Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Terpaksa Menginap
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Agra berjalan masuk lewat pintu khusus menuju
ke dalam rumah utama. Namun kini Kiran mulai
merasakan sesuatu yang janggal.
"Agra..kita mau kemana ? rumah siapa ini ?
kenapa kamu tidak membawaku ke mobil.?"
Agra terkesiap, dia menghentikan langkahnya.
Mata mereka bertemu, saling pandang dalam
diam. Otak Agra berpikir dengan cepat.
"Bawa aku pulang ke rumah ayah."
Pinta Kiran seraya kembali merebahkan kepala
nya di dada Agra.
"Bagaimana kalau kita menginap di sini malam
ini, besok pagi aku akan mengantar mu pulang."
Kiran mendongakkan kepala, wajahnya terlihat
tidak nyaman.
"Kenapa kita menginap di sini.? memangnya
rumah ini hotel, kau ini ada-ada saja.!"
Sudut bibir Agra terangkat kuat menahan geli
campur gemas melihat sikap polos nya Kiran.
"Kita sudah mendapatkan izin untuk menginap
di sini malam ini.!"
"Ini rumah orang..kita hanyalah orang asing di
sini, rasanya tidak pantas bagi kita untuk berada
di rumah semewah ini, aku ingin pulang saja !"
Lirih Kiran yang membuat jantung Agra terasa
teriris. Bagaimana cara dia memberitahu Kiran
tentang jati dirinya, ketakutan Agra akan reaksi
penolakan Kiran membuat dia tidak berani untuk
berterus terang saat ini, dia masih butuh waktu.
Agra melirik kearah Pak Hans yang kini sudah
memahami semua nya hanya dari tangkapan
percakapan mereka berdua saja. Dia tampak
mengangguk kearah Agra.
"Nona mohon maaf sebelumnya..saya mendapat
perintah langsung dari Nyonya besar bahwa untuk
malam ini Nona di sarankan menginap di sini.!"
Kiran menatap Pak Hans dan Agra bergantian.
Kepalanya tiba-tiba saja kembali terasa pening,
dia memejamkan matanya kuat membuat Agra
semakin mempererat dekapannya.
"Kau harus segera beristirahat.. sebaiknya kita
menginap saja di sini. Kamu juga belum bertemu dengan nya bukan ?"
Agra kembali menambahkan untuk menahan keinginan Kiran, akhirnya Kiran mengangguk
pasrah karena kondisinya tubuhnya juga tidak
memungkinkan bagi dia untuk kembali ke rumah.
"Baiklah terserah kau saja.. aku mau tidur di
mana pun asalkan bersama mu."
Ucap Kiran dengan samar karena rasa kantuk
kini sudah menderanya, dia seakan tidak bisa
lagi membuka matanya. Hati Agra menghangat,
jantung nya semakin tidak terkendali saat ini.
Apakah malam ini dia benar-benar bisa berada
di dekat istrinya ini.? setelah selama ini hanya
bisa bersamanya dalam jarak dan batas
tertentu saja.!
Agra tersenyum puas, dia kembali melangkah
menuju sebuah lift khusus yang akan membawa
nya langsung ke lantai paling atas dimana kamar pribadinya berada. Di belakang nya Pak Hans
beserta Dokter Rey setia mengikuti.
Dalam waktu kurang dari satu menit Agra sudah
berada di lantai 4 rumahnya yang hanya terdapat kamar pribadinya saja. Di sudut ruangan ada
tangga unik menuju langsung ke rooftop berisi
taman buatan yang sangat indah, cocok sebagai
tempat bersantai mencari angin dan ketenangan.
Di dua lantai ini tidak sembarang orang bisa
datang ke sana selain pelayan yang memang
sudah memiliki izin khusus.
Agra masuk ke dalam kamar super besar,
super mewah dan super canggih nya dengan
segala fasilitas lengkap serta furniture yang
serba lux. Untuk bisa masuk ke dalam kamar
ini perlu scan wajah terlebih dahulu.
