Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI TERKAM HARIMAU SAAT KABUR
Dengan langkah tegap dan cepat Tama memasuki kediaman keluarga Azkara. Di dalam dadanya di penuhi emosi yang membuncah. Ia harus menanyakan masalah ayah mertuanya yang terlibat dalam penculikan yang di lakukan oleh Andreas.
" Daddy, mommy!!!!" Suara Tama menggelegar memenuhi ruangan di rumah itu.
Seorang pelayan wanita berlari tergopoh gopoh menghampiri Tama.
" Maaf tuan! Tuan dan nyonya masih istirahat, tolong jangan buat keributan." Ucapnya dengan sopan.
" Aku tidak peduli. Aku butuh penjelasan dari mereka. Daddy!!! Mommy!!! Keluar kalian." Teriak Tama.
Nyonya Hani dan tuan Azka yang sedang beristirahat di dalam kamar pun terkejut.
" Ada apa Tama teriak teriak seperti itu mas? Apa terjadi sesuatu pada Vanni atau Vanno?" Ujar nyonya Hani.
" Mas juga tidak tahu sayang, lebih baik kita lihat dulu." Sahut tuan Azka.
Mereka berdua segera turun ke bawah menghampiri Tama yang berdiri di bawah tangga.
" Ada apa Tam? Kenapa kamu teriak teriak seperti orang kesetanan seperti ini? Apa terjadi sesuatu pada Vanni dan Vanno?" Tanya tuan Azka menatap Tama.
" Tidak usah pura pura tidak tahu apa apa dad. Bukan kah kepergian anak dan istriku sudah di rencanakan oleh daddy sendiri? Daddy membantu Andreas membawa Vanno dan Vanni dariku." Sinis Tama.
" Apa??? Jadi yang menculik Vanni itu Andreas?" Ujar tuan Azka.
"Nggak usah pura pura kaget gitu dad, jangan bersandiwara di depanku. Sekarang katakan padaku! Kenapa daddy meminta Andreas membawa pergi Vanni?"
" Apa maksud kamu nak Tama? Bagaimana kamu bisa menuduh ayah mertuamu seperti itu?" Ujar nyonya Hani. Tuan Azka menggenggam tangan sang istri seolah mengingatkan agar tidak terpancing emosi.
" Atas dasar apa kamu menuduh daddy seperti itu?" Tanya tuan Azka menarik tangan nyonya Hani lalu duduk di sofa ruang keluarga.
Tama pun mengikutinya.
" Aku berhasil menelepon Andreas."
" Apa?? Lalu bagaimana dengan Vanni? Apa Vanni ada bersamanya?" Tanya nuknya Hani.
" Ya.. Vanni memang bersamanya. Aku mendengar suara Vanni memanggil Andreas dari telepon, aku juga mendengar percakapan mereka berdua. Sepertinya mereka kembali dekat, dan dari suara Vanni aku merasa seperti tidak ada beban. Entah mengapa aku merasa Vanni juga menginginkan hidup bersama dengan Andreas. Itu sebabnya dia tidak mencoba menghubungiku untuk menjemputnya." Terang Tama.
" Pasti kebenarannya tidak begitu Tam." Ujar tuan Azka.
" Aku juga menemui nyonya Ratna, dia bilang daddy terlibat dalam hal ini." Ujar Tama menatap kedua mertuanya bergantian.
" Apa setelah punya anak tingkat kedewasaanmu kurang?" Tama mengerutkan keningnya mendengar ucapan tuan Azka.
" Kenapa kau begitu mudah di adu domba oleh Ratna? Daddy yakin dia pasti sengaja memprovokasi kamu agar kamu membenci daddy atau pun mencurigai daddy." Sambung tuan Azka.
" Tapi tidak masalah, semua keputusan ada di tangan kamu. Mau kamu percaya sama daddy atau Ratna itu terserah kamu. Yang jelas daddy tidak menyembunyikan mereka atau pun mendukung hubungan mereka. Bukan kah dari awal kamu tahu kalau daddy menentang keras hubungan mereka berdua? Lalu kenapa sekarang kau meragukan daddy hmm?"
Tama merutuki kebodohannya. Ia tidak menyadari jika ia telah masuk ke perangkap nyonya Ratna.
" Maafkan aku dad! Aku telah terperdaya dengan tipuan mereka. Bicara mereka sangat menyakinkan sampai sampai aku percaya pada mereka. Sekali lagi maafkan aku dad, mom." Ucap Tama.
" Tidak apa apa daddy sama mommy bisa memaklumimu. Yang jelas sekarang kita harus fokus pada pencarian Vanni dan Vanno. Jangan mudah di pecah belah oleh pihak lain. Oleh sebab itu kita harus saling percaya." Ujar nyonya Hani.
" Iya mom. Anak buahku sedang melacak lokasi terakhir Andreas dari nomer ponsel yang tadi Andreas gunakan meskipun mengalami kesulitan karena Andreas menonaktifkan nomer itu." Ujar Tama.
" Kalau sudah ada kabar, segera kasih tahu daddy. Daddy akan meminta anak buah daddy untuk mengepung mereka." Ujar tuan Azka.
" Siap dad." Sahut Tama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam rumah Hana, ia nampak berjalan mondar mandir dengan penuh gelisah. Ia baru mendapat kabar dari nyonya Hani tentang penculikan Vanni dan Vanno. Ia menyayangkan, kenapa baru sekarang ia di beritahu? Pikir Hana.
