pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Puncak manipulasi: Melawan para pahlawan
Kemenangan mengejutkan Kelompok 7 dalam ujian penyisihan telah mengguncang seluruh Akademi. Bisikan tentang Thanzi, si murid 'aneh' tanpa bakat sihir, semakin memekakkan telinga. Namun, kejutan terbesar datang saat undian untuk babak final diumumkan: Kelompok 7 Thanzi akan berhadapan langsung dengan Kelompok 3, yang dipimpin oleh sang 'protagonis' Michael, ditemani oleh Pangeran Lyra dan Elian.
Seluruh Akademi menahan napas. Ini bukan hanya ujian, ini adalah pertarungan takdir. Thanzi, Jasper, Seraphina, dan Grace menghadapi trio terkuat dan paling dihormati di antara para siswa. Ribuan pasang mata menanti, penasaran apakah 'keajaiban' Thanzi bisa menandingi kekuatan murni para jenius ini. Secara kekuatan individual, kelompok Thanzi jelas berada di bawah tim Michael. Jasper dan Seraphina memang berbakat, tetapi mereka belum mencapai level "pilar" yang dipegang oleh Michael, Pangeran Lyra, dan Elian. Satu-satunya yang diakui sebagai yang terbaik di bidangnya di tim Thanzi hanyalah Grace, penyembuh terhebat di angkatannya.
Thanzi menatap daftar di papan pengumuman, seringai tipis terukir di bibirnya. Akhirnya. Saatnya menyeimbangkan takdir ini secara langsung. Michael, Pangeran Lyra, Elian... kalian akan merasakan apa artinya menghadapi villain yang sesungguhnya, yang bermain dengan pikiran, bukan hanya sihir atau kekuatan fisik mentah.
Di sisi lain, Michael terlihat gugup. Rasa takut yang Thanzi tanamkan padanya dalam insiden sebelumnya masih membekas, membuat dadanya terasa sesak. Pangeran Lyra dan Elian, di samping Michael, memancarkan aura tekad yang kuat, mencoba menyembunyikan kekhawatiran mereka.
"Ini kesempatan kita untuk mengakhiri keganjilan Thanzi," desis Elian, pedangnya berkilat di bawah cahaya arena. "Dia tak bisa terus-terusan lolos dengan cara-cara anehnya yang tak terjelaskan itu."
Pangeran Lyra mengangguk, sorot matanya serius. "Kita tak boleh meremehkannya. Dia punya cara aneh yang tak bisa dijelaskan, dan itu sangat efektif. Kita harus berhati-hati."
Grace menatap Thanzi dengan khawatir. "Apa kita akan baik-baik saja, Thanzi? Mereka sangat kuat dan mereka punya Rhea sebagai penyembuh. Kita... kita jauh di bawah mereka dalam hal kekuatan menyerang." Nada suaranya penuh keraguan, mencerminkan pemahaman semua orang di sana.
Thanzi hanya menatapnya dengan tenang, senyum meyakinkan di wajahnya. "Tenang saja, Grace. Aku punya rencana. Kita tak perlu lebih kuat dari mereka. Kita hanya perlu lebih cerdas, dan membuat mereka tidak bisa menggunakan kekuatan itu."
Strategi: Mengoyak Ikatan Para Pahlawan
Di ruang persiapan, Thanzi menjelaskan strateginya dengan suara rendah, mata tajamnya memindai setiap anggota timnya. Arena simulasi kali ini jauh lebih besar dan kompleks, sebuah reruntuhan kota kuno yang diselimuti kabut dan ilusi suara yang terus-menerus berubah, dirancang untuk menguji daya tahan mental dan fisik.
"Mereka kuat, itu sudah jelas," Thanzi memulai, menunjuk peta arena. "Pangeran Lyra akan menjadi benteng pertahanan dan penyerang utama, tak bisa ditembus dengan serangan frontal. Elian akan menjadi penyerang jarak dekat yang agresif dan sangat cepat. Michael akan menjadi penyihir angin yang lincah dan destruktif. Dan Lady Rhea akan menjaga mereka tetap hidup dengan penyembuhan dan perisainya."
Jasper mendengus. "Lalu kita mau bagaimana? Kita jelas kalah jauh dalam kekuatan murni."
"Tidak," jawab Thanzi, seringainya melebar. "Kita tak akan melawan kekuatan murni mereka secara langsung. Kita akan menyerang dari dalam. Strategi kita adalah mengoyak koordinasi dan kepercayaan mereka. Jasper, kau fokuskan serangan api terbesarmu pada Pangeran Lyra untuk memaksanya bertahan dan menguras mana-nya, bukan mengalahkannya. Seraphina, kau tahan Elian, jangan biarkan dia mendekat ke arah Grace atau Jasper. Grace, kau jaga Seraphina dan Jasper tetap berdiri, kau adalah pilar pertahanan kita."