Dengan hati-hati dia membaringkan tubuh
lemah Kiran di atas bed king size. Kemudian
duduk di samping nya, menatap tenang wajah
cantik Kiran yang terpejam rapat, sepertinya
obat tidur yang di minumnya kini sudah
benar-benar bekerja.
"Panggilkan Tata kesini.!"
Titah Agra yang langsung di angguki oleh Pak
Hans. Pria setengah baya itu beranjak menuju
ke sudut kanan ruangan mendekati telepon
khusus yang menempel di dinding. Dia segera
menghubungi wakil kepala pelayan.
"Rey berikan suntikan itu sekarang.!"
Agra berpaling pada Dokter Rey yang masih
berdiri mematung menikmati kemewahan
yang tersuguh di dalam kamar itu. Dokter Rey
segera mendekat, menyiapkan alat injeksi nya.
Agra mengusap lembut kening Kiran, matanya
menatap dingin luka perban di pelipis istrinya
itu. Mata Kiran tetap terpejam rapat seakan
enggan untuk terbuka, tapi tangannya masih
memegang kuat tangan Agra.
"Agra jangan pergi.. jangan meninggalkan ku."
Lirih Kiran saat dokter Rey mulai mengoleskan
cairan anestesi di pangkal lengan nya. Agra
meraih tubuh Kiran ke dalam dekapannya
berusaha memberinya kenyamanan.
"Aku disini Kiran..aku akan selalu bersamamu,
menjagamu selamanya.."
Bisik Agra lembut di telinga Kiran. Dokter Rey
dan Pak Hans melongo mematung melihat apa
yang di lakukan dan terucap dari bibir Agra.
Sepertinya dunia akan segera berakhir.!
"Apalagi yang kau tunggu.?"
Geram Agra menatap kesal kearah dokter Rey
yang terlonjak kaget dengan wajah memerah.
Dia menelan ludahnya kasar, lalu mendekat.
Kemudian segera melakukan penyuntikan cairan
obat khusus ke tangan Kiran membuat gadis itu
langsung meringis seraya membuka matanya
karena memang proses ini menimbulkan sedikit
rasa sakit yang cukup menggigit.
"Aaa...sakiiitt..apa ini Agraa.."
Gumam Kiran sambil mencengkram kuat
pergelangan tangan Agra menahan rasa sakit
yang menggigit di tangannya.
"Tahan sayang..ini hanya sebentar.."
Bisik Agra seraya mempererat dekapannya.
Kiran menyembunyikan wajahnya di dada Agra
dengan cengkraman tangan yang semakin
kuat. Pak Hans hanya bisa menatap Tuan dan
gadis nya itu dengan hati yang dipenuhi oleh
tanda tanya.
Setelah beberapa saat akhirnya rasa sakit itu
menghilang, Kiran kembali memejamkan mata
nya,rasa kantuk yang di rasakannya langsung
membawa dirinya ke dalam alam bawah sadar.
Dia terlelap dalam tidur tenangnya.
Perlahan Agra kembali membaringkan tubuh
Kiran dengan posisi senyaman mungkin. Dia
segera bangkit, berdiri di samping tempat
tidur, matanya tidak lepas mengamati keadaan
Kiran yang terlihat mulai tenang.
Tidak lama wakil kepala pelayan atau Tata
masuk ke dalam kamar, langsung menghadap
Agra yang masih berdiri di posisi yang sama.
"Tuan.. apa yang harus saya lakukan.?"
Tata menunduk dalam di hadapan Agra.
"Kalian bertiga dengarkan aku baik-baik. Aku
minta buang jauh-jauh pikiran buruk kalian
terhadap nya.!"
Agra membagi tatapan tajam terhadap tiga
orang kepercayaan di istana nya itu. Mereka
tampak semakin menunduk dalam.
"Karena..dia adalah istri sah ku.!"
"Istri Tuan.??"
Ketiga orang itu serempak berucap, terkejut
bukan main. Wajah mereka berubah pucat pasi. Benar-benar tidak bisa mempercayai apa yang
di dengarnya.
