NovelToon NovelToon
Senja Tanpa Bayangan

Senja Tanpa Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Zombie / Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Joi momo

Joi, siswa SMA kelas 2 yang cuek dan pendiam, memiliki kemampuan indigo sejak kecil. Kemampuannya melihat hantu membuatnya terbiasa dengan dunia gaib, hingga ia bersikap acuh tak acuh terhadap makhluk halus. Namun, pertemuan tak terduga dengan Anya, hantu cantik yang dikejar hantu lain, mengubah kehidupannya. Anya yang ceria dan usil, terus mengikuti Arka meskipun diusir. Pertikaian dan pertengkaran mereka yang sering terjadi, perlahan-lahan mencairkan sikap cuek Joi dan menciptakan ikatan persahabatan yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joi momo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan tak terlihat, kehidupan yang hilang.

Joi mengaduk kopi dinginnya dengan sedotan plastik, matanya menatap kosong ke arah jendela kelas. Sinar matahari sore menerobos celah-celah tirai, membentuk pola debu yang menari-nari di udara. Di luar, lapangan sekolah tampak lengang, hanya beberapa siswa yang masih berlarian sebelum bel pulang berdentang. Joi acuh tak acuh. Baginya, pemandangan itu biasa saja, seperti halnya hantu-hantu yang berseliweran di sekitarnya.

Ya, hantu. Sejak kecil, Joi sudah bisa melihat mereka. Bukan hanya melihat, tapi juga merasakan kehadiran mereka; hawa dingin yang menusuk, aroma anyir tanah, atau bisikan-bisikan yang hanya ia sendiri yang bisa dengar. Awalnya, ia ketakutan. Mimpi buruk kerap menghantuinya, bayangan-bayangan mengerikan yang merayap dari balik dinding kamar. Tapi lama-kelamaan, ketakutan itu sirna, tergantikan oleh kebosanan. Hantu-hantu itu, baginya, hanya bagian dari kehidupan sehari-hari yang tak perlu dihiraukan.

"Joi, pinjam pulpenmu sebentar," suara teman sebangkunya, Dimas, membuyarkan lamunannya.

Joi menoleh sekilas, tanpa ekspresi. Ia melemparkan pulpennya ke meja tanpa sepatah kata pun. Dimas menerimanya dengan senyum canggung. Joi kembali menatap jendela, matanya melewati sosok Dimas, melewati meja-meja siswa yang ramai, hingga ia melihatnya: seorang perempuan tua berpakaian putih lusuh, berdiri di sudut kelas, menatap kosong ke arah papan tulis. Rambutnya acak-acakan, wajahnya pucat pasi, dan aroma anyir tanah yang menyengat menusuk hidungnya.

Joi menghela napas pelan. Ia sudah terbiasa. Hampir setiap hari, hantu-hantu berbeda berkeliaran di sekitarnya. Ada yang hanya berdiam diri, ada yang usil, bahkan ada yang cukup berani untuk menjahili teman-temannya. Tapi Joi selalu bersikap acuh tak acuh. Ia tidak pernah bereaksi, tidak pernah menunjukkan rasa takut, bahkan ketika hantu-hantu itu mencoba berkomunikasi. Reaksi cueknya, entah mengapa, selalu membuat hantu-hantu itu mundur. Mungkin mereka takut dengan aura dingin yang selalu menyelimuti dirinya.

Bel pulang berdering. Joi memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ranselnya dengan gerakan lambat dan malas. Ia tidak terburu-buru. Ia tidak memiliki kegiatan lain selain pulang ke rumah dan menghabiskan waktu sendirian. Ia lebih suka menyendiri, jauh dari hiruk-pikuk dunia manusia dan dunia gaib yang selalu bercampur aduk dalam kehidupannya.

Saat ia berjalan keluar dari kelas, ia melihatnya lagi: perempuan tua itu masih berdiri di tempat yang sama, menatap kosong ke arah koridor yang mulai ramai. Joi melewatinya tanpa melirik, tanpa sepatah kata. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran mereka, bahkan sudah menganggapnya sebagai pemandangan biasa.

Di luar gerbang sekolah, Joi berjalan dengan langkah santai. Ia memilih jalan setapak kecil di pinggir hutan, jalan yang jarang dilalui orang. Ia menyukai kesunyian di tempat itu, jauh dari keramaian dan suara-suara bising. Matahari mulai tenggelam, langit berubah warna menjadi gradasi jingga dan ungu yang indah. Joi menikmati keindahan senja, tanpa menyadari bahwa ia sedang diintai.

Tiba-tiba, ia mendengar suara jeritan. Suara perempuan yang panik dan ketakutan. Joi mengerutkan kening. Ia menoleh ke sumber suara, matanya menangkap sesosok perempuan berambut hitam panjang yang melayang di udara, dikejar oleh beberapa hantu berwujud bayangan gelap. Perempuan itu cantik, dengan kulit putih bersih dan mata biru yang berkilauan, meskipun wajahnya tampak pucat karena ketakutan. Ia mengenakan gaun putih yang berkibar tertiup angin. Ini adalah Anya.

Joi mengerutkan kening. Ia jarang melihat hantu yang cantik seperti itu. Biasanya, hantu yang ia temui memiliki wujud yang menyeramkan. Tanpa pikir panjang, ia berlari mendekati perempuan itu. Ia tahu, ia harus menolongnya. Bukan karena ia peduli, tapi karena ia tidak suka dengan kekacauan. Kehadiran hantu-hantu itu mengganggu ketenangannya.

Dengan gerakan cepat dan tepat, Joi mengusir hantu-hantu bayangan itu. Ia tidak menggunakan mantra atau jimat, hanya aura dingin yang selalu menyelimuti dirinya. Hantu-hantu itu menjerit ketakutan dan menghilang dalam sekejap. Perempuan itu, Anya, terhuyung-huyung, hampir jatuh. Joi meraih tangannya, mencegahnya jatuh ke tanah.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Joi, suaranya datar, tanpa ekspresi.

Anya menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih," katanya, suaranya lembut dan sedikit serak. "Namaku Anya. Aku... aku tidak tahu kenapa aku bisa begini. Aku merasa masih hidup!" Anya menyangkal keras kenyataan bahwa dirinya adalah hantu, ketidaktahuan yang akan menjadi inti dari perjalanan mereka berdua.

1
JOI momo
semoga kalian suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!