat pertengkaran semalam, dia bisa dengar semua apa yang dikatakan ayahnya, dengan lantang mengatakan hal itu.
Laras yyanejak tadi diam akhirnya membuka suaranya, dia punya ide untuk memecahkan masalah itu.
"Kamu tes DNA saja". Ucapnya pelan.
Keduanya langsung menoleh kearah Laras begitu mendengar perkataannya, benar juga apa yang dikatakan itu.
"Lebih baik kamu mengambil sampel rambut ayahmu dan juga Marsya dan kamu tes DNA, apakah kamu bukan anak kandung dan Marsya anak kandung ayah kalian atau bukan". Laras mengulang apa yang jadi pemikirannya karena keduanya bengong melihatnya.
Wajah keduanya langsung berbinar, mendapatkan solusi terutama Aska yang lebih dulu memikirkannya.
"Benar, kakak ambil saja seperti yang dikatakan Laras, nanti setelah ada, kakak bawah kerumah sakit dan menguji tes DNA itu, jika benar apa yang kakak katakan berarti selama ini ayah membohongi kita semua".
Wajah Aska mengeras, dia akan membuat perhitungan pada ayahnya jika memang Marsya adalah anaknya dnegan ibu Rana, berarti selama ini ayahnya mengkhianati sang ibu.
"Terima kasih Ras, atas masukannya, aku akan melakukannya aku akan kabari kamu kalau memang hasilnya keluar".
"Iya beritahu aku, aku juga ingin tahu, apa yang disembunyikan oleh ayah selama ini karena sikapnya sangat janggal, dan sekalian denganku, aku juga akan berikan sampel rambutku".
"Baiklah, oh iya masalah Pernikahan kakak, kakak harap kamu datang, ini seragam keluarga".
Rere tidak menjawab apapun kemudian mengambil baju itu tanpa berkata, melihat itu Aska tidak berkata apapun.
Aska mengangguk kemudian pergi dari sana karena dia akan melakukan apa yang dikatakan sang adik