"Iya..dia adalah Evanindhia Sashikirana..
putrinya Zein Mahesa..istriku.! seperti yang
aku inginkan selama ini.!"
"Mohon maaf Tuan.. apakah Nona Kiran yang
selama ini anda cari-cari.?"
Pak Hans harus menuntaskan rasa penasaran
nya agar semuanya menjadi jelas. Agra menarik
napas panjang.
"Iya..dia adalah bunga sakura ku.! aku sudah
menemukannya.! aku menikahi nya karena
satu insiden tak terduga.!"
Ucapnya membuat ketiga orang itu semakin
terkejut. Ketiganya saling pandang dalam
diam, kemudian melirik kearah Kiran yang
sedang terlelap dengan tenang.
"Tata..kau gantilah pakaian nya dengan
yang sudah kau siapkan selama ini.!"
"Baik Tuan.."
Sambut Tata dengan senang hati. Mereka
bertiga terlihat sangat antusias mendapati
kenyataan ini. Karena apa yang di cari oleh
Tuan nya selama ini akhirnya di temukan
bahkan keduanya langsung di satukan dalam
satu ikatan pernikahan walaupun semua
nya terjadi di luar rencana.
------- -------
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam..
Agra keluar dari dalam kamar ganti dengan
setelan santai nya. Rambut nya terlihat masih
sedikit basah dan berantakan. Dia beranjak
kearah meja kerja nya yang ada di sudut ruang
kamarnya menghadap jendela besar yang bisa
melihat keindahan taman depan istana nya
sekaligus memantau gerbang depan.
Agra berdiri di sisi kaca besar, melipat kedua
tangan di dadanya, merenungkan sesuatu.
Harus di mulai darimana dia memberitahu
tentang dirinya pada Kiran.? apakah sekarang
ini waktu yang tepat ? tidak ! untuk saat ini
Kiran tidak akan bisa menerima nya. Wanita
sedang berada dalam belitan masalah
perusahaan ayahnya, dan dirinya harus
segera turun tangan untuk mengakhiri
semuanya agar Kiran bisa segera di tarik
kedalam kehidupan nya, seutuhnya.
Setelah cukup lama merenung, Agra beranjak
menuju tempat tidur, kemudian berdiri sebentar
di sisi ranjang. Matanya saat ini terpaku pada
sosok cantik jelita yang sedang meringkuk
lucu bak kucing manis yang kedinginan.
Agra merasakan ada sedikit ketegangan saat
melihat bagaimana indahnya tubuh Kiran yang
tersembunyi di balik gaun sutra panjang yang
sedikit menerawang hingga lekuk tubuh nya
yang begitu menggiurkan nampak jelas. Agra
menelan saliva nya berat. Ada dorongan hasrat
yang kini mulai naik menguasai tubuh nya saat
melihat Kiran mengubah posisi tubuh nya
menjadi terlentang. Darah nya mulai terbakar.
Agra menarik napas dalam-dalam mencoba
mengontrol hasratnya dan menguasai dirinya.
Dengan sedikit ragu dia naik ke atas tempat
tidur, membaringkan tubuhnya di samping
Kiran. Aroma wangi jasmine lembut yang
menguar dari tubuh Kiran membuat Agra
kembali kesulitan mengontrol dirinya.
"Kiran.. sampai kapan kamu akan menyiksaku
seperti ini..! mana bisa aku menahan diri saat
berada di dekatmu seperti ini !"
Desis Agra geram sendiri. Dia memiringkan
badannya menghadap kearah Kiran, kemudian
menarik tubuh halus lembut istrinya itu ke
dalam dekapan hangatnya dengan sangat hati-
hati, memeluknya erat seraya memejamkan
mata mencoba meredam segala hasrat yang
kini semakin naik dan meronta.
Tanpa ampun tubuh bagian bawahnya kini
sudah bangun dengan sempurna. Agra
merutuki diri sendiri karena tidak bisa
menahan hasratnya.
