NovelToon NovelToon
CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:923
Nilai: 5
Nama Author: Nelki

- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -

Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengeluh Pada Kakak

Panggilan berakhir dengan cepat. Ryan belum sempat menanyakan hal lain, tapi sudah dimatikan olehku. Ryan hanya menghela napas dengan berat.

"Apa yang harus ku lakukan agar bisa meluluhkan hatimu?" tanyanya pada diri sendiri.

Ryan merebahkan tubuhnya di kasur. Salah satu punggung tangannya diletakkan di dahi. Terasa pusing. Ia terlalu letih untuk memikirkan apa yang harus diperbuat setelah semua.

Harapan datang bersamaan kedatangan kakak perempuannya ke rumah ini. Ditandai dengan sapaan para pelayan di bawah. Ryan segera bergegas ingin menyambut kakaknya yang lama tak ditemui.

Wanita cantik yang menggandeng seorang bocah lelaki berumur 4 tahun. Pria di sampingnya sudah pasti suaminya. Keluarga bahagia memang beda. Ekspresi bahagia yang nyata terukir di wajah mereka.

Ryan segera menuruni tangga untuk menyambut keponakan tersayang.

"Dafa, sini peluk Om!" kata Ryan sambil membuka lebar-lebar lengannya.

Dafa yang lama tak jumpa sedikit takut karena tak terbiasa. Ryan tak menyerah. Dia mendekati keponakannya. Lalu, berjongkok di depannya. Dafa terlihat bersembunyi dibalik ibunya.

"Ini Om Ryan tau, masa Dafa lupa sama Om," kata Ryan pura-pura sedih.

"Itu Om Ryan, Daf," kata ibunya.

"Dafa lama ga main sama om jadi lupa ya?" tanya ayahnya.

"Om Ryan?" kata Dafa bingung.

Dafa memerhatikan Ryan. Perlahan dia melepas tangannya dari sang ibu. Dia berjalan pelan mendekati Ryan. Hup... sebuah pelukan kecil mendarat di tubuh Ryan. Dia memeluknya.

Si kecil melepas dan berkata, "Maaf Om Dafa lupa sama Om."

Siapa yang tega menolak permintaan maaf dari si kecil yang imut ini. Mata bulatnya berbinar seperti sedang memohon.

"Ga pa pa kok. Salah Om ga nyamperin Dafa."

Kakek dan nenek datang. Mereka yang awalnya berdebat dengan Ryan langsung berubah ramah pada cicitnya itu.

"Dafa dah dateng ya," sapa nenek halus.

Dafa tersenyum manis pada nenek buyutnya.

"Ah, manisnya cicitku," puji nenek.

"Sini peluk Nenek Buyut!"

Dafa malah memeluk Ryan lagi dengan erat dan minta digendong. Ryan menuruti keinginannya. Nenek yang melihat itu cemburu pada cucunya.

"Ryan biarin Nenek aja yang gendong Dafa!" kata nenek sambil mengulurkan tangan hendak mengambil Dafa.

Dafa menggeleng. Dia berkata, "Aku mau main sama Om."

Nenek menyerah dan beralih ke cucunya.

"Mia, Haris. Ayo kita minum teh sambil ngobrol! Biarin aja Dafa dijaga sama Ryan," ajak nenek.

"Betul kata Nenek, mending kita ngobrol." Kakek menambahkan.

Mia dan Haris mengangguk. Mereka mengikuti nenek dan kakek ke rumah tamu. Sedangkan Ryan membawa Dafa bermain di taman.

...****************...

Malam penuh bintang. Angin semilir berhembus menerpa wajah tampan pria muda. Matanya jauh memandang ke langit, menembus cakrawala. Bulan yang menemani bintang, sungguh membuatnya iri.

Kapan aku bisa bersama dengannya? Pikiran pria itu mengelana. Berdiri di balkon sepertinya sudah jadi kebiasaan. Dia melipat tangannya untuk dijadikan bantal. Tubuhnya yang tinggi menjadi sedikit bungkuk.

"Ryan!" panggilan dari seorang wanita muda.

"Apa Kak?"

"Sini bentar!"

Ryan segera masuk ke kamar dan membuka pintu. Wanita yang tak lain adalah kakak perempuannya menunggu sambil bersedekap. Mata kakaknya melihat adiknya yang sudah tumbuh besar, dari atas ke bawah.

"Apa Kak kok ngeliatin aku kaya gitu? Ini dah malem lho nanti kalo dicari Dafa.... "

"Ga usah bahas Dafa. Dia dah tidur sama Haris."

"Oh."

"Ayo ngobrol soal si Sarah itu! Sekalian sama cewek yang lagi kamu taksir," ajak Kak Mia.

