Aku tidak tahu jika nasib dijodohkan itu akan seperti ini. Insecure dengan suami sendiri yang seakan tidak selevel denganku.
Dia pria mapan, tampan, terpelajar, punya jabatan, dan body goals, sedangkan aku wanita biasa yang tidak punya kelebihan apapun kecuali berat badan. Aku si pendek, gemuk, dekil, kusam, pesek, dan juga tidak cantik.
Setelah resmi menikah, kami seperti asing dan saling diam bahkan dia enggan menyentuhku. Entah bagaimana hubungan ini akan bekerja atau akankah berakhir begitu saja? Tidak ada yang tahu, aku pun tidak berharap apapun karena sesuatu terburuk kemungkinan bisa terjadi pada pernikahan kami yang rentan tanpa cinta ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Lukisan Bermakna
"Lukisan yang kemarin? Ada sepasang kekasih?" tanyaku yang pasti akan terkagum dengan karyanya.
Sebuah lukisan seorang wanita yang duduk di bangku dan tengah menatap sepasang pria wanita yang berpelukan di tepian perairan luas.
"Kamu bisa membaca makna lukisan ini?" tanya dia padaku yang membuatku harus berpikir sejenak.
Dua wanita dan satu orang pria? Apakah cinta segitiga? Sepertinya bukan. Aku bergelut dengan pikiranku sendiri.
Namun, aku menyadari jika dua orang wanita itu mempunyai warna rambut yang sama meski berbeda bentuk dan panjangnya, jadi aku menyimpulkan bahwa....
"Seorang wanita yang sedang menatap masa depan atau masa lalunya bersama dengan kekasihnya?" jawabku menjelaskan.
Anastasia menyipitkan matanya, seolah bertanya padaku: "Apa kamu yakin?"
Namun, hanya itu yang terlintas di pikiranku.
"Ya, Dita. Ini lukisan tentang seorang wanita yang sedang melihat kenangan bersama dengan seseorang yang pernah menjadi kekasih. Namun, si wanita merana karena mereka harus berpisah dan itu kenangan terakhir sebelum mereka berpisah."
"Bisakah kamu melihat makna yang lain dari lukisan ini?" tanya dia padaku.
"Hem.... Ada detail dua hewan kecil di sini, ini pasti kamu menyiratkan maksud terselubung, kan? Tidak mungkin hanya selipan gambar kecil tanpa makna," dugaanku padanya menuding elemen kecil yang tergeletak di atas tanah berpasir yang terletak hampir teracuhkan di sudut lukisan.
"Kuda laut, ya?" tanyaku sambil mecoba memaknai. Anastasia membenarkan.
"Aku tidak tahu, tetapi bentuk tubuh kedua kuda laut ini jika di satukan akan membentuk sebuah cinta."
"Apakah itu bermakna ... masih ada cinta? Atau kesempurnaan cinta? Kesetiaan? Tentang sebuah cinta, ya? Aku tidak begitu mengerti," ujarku mencoba mengartikan apa makna tersembunyi dua kuda laut yang seperti terabaikan oleh ketiga sosok yang ada di dalam lukisan.
"Ya, kamu memahaminya. Perpisahan hanya suatu keadaan, tapi cinta mereka abadi, bahkan mungkin selamanya. Meski mungkin tidak bisa bersama di dunia ini, She hope their can be one someday." Anastasia berucap sembari menggoreskan cat pada kanvas.
Lukisan yang sejak kemarin digarapnya kini mulai terlihat hasilnya. Sebuah lukisan seorang sepasang kekasih yang berdiri di tepi lautan dan di bawah pohon sakura saat musim semi, sedangkan di belakangnya terdapat seorang wanita yang duduk dengan memegang kuas seraya menatap kekasih itu.
Hari ini hari ke dua aku datang ke hotelnya, sesuai permintaan begitu kelas selesai, aku akan datang menemani.