Dia membuka matanya, menatap lekat setiap
detail wajah cantik Kiran yang begitu sempurna dengan segala kelebihan dan daya tarik luar
biasa nya hingga mampu membuat dirinya
begitu memuja dan tergila-gila pada nya.
"Aku sangat mencintaimu Kiran..aku sudah
jatuh cinta bahkan di saat usiamu baru
menginjak 8 tahun..itu adalah satu hal gila
yang pernah terjadi di dalam hidupku..!"
Bisik Agra sambil kembali mendekap erat
tubuh Kiran, melingkarkan tangan kokohnya
di pinggang ramping gadis itu, semakin lama
semakin erat.
"Agraa...aku kesulitan bernapas..!"
Deg !
Jantung Agra serasa mau meloncat saat ini,
dia membuka mata, melonggarkan pelukan
nya, kemudian menatap Kiran yang sedang
mendongakkan kepala, kedua mata mereka
bertemu dalam sorot mata yang sama-sama
menahan sebuah gejolak perasaan.
"Kau bangun..apa yang kau rasakan sekarang.?"
Tangan Agra meraba kening Kiran yang kini
sudah bersuhu normal kembali.
"Aku merasa lebih baik sekarang. Sudah tidak
merasakan sakit apapun.!"
Lirih Kiran seraya tersenyum lembut membuat
hati Agra semakin tidak terkendali.
"Syukurlah kalau begitu..kau jangan pernah
lagi membuatku cemas."
"Maafkan aku.."
Agra mencium kening Kiran lama, setelah itu
keduanya saling pandang dalam diam. Ada
kabut hasrat yang masih menguasai diri Agra
membuat tubuh Kiran menegang.
"Kau darimana saja tadi siang..? kenapa tidak
datang menjemput ku.?"
Kiran mencoba mencairkan ketegangan.
"Aku ada urusan yang cukup penting. Maaf
karena aku kamu harus mengalami semua
ini.! "
"Aku yang harusnya minta maaf padamu.."
"Aku tidak akan mengampuni pria itu.!"
Kiran mengernyitkan alisnya, ada sejumput
pertanyaan yang dari tadi menggangu hatinya.
"Apa kau yang mengirim dua orang itu?"
"Iya.. mereka adalah bawahan ku.!"
"Siapa kau sebenarnya..?"
Jantung Agra kembali seakan tertumbuk benda
keras. Dia mengerjapkan matanya. Keduanya
saling menatap kuat, tangan Agra bergerak
mengelus lembut pelipis Kiran yang terluka.
"Apa kau tidak akan kecewa saat mengetahui
siapa aku sebenarnya.?"
Kiran terdiam, menatap lekat wajah tampan
Agra yang saat ini terlihat begitu mempesona. Bagaimana bisa seorang pengawal rendahan
memiliki rupa begini tampan.!
"Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan
dariku.? kau berbohong padaku.?"
Pertanyaan Kiran membuat Agra semakin
merasa tersudut, tatapan mata indah Kiran
membuat hatinya semakin dilema.
"Aku tidak pernah membohongi mu, yang
kamu tahu aku adalah pengawalmu dan
itulah kenyataannya.."
Ada seulas senyum yang tercipta di bibir
Kiran saat mengingat kenangan nya bersama
Agra selama di desa.
"Apa sekarang kau sudah bisa menerima ku
sebagai suamimu.?"
Wajah Kiran tiba-tiba saja memerah, tangan
Agra meraih dagu Kiran, mata mereka kembali
bertemu dalam hasrat yang sama-sama
melonjak naik.
"Agra..ada hal yang harus kita bicarakan
terlebih dahulu, ini sangat penting.!"
"Kau tidak perlu mengatakan apapun, aku
sudah tahu semuanya tentang laki-laki
brengsek itu.!"
