Ternyata Bukan Aku Tapi Dia

Dirumah Pradipta mereka kedatangan calon besan mereka kedua orang tua Clarissa. Kedatangan Aksa Damian dengan maksud dan tujuan ingin menjodohkan Arvin dengan putri mereka Aurora.

"Tumben banget Aks datang kerumah ramai - ramai ada apa?" tanya Raihan ayah Daffa.

"Begini Raihan kedatangan saya ingin menjodohkan putri saya dengan keponakan kamu Arvin, apa kamu keberatan?" tanya Aksa.

Aurora yang mendengar apa yang di katakan oleh ayah nya tersebut bahagia, begitu juga Clarissa dan ibu nya mereka tersenyum kearah Raihan dan istrinya.

"Iya jeng Elmi biar hubungan kita bertambah erat dengan pernikahan anak - anak kita. Daffa sama Clarissa dan Aurora sama Arvin." ucap Yunita ibu sambung mereka.

Raihan dan istri nya saling tatap dengan wajah bingung saat mendengar apa yang di katakan oleh Aksa dan istrinya. Mereka berdua tersenyum canggung di hadapan keluarga Damian.

Bagaimana mereka bisa menerima perjodohan yang di tawarkan oleh Aksa untuk keponakan nya, sedangkan Arvin sendiri sudah menikah dan hari ini dia ingin memperkenalkan istrinya ke hadapan om dan tante nya.

"Bagini Aksa saya senang dengan perjodohan yang kamu rencana kan Rara cantik dan cocok dengan Arvin, tapi maaf sekali lagi saya minta maaf saya gak bisa menerima nya perjodohan ini, karena Arvin sudah menikah dan kami saat ini sedang menunggu dia membawa istrinya." ucap Raihan.

Daffa yang baru bergabung terkejut mendengar apa yang di katakan oleh ayah nya dia sendiri tak tahu Arvin menikah dengan siapa.

"Apa! Arvin sudah nikah pah?" tanya Daffa.

Dia pun berjalan kearah kedua orang tua Clarissa dan mendekat kearah calon istrinya.

"Iya Daffa." jawab Raihan sang ayah.

"Kamu sedang bercanda kan Rai? Gak ada undangan atau pun pengumuman untuk pernikahan seorang pengusaha besar seperti Arvin?" tanya Aksa yang masih belum percaya jika Arvin sudah menikah.

"Saya gak sedang bercanda Aksa. Soal acara pernikahan memang belum di adakan." jawab Raihan dengan sabar saat menghadapi Aksa.

Setelah tau jika Arvin sudah menikah Elmira menyiapkan hidangan maka malam untuk menyambut istri dari keponakan suaminya.

Sedang kan Daffa penasaran siapa istri yang di maksud oleh kedua orang tua nya. Aurora yang mendengar jika Arvin sudah menikah terkejut dia tak menyangka jika dia akan kalah dari wanita yang sudah menjadi istri Arvin saat ini. Rara penasaran siapa yang sudah lebih dahulu merebut Arvin dari dia.

"Terus gimana dong pah! Masa Aurora gak jadi bertunangan dengan Arvin, ini pasti bohong kan?" ucap Rara yang tak menyangka jika dia akan mendengar Arvin sudah menikah.

Aksa hanya bisa menarik nafas dia tak bisa melakukan apa pun jika benar Arvin sudah menikah.

******

Sedangkan Arvin melaju perlahan dan melihat Vania dengan muka yang masamnya

"Kenapa bidadari saya bermuka masam saat ini, senyum dong kan senyum lebih cantik." pinta Arvin.

"Saya kesal sama kamu, karena sudah habiskan lauk saya. Saya malah makan sama tempe dan timun yang punya masakan saya kamu pula yang habiskan." protes Vania.

"Haha...! Maaf habis masakan kamu enak saya jadi jatuh cinta sama masakan kamu bikin nagih. Sudah jangan cemberut sebentar lagi kita sampai saya gak mau kamu cemberut nanti di kira Daffa kamu terpaksa menikah dengan saya dan dia akan berusaha dekati kamu lagi atau jangan - jangan kamu sengaja ya pasang muka masam biar Daffa tau kamu terpaksa menikah dengan saya?"

"Gak saya gak pasang wajah masam kok ini saya senyum. Saya gak mau dia dekati dia lagi jujur saya takut." jawab Vania.

Arvin menggenggam erat jari tangan Vania agar dia tak perlu cemas saat bertemu dengan Daffa.

