Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jarak Antara Kita
"Jadi, siapa yang barusan telepon? " Abrin menaikkan satu alisnya. Dia seperti mewawancarai penjahat besar..
"Eh.... emmm... itu..... Apa ya namanya? "
"Desi, please deh yaaaa..... "
"Itu mas Bobby".
" Kakakmu? Kok panggil mas? Kan kamu asli bersuku Makassar.
"Bukan, dia itu..... ".
" Oh, ayolah, Dedi, buruan! Bentar lagi adzan nih", kata Abrin mulai geram.
"Ya sudah, Dedi, kalau tidak mau cerita tak masalah. Kami hanya ingin mengingatkan saja...., jangan sampai mendekati zina. Kami sadar itu masalah pribadimu. Maaf atas kelancangan kami".Fatiya memelukku, di susul oleh pelukan Abrin.
Oh, ya Allah, aku merasa berdosa telah menyembunyikan ini dari sahabatku.
"Dia pacarku", ucapku lirih dalam pelukan mereka yang seketika terlepas. Spontan mereka menatapku tak percaya, kemudian tersenyum lembut.
" Desi, kamu..... "
"Dia pacarku,pacar halalku".
Aku tersenyum kecut. ya, memang tidak ada yang boleh kusembunyikan dalam mengawali hubungan persahabatan. Mereka sudah seharusnya tahu tentang statusku. Mereka hanya diam menatapku bingung.
" Ayolah, Abrin, Fatiya, nanti kita ketinggalan shalat berjamaah ".Aku menarik lengan kedua sahabatku menuju mushala.
" Kau berhutang penjelasan pada kami".ucap mereka berbarengan.
Aku tertawa geli melihat tingkah mereka.
"Sayang, kangen..... ", rengek Bobby dari seberang sana.
" Oh, ya ampun, mas! Sehari ini bahkan telepon ku tidak pernah berhenti berdering. Dan semua panggilan hanya darimu saja. Dan sekarang, bilang kangen lagi? ini baru satu minggu ".
" Hahaha, ini nih yang di kangenin".
"Apa? "
"Mulut berisikmu, hahaha".
" Maaaaassss!!
"Eh, gak boleh marah loh sama suami, dosa! "
Ah, bagus sekali senjatanya. Tepat kena sasaran. "Iya deh iya, suamiku yang nyebelin".
" Nah, gitu dong jadi istri yang imut dikit kenapa? "
"Aku dari dulu emang udah imut. Dari kecil aja mas udah jatuh cinta, hahaha".
" Ah, itu aku khilaf. Jangan ke geeran deh kamu! "
Dia bilang khilaf? "Ya kali, mas khilaf sampai bertahun-tahun".
" Ah, cerewet sekali istriku. Sudah diam! nanti aku makin kangen loh".
"Alaahhh.....!! Mas mengalihkan pembicaraan, hahaha. Eh, mas, aku kangen dengar kamu nyanyi kayak di bus dulu sambil ngelirik lirik aku gitu, wkwkwk".
" Ya Allah, percaya diri sekali istriku, hahaha ".
" Udah ah.... bohong dosa, mas. Buruan nyanyi atau kututup teleponnya ".ancamku.
Baru sebentar saja
Kau bergegas meninggalkanku
Rasa rindu padamu
Kini bersarang di benakku
Cinta itu anugrah
Yang tak mungkin mudah
Ku melepaskannya
Walau seribu rintangan
Tak gentar ku untuk
Menjalani semua denganmu
Dengarkanlah aku yang setia di hatimu
Kehadiranmu sungguh berharga bagiku
Maka jangan terlalu lama engkau jauh
Jauh di pandangan mataku
Semua rasa curigaku terhadapmu
Semata karena ku takut kehilanganmu
Maka jangan coba tuk berpaling dariku
Berpaling mengkhianatiku
Aku fokus mendengarkan nyanyian Bobby. Lagu lawas yang entah ada di zaman kapan, tapi ya aku suka karena yang mendaur ulangnya Bobby.
"Halo, Desi, dengerin aku gak sih? "
"Dengar, mas, dengar. lagunya gak ada yang lebih lawas lagi? hahaha"
"Hahaha, pacarku baperan".
" Biarin, yang penting ganteng. Udah ah, sana tidur! udah jam sepuluh lewat. Selamat tidur, istriku tercinta sampai bertemu dalam sujud nanti malam. Ingat, jangan kalah sama jarak. Ini cuma sementara kok. Suatu saat, jarak akan kalah sama rasa rindu kita. Ana uhibbuki Fillah. Assalamu'alaikum
"Waalaikumsalam".
Tut!
Telepon terputus. Aku tersenyum menatap langit di teras kamar kosku. Ya, aku tidak akan kalah ataupun menyerah dengan jarak. Selat Sunda tidak seluas rindu yang kami tuangkan dalam lantunan doa. Allah hanya memberi kami jarak untuk berproses menjadi lebih dewasa. Ini bukan apa apa. Hanya tentang aku, kamu dan jarak antara kita