" Tenang lah sayang! Mas sedang mencari tiket yang bisa langsung terbang malam ini." Ujar tuan Ardi menenangkan istri kecilnya.
" Bagaimana aku bisa tenang mas? Anak dan cucuku di culik oleh putramu. Bukan kah mas tahu kondisi Andreas saat ini? Aku takut Andreas akan menyakiti Vanni dan putranya mas." Ucap Hana mengeluarkan kegelisahannya.
" Andreas sangat mencintai Vanni sayang, mas yakin dia tidak akan bisa menyakiti wanita yang dia cintai."
" Buktinya dia pernah menyakiti Vanni dengan menikah lagi. Aku tidak yakin Andreas bisa memperlakukan Vanni dengan baik. Apalagi ada mbak Ratna di sana. Aku takut mbak Ratna menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam pada Vanni. Bagaimana pun Vanni pernah menyakitinya kan." Ujar Hana.
" Mas tidak bisa berbuat apa apa sayang jika sudah begini. Maafkan putra mas yang selalu membuat masalah pada keluarga kalian. Mas jadi merasa malu menjadi bagian dari keluarga kamu." Ucap tuan Ardi murung.
Hana duduk di samping sang suami, ia menggenggam tangan tuan Ardi dengan penuh cinta.
" Jangan berpikiran seperti itu mas, keluarga ku tahu mana yang baik dan mana yang bersalah. Mereka tidak akan menghakimi orang yang tidak bersalah meskipun dia dari keluarga orang yang menjadi tersangka. Kita do'akan saja semoga Vanni dan Vanno baik baik saja bersama Andreas. Kalau kita sudah dapat tiket, kita berangkat saat itu juga. Aku kasihan sama kak Hani, dia pasti sedih banget kehilangan Vanni dan Vanno. Andai saja pilot kak Azka tidak sakit, kita pasti sudah sampai di sana." Ujar Hana.
" Iya sayang, akan mas usahakan." Ucap tuan Ardi.
...----------------...
Vanni membuka matanya tepat jam dua belas malam waktu setempat. Ia menatap Andreas yang tidur di samping Vanno. Sepertinya Andreas sudah tidur nyenyak, lebih tepatnya tertidur karena Vanni sempat memberikan obat tidur ke dalam minuman Andreas tadi. Tanpa sengaja ia menemukan obat tidur di laci almari milik Andreas. Entah itu obat milik pemilik rumah ini sebelumnya atau bagaimana Vanni tidak tahu.
Dengan pelan Vanni turun dari ranjang, ia menggendong baby Vanno lalu segera keluar kamar dengan langkah pelan dan hati hati. Vanni bernafas lega saat ia berhasil keluar rumah itu.
" Ya Tuhan, rupanya ini di dalam hutan." Gumam Vanni menatap sekeliling yang nampak gelap gulita.
" Semoga Tuhan melindungi kita ya sayang. Kita harus pergi dari sini dan menemui daddy kamu yang asli."
Vanni berjalan membelah perkebunan karet di depannya, ia hanya mengandalkan penerangan dari cahaya bulan sebagai petunjuk jalannya. Ia terus berjalan sampai lumayan jauh, namun semakin ia masuk ke perkebunan suasana di sana semakin gelap dan mencekam.
Suara suara hewan malam pun terdengar di telinganya. Ia terus berjalan sambil berdoa semoga dia dan Vanno baik baik saja.
Tiba tiba ada suara hewan yang mengaum, Vanni menyangka jika itu suara binatang buas.
" Ya Tuhan, suara apa itu? Apa di sini ada harimau? Atau singa? Atau malah hewan buas lainnya? Ya Tuhan aku mohon lindungilah kami." Monolog Vanni.
Vanni melanjutkan langkahnya, namun rupanya nasib baik tidak berpihak padanya. Di depan sana, nampak harimau sebesar dirinya sedang menatap ke arahnya. Seketika Vanni menghentikan langkahnya, jantungnya berdetak sangat kencang. Jujur, ia takut harimau itu menerkamnya.
Vanni beringsut, ia menyandarkan punggungnya pada pohon. Namun tiba tiba dari atas seekor ular turun ke bawah membuatnya kaget setengah mati.
" Shh.. shh... "
" Allahu akbar." Ucap Vanni terlonjak kaget.
" Ya Tuhan tolong lindungi aku!"
Tidak tahu saja jika gerakan Vanni membuat induk harimau itu hendak menyerangnya. Saat induk harimau itu mendekat ke arahnya, ia langsung berlari kencang sambil mendekap Vanno.
Tanpa ia sadari ada sebuah akar yang menonjol hingga kakinya tersandung dan..
Brugh...
Tubuh Vanni mendarat ke tanah dengan sempurna, ia beringsut mundur saat induk harimau itu terus berjalan mendekat ke arahnya.
" Hust.. Hust.. Pergilah! Aku tidak akan mengganggumu jadi kau jangan menggangguku." Ucap Vanni seolah mengajak harimau itu berbicara.
Namun sepertinya induk harimau itu mengincar baby Vanno. Mungkin ia mengira jika Vanni telah mengambil anaknya sampai harimau itu menubruk Vanni dan...
" Vanno!!!!"
TBC...