Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 - Digugat
Clara tersenyum ketika membaca pesan dari Drew kepadanya. Isi pesan itu berupa ungkapan semangat untuknya dalam menghadapi Gery.
Tak lama Clara membalas pesan Drew, pria tampan itu menelponnya. Sontak Clara terkejut dan mendadak merapikan cara duduknya setegap mungkin.
"Halo?"
"Hai, Clara. Gimana? Apa semuanya lancar?"
"Syukurlah. Lancar-lancar semuanya. Gimana dengan kegiatanmu? Apa semuanya baik-baik aja?"
"Ya, ya. Segala urusanku sangat-sangat baik. Aku ingin mendengar ceritamu hari ini. Apa bisa nanti aku jemput kamu?"
"Ehm, sebaiknya jangan. Sepertinya orang-orang di kantor akan mengenalimu."
"Memangnya kenapa?"
"Aku nggak nyaman dengan itu. Takut jadi buah bibir lagi di antara teman-teman kerjaku." kata Clara menolak dengan halus.
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Aku tidak memaksa. Mungkin kita bisa bertemu di apartemenmu?" ucap Drew masih berusaha untuk mendekati Clara. Karena Clara membuka hatinya pada Drew, akhirnya wanita itu mengangguk tegas.
"Maaf, aku hari ini cukup lelah. Apa kita bisa bertemu lain kali?" ujar Clara menolak ajakan Drew penuh hati-hati. Mendengar penolakan Clara, Drew merasa kecewa. Tidak biasanya dia menerima penolakan seperti ini.
"Baiklah. Kita bisa bertemu lain kali," kata Drew menuruti keputusan Clara.
"Iya. Mungkin lain kali. Thanks untuk tawarannya," kata Clara sambil tersenyum dan melihat lantai berkilau di bawah kakinya.
Sementara itu, Drew tidak puas dengan penolakan Clara pasca menutup telepon itu. Kalau dilihat-lihat, Clara tidak jauh berbeda dengan gebetan Drew sebelumnya. Namun, Drew merasa terpacu untuk mengejar hati Clara sejak awal pertama bertemu. Clara adalah seseorang yang patuh untuk didekati dengan sedikit kegigihan bagi Drew.
Pasca menutup telepon dari Drew, hati Clara sedikit tidak enak. Pasalnya, Clara menolak untuk bertemu Drew. Padahal, mereka cukup akrab dan nyambung di setiap percakapan.
Hanya saja, ucapan Barra tentang Drew yang dikenal playboy membuat nyalinya ciut. Clara berpikir ulang untuk dekat dengan Drew. Di sisi lain, Drew juga adalah adik dari Gery, keluarga Rochstein.
Clara pun merenggangkan tubuhnya sekali lagi sebelum kembali bekerja. Masih banyak yang harus ia selesaikan bersama teman-temannya.
saat kembali ke ruangannya, Clara menemukan secarik amplop cokelat di atas meja. Entah apa itu, namun surat tersebut ditujukan kepadanya.
Clara menoleh ke kanan-kiri, ia tak melihat orang lain masuk ke ruangan kantornya selain rekan-rekan satu divisi. Bahkan Barra pun tampak tidak sadar jika Clara menerima sebuah amplop surat.
Secara diam-diam, Clara membuka amplop tersebut. Beberapa lembar kertas itu tersusun rapi di dalam amplop. Yang membuat Clara syok adalah, terpampang secara nyata surat itu adalah laporan gugatan.
Tertulis bahwa laporan itu ditujukan kepada Colliana Clara atas pencemaran nama baik terhadap Gery Rochstein. Seketika Clara panik, tangannya keringat dingin.
"Apa yang harus kulakukan?" gumam Clara pada dirinya sendiri. Seumur hidup, Clara tak pernah berurusan dengan hukum. Apalagi dengan kondisinya yang serba pas-pasan. Apalagi ini, yang mengharuskan Clara memiliki pengacara.
Clara melirik Barra yang fokus pada aktivitasnya. Apakah Clara harus meminta tolong pada Barra? Ataukah Vey? Sepertinya dua temannya itu tak bisa membantunya. Mereka punya masalah masing-masing.