Mata Kiran menatap tidak percaya, bibirnya
tampak terbuka sedikit, dan hal itu membuat
Agra tidak tahan lagi, dia segera menyambar
bibir ranum Kiran, ********** lembut penuh
dengan perasaan. Kiran terkejut sesaat, namun
tidak lama dia pun ikut larut, keduanya terhanyut dalam ciuman lembut dan manis yang semakin
lama semakin panas.
Agra semakin memperdalam ciumannya
dengan menekan dan menjelajah masuk
membuat Kiran membalasnya dengan sama panasnya. Keduanya semakin larut dalam
gairah yang semakin lama semakin membara, decakan erotis penuh kenikmatan mewarnai
suasana malam yang sepi dan dingin dalam
kamar super mewah itu.
Bibir Agra kini sudah mulai menjelajahi leher
jenjang Kiran, memberikan sentuhan lembut
di sana, menggigit kecil mencoba meninggalkan
jejak kepemilikan.Tangannya mulai bergerilya
di sekitar perut Kiran naik ke bagian dada
membuat tubuh Kiran kian menegang, namun
dia seolah tidak ingin berhenti dari semua
sensasi kenikmatan ini. Sentuhan lembut Agra membuat jiwanya melayang ke awan.
"Aakkhh..Agraa..."
Suara desahan lembut keluar dari mulut Kiran
saat tangan Agra menyentuh dua bukit kembar
nya, tubuh mereka semakin tegang, aliran darah
keduanya semakin terbakar. Perlahan tangan
Agra meraih benda sintal itu membuat Kiran
seperti tersengat aliran listrik. Dia segera
menahan tangan Agra, ciuman Agra di leher
Kiran terlepas, mata mereka bertemu. Kiran
menggeleng lemah dengan sedikit merasa
bersalah, saat ini dirinya memang belum bisa
menyerahkan segala kehormatan nya pada
Agra, bukan tidak mau, dia hanya belum siap.
"Apa kau tidak percaya padaku sayang..?"
Suara Agra terdengar sangat berat karena
masih mencoba meredam gejolak hasratnya.
"A-aku.. percaya sepenuhnya padamu..aku
hanya belum siap Agra..maaf..!"
Agra menghembuskan napas kasar, kemudian
melepaskan Kiran dari kurungannya. Wajah
nya terlihat kecewa, tapi dia juga mengerti
apa yang di ragukan Kiran, mungkin memang
belum saatnya mereka bersatu seutuhnya.
"Baiklah..aku mengerti..aku akan selalu sabar
menanti saatnya tiba..!"
Lirih Agra sambil kembali membelai wajah
bening mulus Kiran yang tersenyum gusar.
"Apa kau lapar.?"
Tanya Agra saat menyadari belum ada
makanan yang masuk ke perut istrinya itu.
"Tidak ! tubuhku baik-baik saja, kau tidak usah
khawatir seperti itu.!"
Sanggah Kiran sambil memegang tangan Agra
saat menyadari laki-laki itu bergerak untuk
turun dari tempat tidur.
"Tapi kau belum makan dari tadi siang Kiran.."
"Memangnya kita berada di mana Agra.? saat
ini kita sedang berada di rumah orang.!"
Agra terdiam, hatinya kembali terasa perih.
Kau ada di rumahku Kiran, rumahmu juga.!
Agra menarik napas pelan mencoba untuk
membuang ganjalan yang menyesakkan
dadanya.
"Baiklah.. kalau begitu kita tidur sekarang."
Ucap Agra sambil kembali merengkuh tubuh
Kiran kedalam pelukannya. Keduanya mencoba
untuk memejamkan mata walau percikan gairah
itu masih saja memanaskan aliran darah mereka. Perlahan tangan Kiran melingkar di punggung
kokoh Agra membuat pria itu sekuat tenaga
menekan segala hasrat dan keinginannya.
Malam semakin larut membawa setiap mahluk
yang sudah tenggelam kedalam alam bawah
sadarnya menuju dunia mimpi yang terkadang
membuat orang bisa mencapai apa yang tidak
bisa di raihnya dalam dunia nyata..
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*