Wanita Di Balik Pohon Pisang

Udin memasukan hasil panin sawit itu kedalam mobil, tubuh sekurus dan sekecil ini sudah berjuang untuk nafkah adik adik yang jarang makan, tidak bisa bila tidak kerja karena dia merasa sebagai laki laki maka harus bertanggung jawab sepenuh hati. soal apa yang akan ia tanggung di tubuh sudah tidak di pedulikan lagi, yang penting adik nya tiga bisa makan dengan baik.

Kasihan juga melihat Emak nya yang kadang kala menangis karena lapar, apa bila sudah tinggal punya betas satu canting maka Emak yang tidak akan makan karena pasti tidak akan cukup untuk mereka berenam. Sarjo mana peduli akan hal itu, yang penting dia makan kenyang walau anak anak kala itu belum makan.

"Hei kau kalau kerja itu ingat badan juga, kasihan badan masih kecil." Pak Lurah datang membawakan minuman.

"Kecil tapi berotot, Pak." Udin menjawab sambil bercanda.

Pak Lurah tertawa karena dia tau anak ini memang rajin dan tidak pernah mengeluh walau harus sekeras ini bekerja, tidak peduli kadang malam juga mengambil pekerjaan apa saja untuk kebutuhan. Udin kerja bagai kan laki laki yang memberi makan anak serta istri, bahkan wajah dia saja sudah tidak seperti anak seusia nya.

Beda jauh dengan Arka yang seumuran dengan dia, hidup mereka juga jauh berbeda sehingga kadang kala ada rasa minder, namun Udin menyadari bahwa rasa minder itu malah membuat dia rugi sendiri. jadi apa pun yang terjadi pada tubuh nya, dia sudah bodo amat yang penting dapat uang hasil kerja halal walau harus memanen sawit begini sengsara nya.

"Minum dulu, nanti baru lanjut lagi." Pak Lurah tak segan duduk di atas rumput.

"Terima kasih, Pak." Udin datang mendekat dan mengambil es yang di berikan Pak Lurah.

"Ini nasi nya juga untuk makan siang, gaji nya ambil kerumah saya ya." ucap Pak Lurah tersenyum bangga melihat Udin yang sangat pintar mencari uang untuk keluarga.

"Iya, nanti malam saya kerumah Bapak untuk ambil upah." angguk Udin dangat senang.

"Kabar orang tua mu bagai mana, Bapak mu kerja di mana?" Pak Lurah sebenar nya tau kalau Sarjo pemalas sekali.

"Bapak lagi demam, jadi tidak bisa kerja." jawab Udin cepat.

"Heeem ya sudah, kamu bantu lah orang tua kalau memang sudah tidak sekolah lagi ya." Pak Lurah menepuk pundak Udin.

Udin mengangguk karena hari hari nya memang di lalui dengan kerja keras, tak akan dia biarkan adik adik nya kelaparan lagi walau dia harus menggadaikan tubuh nya dengan rasa lelah tidak terkira. namun mau bagai mana lagi karena ini memang sudah jadi resiko untuk nya, tidak bisa mau enak enakan atau main sepuas hati seperti teman nya yang lain.

"Din, kau mau tidak satu mobil lagi? aku mau pulang karena anak ku sakit." ujar Rekso yang mendadak saja mau pulang.

"Boleh, tapi selesai nya jadi agak sorean lah ini." jawab Udin.

"Tidak apa apa lagi, jalan sana juga masih jelek jadi santai saja." ujar Rekso menyandang tas nya.

"Sakit parah apa, Kang?" tanya Udin penasaran pula.

"Tadi pagi demam, tapi ini istriku telefon kata nya muntah juga jadi mau di bawa kedokter lah." jawab Rekso pelan.

Udin mengangguk dan dia dapat jatuh satu mobil lagi untuk memasukan semua sawit, memang ada tambahan untuk upah nya, namun rasa tubuh pasti ya remuk sekali karena kalau di hitung maka dia dapat tiga mobil untuk muat hari ini. mana tadi juga ikut memanen, tapi uang yang di terima agak tebal juga.

Satu mobil seratus lima puluh yang berarti tiga mobil dapat empat ratus lima puluh ribu, di tambah dengan upah memanen nya tadi dua ratus juga. total dapat nya Udin enam ratus lima puluh, dia bersorak senang karena untuk hari ini saja dia dapat uang segitu dan pasti dapat beras lumayan banyak.

"Akan ku traktir teman teman ku, malu lah kalau aku terus yang di traktir!" Udin sudah membayangkan nanti malas di pos.

Memang dia tipe pemuda yang tau diri, tidak selalu memanfaatkan teman saja untuk meminta makanan, masih ada rasa mau membalas kebaikan mereka juga agar teman tidak bosan pada nya.

...****************...

"Bapak kemana, Nala?" Asri pulang dan tidak menemukan suami nya.

"Tidak tau, Mak! tadi Bapak berteriak marah dan bilang kata nya aku memberi air darah." Nala saja masih ketakutan.

"Air darah apa?" Asri bingung mendengar ucapan anak nya.

"Bapak minta minum dan ku ambil kan air putih, tapi malah di banting itu dan dia bilang air darah." jelas Nala.

Asri melongo mendengarkan cerita anak nua soal Sarjo yang mendadak saja jadi aneh, dia menjadi begitu setelah pulang dari rumah Raharjo dan mengambil emas emasan. malah sekarang salah satu emas nya di jual oleh Asri, dan mendapatkan uang sekitar tiga puluh juta.

Ini pulang sebenarnya mau cerita pada suami nya bahwa dia dapat uang banyak dari hasil jual emas, ini baru satu saja yang di jual, belum semua nya sehingga kalau semua yang di jual maka akan jadi kaya raya. namun saat sampai rumah malah dapat kabar buruk bahwa Sarjo mulai aneh, tapi tidak di gubris dulu oleh Asri.

"Paling dia keluar untuk cari udara." ujar Asri.

"Emak kok banyak sekali belanja nya." Nala agak heran.

"Emak beli ayam juga, kamu tolong cuci ya atau kamu yang masak nasi?" tawar Asri tersenyum sumringah.

"Masak nasi saja lah, aku jijik mau cuci ayam." Nala memilih masak nasi walau masih di masak secara manual.

"Kamu tuh, kalau mentah saja jijik tapi kalau sudah matang paling doyan." Asri mengambil baskom.

Nala cuma tertawa saja sambil membuka karung beras yang baru di bawa oleh Asri tadi, bahkan Asri tidak tanggung lagi saat beli beras, dia membeli lima puluh kilo di tempat penggilingan padi. pokok nya saat ini hati nya sedang bahagia, tang nama nya wanita maka paling bahagia kalau di suruh belanja.

"Emak juga beli tas buat kamu, kata nya tas bolong." Asri membuka suara sambil mencuci ayam.

"Dapat uang dari mana, Mak?" tanya Nala yang tidak ada curiga apa pun.

"Ada rezeki sedikit, di kirim sama Paman nya Emak sehingga langsung untuk belanja." dusta Asri.

"Alhamdulilah, beras kita banyak jadi tidak perlu makan pisang mentah ya, Mak!" Nala senang juga.

Asri yang terketuk hati nya mendengar ucapan Nala, memang mereka kalau sudah tidak punya apa apa maka hanya akan makan pisang mentah di rebus, atau juga singkong rebus. tentu saja semua itu karena Sarjo yang pemalas, anak dan istri nya terlantar.

Jangan lupa like dan comen nya ya, othor nulis cuma di sini saja ya tidak ada di apk lain mana pun, jadi kalau ada yang nulis sama itu bukan othor ya.