"Dan aku..." Thanzi menatap tajam ketiga rekannya. "Aku akan menjadi agen kekacauan. Aku akan membuat mereka ragu, membuat mereka saling curiga, dan membuat mereka melakukan kesalahan fatal. Michael akan menjadi target utamaku. Jika Michael goyah, seluruh fondasi mereka akan goyah." Thanzi melirik ke arah Michael yang sedang berdiri di arena lain, terlihat tegang. "Jangan menyerang sampai aku memberi sinyal. Tunggu celah yang akan kubuat."
Grace mengangguk, mempercayai Thanzi sepenuhnya. Jasper dan Seraphina masih skeptis, namun hasil ujian sebelumnya membuat mereka tak punya pilihan selain mengikuti rencana Thanzi. Mereka telah melihat sendiri bagaimana Thanzi bisa mengubah alur pertarungan dengan caranya yang tak terduga.
Pertarungan Final: Puncak Manipulasi
Pertarungan Dimulai!
Tim Michael segera maju dengan formasi tempur mereka yang sudah terlatih. Pangeran Lyra di depan dengan pedang cahaya berkobar, memimpin serangan. Elian melesat di sisi kanannya, pedangnya sudah terhunus, siap menerjang. Michael di belakang menyiapkan mantra anginnya yang pertama, sementara Lady Rhea menjaga jarak aman, siap dengan perisai mana dan sihir penyembuhannya.
Thanzi tidak terburu-buru. Ia bergerak cepat ke sisi, menghilang di balik puing-puing bangunan dan kabut tebal, menjadi bayangan yang bergerak tanpa suara, sementara Jasper dan Seraphina mempersiapkan diri di garis depan.
Fase 1: Michael yang Goyah
* Target: Michael
* Aksi Thanzi: Thanzi bersenandung pelan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah kabut dan ilusi suara arena yang disimulasikan. Ia mengarahkan gelombang ilusi resonansi yang kuat pada Michael. Pertama, ia menciptakan sensasi dingin yang menusuk tulang dan rasa isolasi yang mendalam, seolah Michael benar-benar sendirian di tengah medan perang yang luas dan menakutkan, ditinggalkan oleh semua orang. Lalu, ia menambahkan bisikan-bisikan samar yang meragukan dirinya sendiri, seperti "Kau lemah... kau tidak bisa diandalkan... kau hanya beban bagi mereka... mereka akan meninggalkanmu..."
* Reaksi Michael: Michael tiba-tiba menggigil hebat, meskipun udara tidak dingin. Ia memegangi kepalanya, mata lebar penuh ketakutan. "T-tidak... Aku tidak sendirian! Siapa yang bicara itu?! Pergi! Pergi!" Mantra angin yang sedang ia siapkan buyar, fokusnya hancur total. Ia terhuyung-huyung, nyaris jatuh, dan mulai terisak pelan, ketakutannya yang Thanzi tanamkan kini membesar hingga melumpuhkannya.
* Reaksi Lyra & Elian: Pangeran Lyra dan Elian melihat Michael yang tiba-tiba goyah, ekspresi mereka cemas. "Michael! Ada apa?!" seru Pangeran Lyra, perhatiannya terpecah antara Thanzi dan temannya. Elian berlari mendekat, "Jangan dengarkan dia, Michael! Fokus! Tenangkan dirimu!"
Fase 2: Menyerang Kohesi Tim
* Target: Pangeran Lyra dan Elian
* Aksi Thanzi: Menggunakan momen Michael yang disorientasi total, Thanzi mengalihkan resonansinya ke Pangeran Lyra dan Elian. Ia menciptakan ilusi visual samar di antara mereka – bayangan cepat yang melintas di tepi pandang mereka, seperti sesuatu yang nyaris bertabrakan – dan pada saat yang sama, memicu rasa frustrasi dan iritasi yang meningkat di antara keduanya, mempermainkan emosi mereka.
* Reaksi Pangeran Lyra: "Elian, hati-hati! Kau hampir menabrakku! Apa yang terjadi?!" Pangeran Lyra, yang biasanya tenang dan terkendali, menunjukkan sedikit kekesalan. Ia mulai ragu dalam setiap gerakan, seringkali melihat ke belakang atau ke samping, mencari sumber gangguan yang tak terlihat.
* Reaksi Elian: "Aku tidak melakukan apa-apa, Pangeran! Kau yang bergerak aneh! Ada apa ini?!" Elian menggeram, tebasan pedangnya menjadi lebih agresif namun juga lebih liar dan kurang terkontrol karena frustrasi yang memuncak. Ia membuka celah dalam pertahanannya sendiri.
