"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Erina ??
Nala berkutat di dapur untuk melakukan tugasnya yaitu memasak masakan untuk makan malam, dirinya masih kesal dengan Gavin tetapi tak bisa dipungkiri dirinya juga kagum dengan apa yang dia lihat tadi sore.
Bentuk tubuh yang bagus bak dewa yunani itu membuat Nala berkali - kali menggelengkan kepala jika teringat akan pahatan sempurna seorang Gavin, lagi - lagi dirinya mengingat akan hal itu dan kembali lagi mengelengkan kepala menyadarkan diri untuk tetap fokus kepada masakannya.
"Ya tuhan kenapa aku ini ?" gumamnya heran dengan diri sendiri, bi Wati yang melihat Nala berkali - kali menggelengkan kepala menatapnya dengan aneh "kau kenapa Nala ?, pusing ?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut bi Wati.
Nala yamg menerima pertanyaan seperti itu seketika menggeleng dengan keras dan tersenyum menenangkan bi Wati "aku baik - baik saja bi" jawabnya sembari mengiris kembali wortel dan buncis.
Bunyi sendal seseorang berbunyi menandakan ada orang lain yang berjalan memasuki dapur, benar saja disana Gavin dengan setelan piyamanya berjalan menuju lemari es ingin mengambil sebotol air untuk ia teguk karena tenggorokanya sudah kering.
"Dimana semua orang ? kenapa sepi sekali ?" tanya Gavin dengan entah siapa, namun bi Wati menyadari bahwa Gavin tengah bertanya kepada dirinya dan Nala.
"Nyonya Vanya dan pak Rendra tengah pergi ke Belgia Tuan" jawaban dari Bi wati membuat rasa penasaran Gavin terjawab "Kenapa mama dan papa tidak memberitahuku" gumamnya dalam hati, mata Gavin menatap Nala yang masih fokus memotong sayuran.
"Omah dan opah apa juga ikut bi ?" Gavin bersuara kembali menanyakan omah dan opahnya itu "iya tuan" Gavin mengangguk mengerti kemudian benyeruput botol airnya kembali yang tinggal sedikit.
Gavin berjalan meninggalkan dapur menuju ruang tengah untuk bergabung bersama Devan, Sedangkan Nala melirik dari ekor matanya untuk melihat punggung lebar Gavin.
"Gw mau bawa Nala ke singapur" Devan yang merasa diajak bicara oleh Gavin memposisikan duduknya dengan serius "Kenapa harus singapur ?" Devan bertanya kepada Gavin seraya meletakkan ponselnya diatas meja.
"Untuk sementara Gw mau sembunyiin Nala dulu disana biar semuanya gk ada yang tau soal Nala dan anak itu" jawab Gavin sembari matanya menatap Devan "Lalu kau akan beralsan seperti apa kepada mama dan papa ?" Devan bertanya sekali lagi.
"Mama dan papa tidak akan ikut campur saat Nala sudah selesai dengan kuliahnya, Nala sudah dewasa dan berhak meilih apa yang baik untuk masa depannya" jawaban Gavin dengan mantap, Gavin pernah tak sengaja mendengar mamanya berbicara mengenai nasib Nala kedepannya seperti apa kepada papanya.
Dan Rendra menjawab seperti apa yang Gavin ungkapkan kepada Devan, jadi setelah Nala lulus kuliah mereka sudah tidak berhak mengatur Nala dan akan membebaskan Nala.
Jika Nala ingin keluar dari rumah keluarga Alvaro untuk mencari bekerjaan serta menata kehidupanya sendiri maka kelurga Alvaro tidak akan ikut campur yang terpenting mereka sudah membekali Nala dengan pendidikan yang layak untuk Nala selama ini.
"Okey aku setuju dan akan ku bantu" Gavin mengangguk "Gav ada yang harus kau ketahui tentang Zafira" sambung Devan kepada Gavin dan Gavin mengeryitkan dahinya heran.
"Ada apa dengan Zafira ?" tanya Gavin setelah itu Devan mengambil ponselnya dan menyerahkannya kepada Gavin, Gavin menerima ponsel itu dengan baik melihat apa yang ada di dalamnya.
"Kau yakin tentang hal ini ?" pertanyaan itu Gavin lontarkan untuk Devan dan Devan mengangguk pasti "dan kau tau, Zafira adik Erina" Gavin menatap Devan dengan lekat dan mencari letak kebohongan dimata Devan namun sayangnya Devan berucap yang sesungguhnya.
"Erina merindukanmu Gav ?" lagi - lagi Devan menjelaskan tentang apa yag Erina ucapkan saat mereka berdua bertemu "Besok pagi bawah aku bertemu dengan Erina" Gavin mem perintah Devan dan Devan mengangguk mengerti.
Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata dan telinga yang mendengarkan dibalik tembok ruang makan dan ruang tengah, disana dia menerka nerka siapakah Erina mengapa Gavin ingin bertemu dengannya dan bagaimana wanita itu merindukan Gavin.