NovelToon NovelToon
Bukan Karena Tak Cinta

Bukan Karena Tak Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Novia Anwar adalah seorang guru honorer di sebuah SMA negeri di kota kecil. Gajinya tak seberapa dan selalu menjadi bahan gunjingan mertuanya yang julid. Novia berusaha bersabar dengan semua derita hidup yang ia lalui sampai akhirnya ia pun tahu bahwa suaminya, Januar Hadi sudah menikah lagi dengan seorang wanita! Hati Novia hancur dan ia pun menggugat cerai Januar, saat patah hati, ia bertemu seorang pria yang usianya lebih muda darinya, Kenzi Aryawinata seorang pebisnis sukses. Bagaimana akhir kisah Novia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan Untuk Mereka

Kenzi sedang berada di sebuah kafe tak jauh dari kontrakan Novia. Ia baru saja selesai rapat dan hendak pulang. Ia berniat mampir untuk membeli nasi uduk Suryani, yang memang terkenal lezat di lingkungan itu.

Ketika melewati kontrakan Novia, Kenzi melihat keributan. Ia sempat melihat Pak Burhan memarahi Suryani, dan Bu Minah yang terlihat menghasut. Kenzi tidak langsung mendekat, karena ia tahu kehadirannya mungkin akan memperkeruh suasana lagi. Namun, Kenzi yang memang secara tak sengaja mendengar percakapan mereka, termasuk keputusan Pak Burhan untuk mengusir keluarga Novia, hatinya tergerak.

Ia tidak bisa membiarkan Novia dan orang tuanya terus-menerus menderita. Kenzi langsung teringat jaringan relasinya di bidang properti. Tanpa membuang waktu, ia segera menghubungi seseorang.

"Tolong carikan rumah kontrakan yang nyaman, agak jauh dari sini, untuk sebuah keluarga," perintah Kenzi melalui telepon. "Saya ingin mereka bisa pindah secepatnya. Dan pastikan identitas saya tidak terungkap."

Kenzi ingin membantu Novia dan keluarga mendapatkan tempat tinggal baru dengan cepat, tanpa mereka ketahui bahwa ia berada di balik semua itu. Ia tidak ingin Novia merasa berhutang budi atau merasa sungkan. Baginya, melihat Novia bisa hidup tenang dan bahagia adalah prioritas utamanya. Ia akan terus menjadi pelindung rahasia mereka, memastikan mereka mendapatkan awal yang benar-benar baru, jauh dari bayangan masa lalu yang pahit.

****

Dua minggu berlalu dengan cepat, dan hari di mana Novia serta kedua orang tuanya harus meninggalkan kontrakan Pak Burhan pun tiba. Dengan hati remuk redam, Suryani dan Tarman mengemasi sisa barang-barang mereka yang tak seberapa. Mobil pick-up sewaan sudah menunggu di depan rumah.

Suasana di lingkungan kontrakan mendadak ramai. Penduduk sekitar, yang sudah terprovokasi oleh hasutan Bu Minah, berkumpul di pinggir jalan. Ketika Novia, Suryani, dan Tarman mulai mengangkat barang-barang mereka ke atas mobil, Bu Minah muncul dari kerumunan, wajahnya penuh senyum jahat.

"Cepat pergi! Jangan bikin malu lingkungan kami!" teriak Bu Minah, suaranya melengking. Ia menghujat Novia dan keluarganya tanpa henti. "Sudah penipu, pembuat onar, pembawa sial! Pantas saja tidak betah di mana-mana!"

Novia menunduk dalam, air matanya tak terbendung. Hinaaan itu terasa sangat menyakitkan, terutama saat ia harus pergi tanpa tahu ke mana lagi akan melangkah. Suryani memeluk Novia erat, berusaha menahan emosinya agar tidak terpancing. Tarman hanya bisa mempercepat proses pengangkutan barang, ingin segera menjauh dari lingkungan penuh kebencian itu.

"Jangan kembali lagi ke sini! Kami tidak sudi melihat wajah kalian!" teriak Bu Minah lagi, diikuti sorakan beberapa warga lain yang terpengaruh.

Dengan hati hancur, Novia, Suryani, dan Tarman akhirnya naik ke mobil pick-up. Mobil itu melaju perlahan, meninggalkan rumah kontrakan yang singkat itu, diiringi oleh cacian dan tatapan sinis dari Bu Minah dan beberapa warga yang lain. Mereka tak menoleh lagi, hanya ingin segera melarikan diri dari semua penderitaan itu.

Perjalanan terasa sangat panjang. Mereka tak tahu harus pergi ke mana. Rencananya hanya mencari penginapan murah untuk beberapa hari sambil memikirkan langkah selanjutnya. Keputusasaan mulai merayapi hati mereka. Saat mereka tak tahu harus ke mana, mobil pick-up itu melaju tanpa tujuan pasti.

Tiba-tiba, di tengah perjalanan, mobil pick-up itu dihentikan oleh sebuah mobil sedan hitam mewah yang memepetnya. Jendela sedan itu terbuka, dan muncul seorang pria berjas rapi, tersenyum ramah. Pria itu bukan Kenzi, tapi salah satu staf kepercayaannya.