Fase 3: Celah Tercipta dan Serangan Balik
* Thanzi: Ia terus mengganggu Michael dengan sensasi ketakutan dan keraguan yang intens, menjaga Michael tetap tidak efektif dan lumpuh secara emosional. Ia juga terus memupuk iritasi antara Pangeran Lyra dan Elian, membuat koordinasi mereka retak lebih parah.
* Aksi Kelompok 7: Jasper dan Seraphina melihat celah yang diciptakan Thanzi. "Sekarang, Jasper!" teriak Thanzi, suaranya menggelegar melalui ilusi suara yang ia buat. Jasper melontarkan bola api besar ke arah Elian, yang sibuk berdebat dengan Pangeran Lyra, memaksa Elian mundur dan menguras tenaganya. Seraphina menghadapi Pangeran Lyra yang kini lebih mudah terdistraksi dan tebasan pedangnya tidak setajam biasanya. Ia menciptakan perisai bumi yang kokoh untuk menangkis serangan, lalu membalas dengan ayunan pedang yang presisi, memaksa Pangeran Lyra untuk bertahan.
Fase 4: Mengincar Penyembuh dan Pukulan Kritis
* Target: Lady Rhea
* Aksi Thanzi: Thanzi melihat Lady Rhea berusaha menyembuhkan Michael, namun Michael tidak kunjung pulih karena gangguan resonansi Thanzi. Thanzi memanipulasi resonansi di sekitar Lady Rhea, menciptakan sensasi dingin yang mencekam dan perasaan 'tak berdaya' yang tiba-tiba, seolah sihir penyembuhannya tidak bekerja sama sekali, bahkan terhadap Michael yang sangat dikenalnya.
* Reaksi Rhea: Lady Rhea gemetar hebat, air mata mulai menggenang di matanya. "Aku tidak bisa menyembuhkannya! Rasanya sihirku... tidak mencapai Michael! Ada apa ini?! Aku... aku tak berguna!" Panik mulai terlihat jelas di wajahnya, mengurangi efektivitas perisai pelindungnya.
* Aksi Kelompok 7: Dengan Rhea yang terdistraksi dan panik, Grace tahu ini adalah kesempatan. "Aku akan membantumu!" teriak Grace pada Seraphina, menyalurkan energi penyembuhan untuk memulihkan staminanya yang terkuras. Sementara itu, Jasper melancarkan serangan api terakhir yang kuat ke arah Michael dan Rhea yang tidak terlindungi, memaksa mereka untuk menghindar dengan susah payah, membuat mereka semakin panik.
Pangeran Lyra dan Elian, yang menyadari bahaya besar yang mengancam Michael dan Rhea, mencoba maju dengan panik untuk melindungi.
* Thanzi (Pukulan Pamungkas): Ini adalah momen krusial. Thanzi melancarkan gelombang resonansi terakhir yang masif ke seluruh tim lawan. Ia menciptakan kekacauan indra paling parah: suara-suara bising tak beraturan yang memenuhi telinga mereka, kilatan cahaya yang mengganggu pandangan, dan rasa putus asa yang melumpuhkan jiwa mereka. Ia juga menciptakan ilusi visual cepat yang sangat meyakinkan yang membuat Pangeran Lyra dan Elian saling melihat bayangan yang menyerang mereka dari arah teman mereka sendiri.
* Reaksi Pangeran Lyra & Elian: "Kau menyerangku?!" teriak Pangeran Lyra pada Elian, mengayunkan pedangnya dengan frustrasi. "Tidak! Kau yang gila! Kau menyerangku duluan!" balas Elian, pedangnya nyaris mengenai Pangeran Lyra dalam kepanikan dan kebingungan total. Dalam kekacauan yang Thanzi ciptakan, mereka saling bertabrakan dan menyerang satu sama lain tanpa sadar. Michael berteriak panik, Lady Rhea terjatuh, tidak bisa mempertahankan perisainya.
"SEKARANG!" Thanzi berteriak, suaranya jelas di tengah kekacauan yang ia ciptakan, bagai suara komando ilahi.
Jasper dan Seraphina, yang sudah siap dan melihat celah sempurna yang diciptakan Thanzi, melancarkan serangan kombinasi pamungkas mereka. Jasper dengan ledakan api besar yang menghanguskan, menyapu area lawan dengan gelombang panas dan kobaran api yang membakar. Seraphina menusuk dengan tebasan pedang bumi yang kuat, menimbulkan gelombang kejut yang merobek tanah di bawah kaki lawan. Terlalu bingung, terpecah belah, dan terbebani oleh ilusi Thanzi, tim Michael tidak mampu bertahan atau bahkan merespons dengan benar. Mereka terlempar keluar batas arena, menyatakan kekalahan telak. Kebingungan, frustrasi, dan rasa tak percaya masih tergambar jelas di wajah mereka.