Ryan mengekor di belakang kakaknya ke ruang keluarga. Di tempat ini mereka berbincang lama mengenai dua wanita itu. Cerita berlangsung lama. Setelahnya, Mia tampak berpikir mengenai dua karakter yang berbeda ini.

"Jadi sebenernya si Ria suka kamu ga?"

"Dia jawab ga sih kak," kata Ryan ragu.

"Biasanya kalo gitu masih tertarik sama kamu Yan," kata kakaknya.

"Kak Mia, emang cewek suka gitu beda di mulut beda di hati?"

"Iyalah cewek juga punya harga diri kali. Emang cowok semua cewek digombalin," sindir kakak.

"Lagian aku juga cuma punya satu mantan ga banyak," kata Ryan jujur.

"Nah, pemikiran kamu yang salah. Cewek tuh ga mau diduain tau," kata kakak tegas.

"Jadi menurutmu aku masih punya kesempatan sama Ria ga?"

"Masih, kejar terus aja. Ingat jangan kecewain pas dia udah mulai buka hatinya. Luka di hati susah sembuhnya," nasihat kakak.

"Jangan sama si Sarah kalo dia emang karakternya jelek. Beri bukti aja ke Nenek biar ga jodohin kamu sama dia terus," lanjutnya.

Ryan hanya mengangguk. Dia mengerti apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tak sia-sia curhat sama kakaknya.

"Dah ya, aku mau ke kamar. Takut Dafa kebangun nyariin," kata kakak meninggalkan.

Ryan segera menghubungiku.

...****************...

Aku asyik membaca novel karya penulis favorit dengan genre petualangan. Aku sampai terhanyut dibuatnya. Cerita yang apik penuh adegan yang mendebarkan jantung, tapi para tokoh utama mampu melewati segala rintangan.

Ponsel yang tak jauh di sisi buku yang sedang ku baca bergetar. Aku memang sengaja mengubah mode ponselku. Tak ingin ada suara yang menganggu kegemaran ku. Awalnya aku abaikan, tapi siapa sangka getaran itu tak mau berhenti.

"Siapa sih ganggu aja?" kataku sebal.

Ponsel itu ku raih, tertera nama Ryan. Sudah beberapa kali panggilan tak terjawab dan masih belum menyerah. Apa dia ga ada kesibukan?

"Malam," sapa Ryan duluan ketika telepon tersambung.

"Malam. Ada apa?" kataku dengan kesal.

"Kamu marah ya?" tanya Ryan kemudian.

"Iya, aku lagi asyik baca novel nih. Kenapa kamu ganggu aku? Jangan sampe itu cuma masalah sepele!"

"Penting kok penting. Ini tentang masa depan kita berdua."

"Siapa bilang itu masa depan kita?"

"Aku mau nikahin kamu nih. Gimana kamu gugup ga?"

"Heleh kamu udah bilang berapa kali mau nikahin aku, tapi mana?"

Bodoh aku masuk perangkapnya. Ryan mengulas senyum. Dia tau itu akan berhasil. Kata-katanya itu jujur.

"Jadi kamu mau aku nikahin nih," godanya.

"Apaan sih?"

"Ga usah ngelak. Kalau kamu mau kita nikah secepatnya juga ga papa. Aku udah siap kok buat ngidupin kamu."

Wajahku merah padam. Bisa-bisanya dia bilang gitu. Dulu dia juga pernah bilang kaya gitu, tapi setelahnya dia ngilang tanpa ada kabar. Itulah yang membuatku takut.

Jika aku menyetujuinya. Apa dia akan pergi lagi? Apa dia akan kembali dan membuat luka yang lebih besar? Cukup aku sudah dipermainkan sejak awal. Waktunya mengakhiri semua hal tak jelas ini.

"Ria! Ria! Kamu masih di sana?"

Sambungan dimatikan olehku tanpa aba-aba. Ryan termenung memikirkan tindakanku yang beda dari biasanya.

"Apa salahku? Kenapa Ria diem aja tadi? Ah, sial makin jauh," kata Ryan pada dirinya sendiri.

Dia meletakan ponsel dan menjambak rambutnya. Rambut berantakan ala orang gila. Dia menyandarkan diri di sofa. Menatap plafon dan lampu pijar yang menyala di tengahnya.

"Ria, kalau kamu mau jujur aku salah apa? Aku bakal perbaiki," kata Ryan.

Ryan tak menyadari dia sudah menorehkan luka di hati wanita yang dicintainya. Luka hati yang awalnya terkubur, tapi muncul lagi ke permukaan. Awal yang berbeda, apa hasilnya akan berbeda atau tetap sama?

1
Alucard
Aku gak bisa tidur kalau belum baca next chapter, fix it thor! 🥴
ALISA<3
Gemesin banget! 😍
MindlessKilling
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!