Wanita pemilik tubuh ramping itu pun memainkan ponselnya. Ia mencari teman yang sekuranya bisa membantu Clara. Sayangnya, nihil. Clara tidak punya banyak teman yang mumpuni untuk ini.
Hingga Clara menemukan nama Drew yang pesannya berada di daftar paling atas sendiri. Clara tampak maju mundur mempertimbangkan menghubungi Drew.
Dalam masalah ini, Drew satu-satunya yang bisa membantu Clara. Tetapi, Drew adalah adik dari Gery. Apakah mungkin Drew bisa berpihak pada Clara ketimbang kakaknya sendiri?
Lagi-lagi, Clara mempertimbangkan cukup keras. Dengan satu tarikan napas, Clara pun menekan tombol panggilan kepada Drew.
Tak perlu lama bagi Clara menantikan teleponnya ditanggapi oleh Drew. Suara berat pria muda itu pun menjawab teleponnya.
"Halo, Clara?"
"Halo, Drew. Lagi sibuk, nggak?"
"Clara, kita barusan teleponan sekitar 15 menut lalu. Dan aku, nggak sibuk tentunya. Ini lagi break kelas. Ada apa, Clara?"
"Mmm. Drew, aku nggak tahu ini pantas atau tidak. Tapi, aku butuh bantuanmu. Apa kita bisa bertemu?"
Dari seberang sana, Drew mendadak duduk tegap. Ia berimajinasi jika Clara mulai luluh padanya.
"Oke, kita ketemu nanti malam ya. Aku ke apartemen-mu," jawab Drew. Clara pun setuju dan segera menyimpan surat laporan kepolisian setempat itu. Sebaiknya, masalah ini biar menjadi rahasia. Clara harus menghadapinya sendiri.
...*...
Jari-jari lentik itu mengetuk-ngetuk ke atas meja. Sang pemilik jari sengaja melakukannya demi menghilangkan kebosanannya.
"Ternyata mereka sama saja," tutur Gery dalam hati. Kali ini, Gery bertemu dengan seorang wanita cantik dengan latar belakang seorang guru musik. Usianya lebih tua dari Gery, akan tetapi Gery tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Namun, yang paling krusial bagi Gery adalah bagaimana calon istrinya nanti bersikap. Kandidat yang sedang ia temui ini lagi-lagi kurang cocok di hati Gery. Bahkan cenderung terlalu membosankan.
"Aku sangat suka memasak. Aku bisa membawakanmu bekal setiap hari jika kamu mau," kata wanita cantik berkacamata itu tersenyum genit pada Gery. Wanita itu sangat berharap kencan butanya dengan Gery berhasil dan lanjut ke hubungan lebih serius.
Gery mengelus rahangnya, mempertimbangkan wanita lainnya lagi untuk ditemui. Ia melirik Walt, memberi kode jika wanita yang ada di depannya itu gugur dalam kandidat calon istri.
"Nona, aku harus pergi. Kita nggak bisa lanjutkan kencan buta ini," ujar Gery blak-blakan. Wanita di depannya itu agak syok, wajahnya melukiskan rasa kekecewaan. Karena terlalu kesal, wanita itu menampar pipi Gery.
"Kalau tidak ingin melakukan kencan buta, sebaiknya bilang dari awal! Jangan memberi harapan palsu dengan senyum ramahmu itu!" gerutu sang wanita dan kemudian meninggalkan Gery penuh rasa kecewa. Gery hanya bisa melihat wanita itu pergi sambil menangis, ia sebenarnya tidak bermaksud mengecewakan para wanita yang melakukan kencan buta dengannya. Hanya saja, Gery tidak ingin terlibat perasaan apa pun pada istri sewaannya.
"Tuan, sebentar lain kandidat selanjutnya akan datang. Ini kandidat ke-9 yang aku hadirkan untukmu. Aku pikir, Anda akan cocok dengan wanita ini," ujar Walt.
Gery membaca sekilas dokumen berisi CV dari kandidat calon istri selanjutnya. Dari CV itu, tertera bahwa wanita ini adalah pengusaha yang masih berskala kecil. Dia membuka usaha jasa nail art. Yang mana sedikit membuat Gery agak tertarik.
"Baiklah. Aku berharap ini menjadi yang terakhir," harap Gery.
awas kau Gery... aku doain nanti kamu bucin ke Clara lhoo 😂😂