"Bersikap lah santai agar Daffa tak tau jika kamu terpaksa. Berperan lah seolah kamu mencintai saya."

Tak lama mereka sampai di halaman rumah yang cukup besar dan mewah. Arvin mengerutkan dahi saat melihat ada sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah om nya.

"Ayo turun tuan putri kesayang Arvin." ucap Arvin.

Setelah turun dari mobil mata Vania melihat rumah yang begitu besar, dia tak pernah membayangkan jika rumah kedua orang tua Daffa begitu besar dengan halaman cukup luas.

"Ayo sayang kita masuk." ajak Arvin.

"Ini rumah om kamu?" bisik Vania.

"Iya ayo, mereka pasti sudah nunggu kita." ajak Arvin.

Arvin tetap menggenggam jari tangan Vania menuju kerumah besar itu. Saat sampai dia melihat keluarga Clarissa ada di rumah itu. Vania terdiam saat melihat siapa yang ada di hadapan nya.

"Assalamu'alaikum." salam Arvin menyapa semua orang.

"Waalaikumsalam! Nah ini dia pengantin baru kita baru datang. Sini Arvin gabung." ucap Raihan senang saat melihat kedatangan Arvin yang membawa istrinya.

Daffa melotot saat melihat siapa yang di gandeng oleh Arvin sampai - sampai dia mengucek mata nya takut salah lihat.

"Vania! Gak - gak mungkin Arvin nikah sama gadis yang saya cintai." batin Daffa.

Yunita dan kedua anak sambungan nya sama reaksi seperti Daffa mereka terbegong saat melihat Vania bersama dengan Arvin.

Elmira yang melihat kedatangan Arvin dengan membawa istrinya langsung berdiri untuk menyambut Vania istri Arvin yang ada di belakang Arvin.

"Ayo sayang kemari, tante sudah nunggu kamu sejak tadi pagi loh. Kenalkan ini orang tua calon istri Daffa." ucap Elmira ibu Daffa yang lupa dengan wajah Vania saat di hari pertunangan putra nya.

Aurora yang melihat Vania di hadapan nya tak terima jika dia kalah dari Vania.

"Tante dia itu mantan nya Daffa dulu, tante lupa ya jika dia pernah nangis - nangis saat di hari pertunangan kakak saya dan Daffa dia ngaku akan bertunangan juga dengan Daffa dia itu wanita miskin dan bukan gadis baik - baik dia suka pulang malam tante." ucap Aurora.

Elmira menatap wajah Vania yang sangat cantik dengan dress yang tak terlalu terbuka, Dia setelah melihat dengan jelas dia baru ingat jika Vania yang mengaku calon tunangan putra.

"Iya kamu gadis yang waktu itu kan?" tanya Elmira.

Vania hanya mengangguk sambil tertunduk saja dia tak berani menatap wajah tante nya Arvin.

"Kamu salah Rara dia pulang malam karena dia bekerja di toko roti. Itu juga dia suka di jemput oleh ayah nya saat ayah nya masih hidup ya kan sayang?" tanya El yang sudah di beri tahu oleh Arvin tentang identitas Vania.

Vania menatap kearah Arvin yang duduk dengan santai di dekat ayah nya Aurora, Arvin sadar jika Vania menatap nya setelah mendengar ucapan lembut ibu nya Daffa dan memberi kode dengan kedipan mata. Arvin sengaja duduk di dekat ayah nya Aurora agar bisa mengatakan sesuatu.

"Ingat tuan Aksa kendala kan ucapan putri mu itu. Jangan sampai besok anda mendengar kabar buruk. jika tak ingin itu terjadi bawa pulang semua keluarga mu." ancam Arvin.

Aksa yang mendengar ucapan pelan Arvin langsung menatap dengan tatapan memohon agar Arvin tak melakukan apapun. Dia pun memilih untuk pamit pulang dengan membawa kedua putri dan putra nya serta mengajak istri nya juga pulang.

"Seperti nya ini acara keluarga, kalau begitu saya pamit pulang dulu." ucap Aksa yang tak ingin terjadi hal buruk dengan perusahaan.

"Tapi pah. Risa masih mau di sini." ucap Risa.

"Kenapa buru - buru Aksa?" tanya Raihan.

"Saya ingat jika ada kerjaan, Han." jawab Aksa.

Dia menarik tangan istrinya dan menatap kearah Rara dan Clarissa, walau kesal mereka berdua tetap ikut pulang juga. Sedang kan Daffa terus menatap kearah Vania yang sekarang jauh berbeda lebih cantik dan segar.