"Jadi, bagaimana kisah akhirnya? Mereka belum pernah bertemu lagi seumur hidupnya?"
Anastasia mengangguk lemah dengan senyuman. Senyuman yang indah itu seperti sedang membayangkan diri menjadi si wanita dalam lukisan yang sedang menyembunyikan kesedihan yang berarti.
"Lalu, bagaimana kabarnya pria itu setelah mereka berpisah? Masih hidup, kan?" tanyaku perlahan dan suara yang serendahnya. Berharap, lebih baik dia tidak usah mendengar saja apa yang baru saja aku tanyakan. Takut jika ini terinspirasi dari kisah nyata dan kenyataannya sang pria telah tiada.
Anastasia mencuci kuasnya, mengambilnya yang baru untuk membuat warna yang lain pada lukisan itu.
Aku menunggunya untuk memberi respons, akankah dia marah pada pertanyaanku itu?
"Sepertinya dia tidak tahu kondisi pria itu sekarang, tetapi kabar kematiannya belum pernah terdengar. Yang jelas, sosok wanita ini masih setia dan menunggu bahkan dia yakin jika mereka akan saling menunggu sampai seumur hidup. Entahlah Dita, kisah ini tidak begitu jelas bagaimana akhirnya. Aku pun sedih saat menjelaskannya."
Aku diam. Lebih baik diam daripada memperdalam pembicaraan yang ternyata sensitif ini.
Kemudian, ruangan menjadi sunyi. Hanya terdengar suara embusan napas dan detak jarum jam yang belum berhenti bergerak.
Anastasia masih memunggungiku yang duduk di sofa dekat jendela, sedangkan dia berada di seberang di dekat dinding yang lebih teduh dan tidak tersorot sinar matahari langsung sehinggag lukisannya tidak membelakangi ataupun tertimpa langsung oleh terang cahaya matahari supaya goresan warna yang dibuat tidak bias warnanya.
Dia menoleh, memastikan bahwa aku masih ada di tempatnya.
"Kenapa diam, Dita?" tanya dia saat melihatku melamun, menatap lurus pada lukisan itu.
Mungkin ragaku ada di sini, tetapi pikiranku berada di tempat lain. Pada sesuatu yang pernah aku temukan sebelumnya, pada kejanggalan yang aku rasakan atas sikap seseorang.
"Apakah mereka yakin sedang saling menunggu?" tanyaku kemudian.
"Not sure, but, She is stiil waiting untill now."
"Bagaimana jika pria itu sudah menikah dengan wanita lain? Atau ternyata dia bukan pria setia yang memegang komitmennya di masa lalu?" tanyaku pada kemungkinan itu.
"Dia mungkin akan ikut merasa bahagia karena cinta sejati adalah ketika melihat yang dicintanya bahagia ...." ujarnya dengan tenang seperti biasa walaupun seperti terjeda.
"Meski dia sudah bersama dengan yang lain," ujarnya dengan helaan napas panjang di akhir kalimat.
"Dalam kondisi seperti ini, menggantungkan kepastian. Yang ditakutkan, Dita. Jika dia sebenarnya masih berharap dengan hubungan kami, tetapi dia terpaksa menikah dengan wanita yang lain baru dikenalnya karena suatu kepentingan. Bagaimana nasib wanita yang sebagai pasangan barunya."
"Lalu, baiknya bagaimana?"
"Melupakan atau sepertiku yang membiarkan diri tenggelam dalam cinta yang utuh yang tak akan tergantikan seperti pertemuan sejak awal hingga datang kematian," jawabnya.
Namun, sepertinya Anastasia terlupa jika dia menyisipkan kata aku di dalam obrolan yang membahas kisah wanita di dalam lukisan itu.
"Jadi, wanita di balik lukisan itu adalah kamu, Anastasia?"
----
Menulis adalah teman di saat sepi, mari berteman dan mengobrol lewat komentar.