"Selamat siang, Bapak, Ibu, dan Saudari Novia," sapa pria itu sopan. "Saya diutus oleh seseorang. Beliau meminta saya untuk mengantar Anda sekalian ke tempat tinggal baru."

Novia, Suryani, dan Tarman saling pandang, terkejut bukan main. Tiba-tiba ada orang baik yang membawa mereka ke sebuah rumah kontrakan baru.

"Tempat tinggal baru? Maksudnya?" tanya Tarman, bingung.

"Semua sudah dibayar lunas untuk beberapa bulan ke depan. Beliau tidak ingin Anda sekalian kesulitan lagi."

Air mata Suryani kembali menetes, kali ini air mata haru dan syukur. Ia tidak menyangka ada orang baik, yang diam-diam selalu membantu mereka di saat-saat tersulit. Novia juga tak bisa berkata-kata. Ia tahu ini pasti ulah Kenzi, yang selalu ingin membantunya tanpa pamrih.

"Tolong ikuti mobil saya," kata pria itu.

Dengan perasaan tak percaya bercampur haru, mobil pick-up yang membawa barang-barang mereka mengikuti sedan hitam itu. Mereka dibawa menuju sebuah kompleks perumahan yang lebih asri dan tenang, jauh dari keramaian dan intrik masa lalu. Sebuah rumah kontrakan yang bersih dan nyaman sudah menanti mereka. Ini adalah bukti nyata bahwa di tengah badai, selalu ada pelangi yang muncul atas kebaikan hati seorang Kenzi.

****

Keesokan harinya, di SMA Harapan Bangsa, Novia masih merasakan haru yang mendalam atas kejutan rumah kontrakan baru. Pikirannya dipenuhi tanda tanya besar: siapa yang melakukan semua ini? Ia memiliki dugaan kuat, namun butuh kepastian.

Saat jam istirahat, Novia sedang berjalan menuju ruang guru ketika ia melihat Kenzi baru keluar dari ruangan kepala sekolah. Mereka berpapasan di koridor yang sepi. Kenzi tersenyum ramah melihat Novia.

"Selamat pagi, Novia. Bagaimana kabar Anda hari ini?" sapa Kenzi.

Novia membalas senyumnya, namun ada gurat serius di wajahnya. "Pagi, Pak Kenzi. Saya baik. Tapi... ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada Anda."

Kenzi mengangkat alis, ekspresinya penasaran. "Tentang apa?"

Novia menatap Kenzi lekat-lekat, mencoba membaca ekspresinya. "Tentang rumah kontrakan baru saya. Apakah... apakah Anda yang membantu saya dan keluarga mendapatkannya?"

Kenzi terdiam sesaat. Ia awalnya tak mengatakan yang sebenarnya, mencoba mengelak dengan senyum tipis. "Oh, itu... kebetulan saja. Mungkin rezeki Anda dan keluarga."

Namun, Novia tidak menyerah. Ia mengenal Kenzi cukup baik untuk tahu kapan pria itu mencoba menyembunyikan sesuatu. Ia tahu Kenzi adalah orang yang gemar membantu tanpa ingin diketahui.

"Pak Kenzi, jangan begitu," desak Novia, suaranya sedikit bergetar. "Saya tahu Anda orang baik. Dan terlalu banyak kebetulan yang terjadi sejak saya mengenal Anda." Ia mengingat semua bantuan Kenzi, mulai dari di depan pengadilan hingga kini ia bisa mengajar lagi. "Tolong jujur pada saya. Apakah Anda yang membantu kami mendapatkan rumah itu?"

Kenzi menghela napas pelan, menyadari Novia tidak akan menyerah. Ia tahu Novia adalah wanita yang cerdas dan peka. Ia tidak bisa lagi menyembunyikannya.

"Baiklah, Novia," kata Kenzi, tatapannya melembut. "Memang benar. Saya yang membantu mencarikan dan membayarkan kontrakan itu untuk Anda dan keluarga."

Novia menunduk, air matanya langsung menetes. Rasa haru dan bersalah kembali melingkupinya. Ia benar-benar tidak menyangka Kenzi akan berbuat sejauh itu untuknya.

"Tapi kenapa, Kenzi?" tanya Novia, suaranya tercekat. "Kenapa Anda selalu melakukan ini untuk saya? Saya tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikan Anda."

Kenzi melangkah mendekat, mengusap bahu Novia lembut. "Anda tidak perlu membalas apapun, Novia. Saya hanya ingin Anda dan keluarga bisa hidup tenang. Setelah semua yang kalian alami, Anda pantas mendapatkan kedamaian dan tempat yang aman."

Ia melanjutkan, "Saya tahu Anda ingin mandiri, dan itu bagus. Tapi, terkadang, tidak ada salahnya menerima bantuan dari orang yang tulus ingin menolong. Anggap saja ini bagian dari rezeki yang Allah berikan melalui perantara."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!