"Pertarungan berakhir! Kelompok 7 menang!" suara pemandu acara menggelegar, diikuti keheningan yang memekakkan telinga dari seluruh arena.
Reaksi: Ketidakpercayaan Mutlak dan Pengakuan yang Enggan
Keheningan itu berlangsung lama, memecah semua ekspektasi. Lalu, bisikan dimulai, perlahan-lahan meningkat menjadi gumaman kaget, dan akhirnya ledakan keributan.
"Tidak mungkin! Ini pasti curang! Itu tidak adil!" teriak seorang siswa dari tribun, wajahnya merah padam.
"Michael, Pangeran Lyra, Elian? Ketiga pilar Akademi itu kalah?!" yang lain menyahut, suaranya dipenuhi rasa tak percaya. "Mereka bahkan tidak bisa menyentuh Thanzi!"
"Dan mereka kalah dari Thanzi? Anak yang bahkan tidak bisa mengeluarkan sihir dasar? Kecuali Grace, timnya tidak sekuat tim pangeran!" suara-suara sumbang memenuhi udara, mencerminkan frustrasi karena hasil yang tidak masuk akal.
Bahkan di antara para penonton yang lebih tinggi, para bangsawan dan petinggi Akademi, ekspresi tidak percaya tak bisa disembunyikan. Mereka saling pandang, mencoba mencari penjelasan. Bagaimana mungkin tiga siswa terkuat, pewaris bakat langka, bisa kalah dari seorang Marquess muda yang selama ini dianggap cacat, yang hanya ditemani seorang penyihir api, ksatria bumi, dan satu-satunya yang punya bakat mencolok adalah penyembuh terhebat? Itu adalah anomali yang mengguncang dasar pemahaman mereka tentang kekuatan.
Di ruang pengawasan, para profesor yang menyaksikan pertarungan dari awal hingga akhir, sama terkejutnya, jika tidak lebih. Profesor Eldrin, yang skeptis, menggelengkan kepala. "Mustahil! Mereka tidak tersentuh secara fisik oleh sihir Thanzi, namun mereka... hancur dari dalam. Dia membuat mereka saling mengalahkan! Aku belum pernah melihat yang seperti ini!"
Profesor Serena tersenyum, matanya berkilat gembira sekaligus mengerikan. "Seorang villain yang sesungguhnya. Dia tidak perlu kekuatan mentah untuk menang. Dia bermain dengan takdir mereka, memanipulasi benang emosi dan persepsi. Dia... luar biasa. Ini melampaui semua teori yang kita pahami tentang sihir atau kemampuan fisik. Dia adalah ancaman yang berjalan."
Kepala Profesor, yang biasanya tenang, menghela napas panjang. Ia menatap Thanzi di layar, yang kini sedang berbicara dengan Grace. "Anak itu... dia adalah anomali yang paling berbahaya. Bakatnya tidak bisa diprediksi, dan itu membuatnya tak terkalahkan dengan cara biasa. Kita harus mengawasinya lebih dekat."
Thanzi, sementara itu, berjalan mendekati Grace. Ia memberikan senyum tulus yang hangat, senyum yang sangat jarang ia tunjukkan pada siapa pun selain Grace. "Kau hebat, Grace. Kita berhasil."
Grace balas tersenyum, pipinya sedikit merona mendengar pujian Thanzi. Hatinya dipenuhi kelegaan dan sedikit kekaguman yang tulus. "Kau juga Thanzi. Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya, tapi itu luar biasa. Aku tidak menyangka kita akan menang secepat ini. Aku percaya padamu." Hanya Grace, dengan kebaikan hatinya yang murni, yang mampu melihat melampaui keanehan Thanzi dan memberikan kepercayaan yang tulus, tanpa keraguan.
Michael, yang kini sudah sedikit tenang dan dibantu Pangeran Lyra dan Elian, menatap Thanzi dengan mata lebar, dipenuhi campuran kekaguman yang aneh dan ketakutan yang dalam. Thanzi... Kakak Thanzi... dia bukan Thanzi yang lemah lagi. Dia... dia berbahaya. Dan aku takut padanya. Dia membuat kami saling menyerang... Dia mengerikan. Perasaan tidak berdaya yang Thanzi tanamkan padanya dalam ujian Labyrinth dulu kini semakin kuat, mengakar dalam benaknya.
Ini adalah permulaan yang bagus, pikir Thanzi, menikmati kehancuran takdir yang baru saja ia ciptakan. Permainan baru saja dimulai, Michael. Kau akan tahu bagaimana rasanya berhadapan dengan villain sejati yang bergerak dalam bayanganmu, mengoyak duniamu perlahan, satu per satu. Aku akan pastikan kau takkan pernah merasa aman lagi. Takdir Michael dan para "pahlawan" lainnya kini berada di genggamannya.